Iori hendak berangkat ke sekolah ketika netra hitam keabuan miliknya melihat Mitsuki yang tengah sibuk membungkus beberapa potong coklat dan memasukkannya ke dalam sebuah wadah kecil.
"Nii-san sedang apa? Tidak kuliah?" tanya Iori seraya menghampiri sang Kakak yang masih anteng dengan kegiatannya di meja makan.
"Aku masuk siang." jawab Mitsuki tanpa menoleh pada adiknya.
"Coklat sebanyak ini untuk apa? Apa Nii-san berjualan di kampus?"
"Sebagian untuk teman-temanku. Dan sebagian lagi memang untuk dijual. Kalau kau mau, ambil saja."
Iori menggeleng, "Aku tidak suka yang manis-manis."
"Kalau yang manis itu Rika, suka?"
Iori langsung memerah, "A-apa?"
Mitsuki tertawa melihat respon Iori yang menurutnya sangat menggemaskan. "Ini kan hari valentine."
"L-lalu?"
"Yah, siapa tau kau mau menyatakan perasaanmu pada teman merahmu itu."
"H-hubungan kami t-tidak seperti itu. K-kami hanya teman." jawab Iori gugup. Entah sudah semerah apa wajahnya saat ini.
"Lebih dari teman juga tidak apa-apa kok." Mitsuki semakin gencar menggoda Adiknya itu. Entahlah, ia hanya merasa menggoda Iori yang tsundere sangatlah menyenangkan.
"S-sudahlah. Aku berangkat sekolah dulu." Iori segera berbalik dan mulai berjalan menuju pintu utama. Namun baru beberapa langkah, Mitsuki memanggil namanya yang membuat Iori mau tidak mau menoleh pada Kakaknya itu.
"Apa?" tanya Iori pada Mitsuki yang kini tengah berjalan menghampirinya.
"Nih, ambil."
Sejenak Iori melirik beberapa coklat yang sudah terbungkus rapi di tangan Mitsuki sebelum beralih pada wajah sang Kakak. "Untuk apa?"
"Tentu saja untukmu." Mitsuki meraih tangan Iori dan saat itu juga coklat tersebut sudah berpindah tangan. "Berikan pada teman-temanmu. Valentine bukan hanya untuk merayakan romansa, tapi juga merupakan cara yang baik untuk menunjukkan kepada teman betapa kau menghargai mereka."
Iori menatap coklat di tangannya beberapa saat, lalu laki-laki itu menoleh pada sang Kakak dengan senyum yang kini terlukis di bibirnya, "Terimakasih, Nii-san."
.
.
.Untuk kesekian kalinya, Iori melirik jam dinding kelas yang entah kenapa jarum panjangnya sangat lama sampai ke angka tiga. Lima menit lagi. Ya, lima menit lagi pelajaran akan segera berakhir. Lima menit lagi kelas bubar dan ia bisa segera pulang. Teman-teman sekelasnya yang lain juga terlihat merasakan hal yang sama dengan Iori. Mereka semua ingin segera pulang. Mungkin mereka semua ingin segera merayakan hari kasih sayang bersama dengan orang-orang yang mereka sayangi.
"Iorin dapet banyak coklat dari junior ya?" bisik Tamaki memecahkan lamunan Iori di lima menit terakhir.
"Ya." Iori mengangguk santai.
"Wah, Iorin banyak fans nya juga ternyata."
"Aku gak peduli. Kalau kau mau, kau boleh mengambil semua coklat itu." ucap Iori cuek. Dia bahkan tidak menoleh pada Tamaki dan hanya sibuk mencoret-coret buku tulisnya.
KRRRIIINGGG!!!!!
Sorak-sorai seluruh teman-teman sekelas Iori terdengar lebih keras dari bel barusan. Yama-sensei menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah mereka. Guru berkacamata itu pun membereskan buku-bukunya dan melangkah keluar dari kelas. Sebagian dari murid menyusulnya, sebagian lagi tinggal di kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School - Izumi Iori || MHS Project [✓]
Fiksi PenggemarIori hanya berharap masa terakhir di SMAnya akan tenang seperti tahun-tahun sebelumnya meskipun ia pindah sekolah. Namun harapan itu sirna saat Nanase Rika menyerang. Warn : Gaje, bahasa campur aduk, dan membaca ini dapat menyebabkan kesia-siaan ya...