Hal yang kunantikan tiba.
Setelah memohon-mohon pada ayah, akhirnya ayah memberiku ijin untuk studi bersama Naruto di Amerika. Ini semua tak lepas pertolongan ibu yang terus membujuk ayah. Tak lupa, ayah memberiku syarat jikalau Ino harus ikut bersama kami juga.
Alhasil, kini aku dan Naruto melakukan penerbangan menuju Amerika bersama Ino, Sai--kekasih Ino--, dan.. Gaara.
Tunggu, kalian pasti heran kenapa Gaara ikut juga.
Sebenarnya setelah malam kelulusan, Naruto bagaikan musuh bagi Gaara. Namun, karena usaha Naruto yang tak henti meminta maaf, akhirnya Gaara sadar ini bukan salah Naruto. Gaara meminta maaf pada Naruto dan mereka kembali berbaikan.
Bahkan sekarangpun Gaara mendukung hubungan kami. Dia ikut ke Amerika untuk memastikan Naruto takkan menyakitiku. Kalaupun Naruto menyakitiku, dialah yang akan menghajar Naruto pertama kali.
Kami berlima pun sampai di Amerika.
Mataku langsung berkaca-kaca merasakan kerinduan pada negara ini. Tak banyak berubah dan aku masih sangat hafal letak setiap sudutnya.
Kami bergegas mencari apartemen. Aku dan Ino satu apartemen. Sedang para lelaki di apartemen sebelah. Kami terlelap hingga hari berganti. Kami siap menjalani hari baru di Amerika.
Aku dan Ino beruntung bisa satu universitas. Aku jurusan dokter dan Ino jurusan design. Gaara dan Sai pun sama di universitas yang lain. Gaara jurusan bisnis dan Sai jurusan seni lukis. Tapi, tidak untuk Naruto. Dia satu-satunya yang kuliah dengan bantuan beasiswa diantara kami. Dia diterima di sekolah khusus permusikan. Dia pernah ikut audisi dengan uang tabungannya sendiri, lalu diterima. Aku benar-benar bangga punya kekasih seperti dia. Dia optimis bisa menjadi penyanyi terkenal.
Hari-hari terus berlalu.
Hubunganku dan Naruto yang awalnya baik-baik saja, entah mengapa berubah aneh saat di Amerika.
Naruto berubah drastis. Dia berbeda dari Naruto yang kukenal saat di Senior High School. Atau mungkin dia berubah sejak malam kelulusan itu?
Tunggu, malam kelulusan?
Tubuhku seketika bergetar ketakutan.
Aku teringat jika menyembunyikan sesuatu darinya.
Bisa jadi aku yang lebih dulu berubah di sini...?
Hubungan kami tidak sebaik-baik itu ternyata.
Ini semakin dipicu saat Naruto mulai bekerja sebagai penyanyi di sebuah bar terkenal. Inilah awal rusaknya hubungan kami.
Aku cemburu melihat banyaknya wanita yang mengerubungi kekasihku. Aku tahu mereka hanya fans, tapi aku tidak suka jika mereka bertingkah terlalu jauh, seperti mencium pipi Naruto. Akupun tahu sebenarnya Naruto ingin menghindar, tapi para wanita itu terlalu beringas.
"Kau harus sabar, Saku. Meski tak mengenakkan, tapi itulah resikonya."
Begitulah kata Ino padaku.
Gaara sebenarnya selalu mengingatkan Naruto untuk menjaga perasaanku atas hal ini. Namun, aku tak tahu apa yang dipikirkan Naruto.
Hari yang sangat tidak kuinginkan pun terjadi. Inilah akhir dari hancurnya hubungan kami.
Aku memergoki Naruto berciuman dengan seorang gadis bersurai indigo. Hatiku benar-benar sakit, tak tertahankan lagi. Aku sangat marah. Kulangkahkan kakiku mendekati mereka, lalu menatap nyalang pada keduanya yang menatapku dengan tatapan yang berbeda.
Plak!
Kutampar Naruto sekeras-kerasnya. Lalu gadis itu menjerit ketakutan.
"Aku tak menyangka kau berubah sejauh ini, Naruto! Aku sangat kecewa padamu! Kau mengkhianatiku! Mulai detik ini, kita putus! Dan, jangan pernah temui aku lagi!"
Aku tahu emosi mengambil alih pikiranku. Tapi, aku tidak peduli. Naruto tidak berusaha menahanku atau menjelaskan yang sebenarnya terjadi di sini.
Aku pun meninggalkannya dengan perasaan tak karuan dan air mata yang berlinangan.
..ooOOOoo..
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Of Haruno Sakura [END]
FanfictionNaruto © Masashi Kishimoto Warning : 18+, No Canon, Full Sakura POV Ini tentang bagaimana Haruno Sakura menghadapi takdir mencari cinta sejatinya. Pict : Pinterest.