15.salju malam itu.

556 79 14
                                    

Lisa berlari menuju rumah miliknya dengan lim, ia membuka pintu dengan kuat, ia berlari menuju pintu kamar miliknya, hingga tepat saat pintu terbuka, matanya tertuju pada lelaki yang terbaring di lantai dengan keadaan tengkurap.

"Lim!" Lisa segera membalikan tubuh lim dan membiarkan kepala lelaki ini duduk di pangkuannya. Lisa terlihat begitu kaget saat bibir dan hidung lim berdarah. Wajahnya sangat pucat.

"Lim bangunlah hei!" Lisa kembali berucap,tangannya menepuk-nepuk kedua pipi lim.

Hingga tak lama lelaki itu membuka mata, memandang sang kaka dengan sorot yang lemah.

"Li-lisa, kau baik-baik saja?" Ucap lim, lelaki itu sangat mengkhawatirkan sang kaka. Pasalnya sakit yang ia rasa semalam sungguh luar biasa. Bahkan ia merasakan dia akan mati.

"Aku baik-baik saja lim, mianhe, karna aku membuat mu seperti ini. " lim tersenyum, sial. Kenapa dadanya sangat sesak. Perlahan ia duduk, lisa membantunlim untuk duduk.

Lim memeluk lisa dengan erat, lantas ia sedikit terisak, rasa khawatir sangat lim rasakan, ia lega karna lisa baik-baik saja, ia mengabaikan rasa sesak didadanya.

"Syukurlah kau baik-baik saja lisa, aku sangat takut, aku takut terjadi sesuatu padamu, rasa sakit semalam benar-benar menyakitkan" lisa terdiam mendengar lim yang sangat mengkhawatirkannya.

Lisa tidak bisa berucap, ia terdiam, rasa bersalah begitu menyeruak, karna egonya nyawa lim hampir saja hilang, lisa membalas pelukan sang adik, diusap pelan punggung lelaki ini.
Lisa harusnya mengerti. Karna secinta apapun lim pada rose, lim pasti tetap akan merelakan pada lisa. Hanya saja gadis ini tidak bisa mengerti itu semua.

Lisa melepas pelukan, dan menghapus air mata adiknya ini, lisa mengambil sapu tangan di saku nya, lalu ia bersihkan dara yang hampir mengering di hidung dan sela bibir lim. Lim tampak terengah-engah. Dadanya terasa sakit dan sesak.

"Lim kau kenapa?" Lisa seketika panik,

"Dadaku sakit sekali lisa" ucap lim, lisa dengan cepat mencium bibir lim dan melumatnya.

Ciuman yang lisa buat setidaknya membuat rasa sakit itu perlahan menghilang, nafas lim mulai kembali teratur, mereka berciuman cukup lama.
Hingga lisa melepaskan ciuman dan menatap adiknya.

"Lim mianhe, aku meminum ramuan itu, aku sangat menyesal lim, aku tidak tau jika ramuan ini dapat membuat mu merasakan sakit seperti ini" ujar lisa, lim menggeleng lantas tersenyum.

"Tidak apa-apa lisa, aku rasa aku akan baik-baik saja, " lim mencoba tersenyum, meski sebenarnya rasa sakit dadanya masih terasa. Ini aneh. Biasanya ciuman lisa bisa menghilangkan rasa sakitnya, namun ciuman lisa hanya meredakan saja.

Lisa tersenyum, setidaknya ia melihat adiknya memang lebih baik dari pada yang tadi, dia mulai merasa lega, lim tampak meneliti tubuh lisa.

"Lisa, kemana payudaramu? Kenapa kau sangat tepos???" Lim berucap kaget, karna ia baru menyadari jika dada lisa sangat rata. Lisa menjitak kepala lim.

"Yak! Sakit lisa" sentak lim,

"Omonganmu itu lim menyayat hatiku!, tapi ini lah yang ingin ku tunjukan padamu lim" lim terdiam, ia mengerutkan halisnya lantas beberapa detik kemudia ia membulatkan matanya kaget, saat lisa membuka seluruh kaosnya dan menampilkan dada bidangnya.

"Lisa tampar aku, ini nyatakan ? Atauhanya halusinasiku?" Lim berucap dengan sorot mata tak percaya.

*plakkk

Tamparan keras mendarat dipipi kanan lim.
"Yak!!!

"Ini nyata bodoh!" Lisa berucap, dan lim menggeleng takjub

Twin Of Lisa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang