II

1.1K 97 3
                                    

Ibu benar.

Hari itu benar-benar tiba, ketika usiaku tepat 17 tahun. Hari dimana aku senang sekaligus sedih. Hari dimana aku bisa melihat negara asalku.

Sebenarnya aku menyayangkan hal ini, mengingat masa senior high school-ku tinggal 1 tahun.

Tapi, keputusan ayah sudah bulat. Ayah dipindahtugaskan kembali ke Tokyo, dan harus membawaku dan ibu ikut serta. Aku pasrah, tak bisa menolak. Berharap hari-hariku di sana sama menyenangkan.

Dan, ternyata... ini jauh di luar bayanganku. Jepang tak kalah menakjubkan. Negara ini indah dengan ciri khasnya tersendiri.

Aku tak menyesal. Bahkan sangat bersyukur kehidupanku di sini jauh lebih baik dan menarik, apalagi saat aku mulai menjadi siswi baru di Sakuragaoka SHS. Aku diterima dengan baik, utamanya oleh teman-teman sekelasku, kelas 3-1.

Setelah beberapa hari berbaur, aku menjadi dekat dengan Yamanaka Ino yang kini menjadi sahabatku. Dia gadis yang asyik dan sangat terbuka padaku. Dia menceritakan segala hal tentangnya, termasuk sosok yang menjadi kekasihnya sedari junior high school. Kalau mau kubocorkan sedikit, sosok itu ada di kelas sebelah. Kelas 3-2, kelas dimana sosok yang diam-diam kusukai juga berada di sana.

Ino menjerit kaget saat aku ikut menceritakan hal itu padanya.

"Yang benar saja, Sakura? Kau suka Naruto?"

Aku tak mengerti. Memang kenapa?

Menurutku Naruto berbeda. Dia laki-laki langka yang belum pernah kutemui apalagi waktu di Amerika. Dia memang sedikit ketus di awal pertemuan kami, tapi setelah mengenalnya lebih jauh, ternyata dia baik, lucu, dan perhatian. Juga tak pernah mengeluh meski dia termasuk keluarga kalangan bawah, dan aku suka itu.

"Kenapa bukan Gaara?"

Gaara? Oh, dia sahabat Naruto. Aku memang suka dia, atau lebih tepat disebut kagum? Karena Gaara yang notabene keluarga kalangan atas mau bersahabat dengan Naruto. Hanya sebatas itu. Meski dia sama baiknya padaku, tapi aku tidak merasakan perasaan yang sama.

"Lalu bagaimana dengan si playboy Uchiha? Kau tak berniat membalas perasaannya?"

Aku terdiam.

Memikirkan bocah Uchiha--yang sekelas denganku-- terang-terangan bilang menyukaiku. Banyak siswi yang berharap berada diposisiku, tapi aku malah risih. Meski Uchiha itu sedikit familiar bagiku, tampan, jenius, dan anak konglomerat, tapi aku tidak suka.

Dia selalu menggangguku untuk mencari perhatianku. Dia kasar dan suka semena-mena terhadap orang lain. Ditambah lagi kata Ino, dia seorang playboy. Aku bergidik ngeri membayangkannya. Aku takkan pernah mungkin menyukai laki-laki seperti itu.

..ooOOOoo..

Diary Of Haruno Sakura [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang