IX

589 84 1
                                    

Beberapa hari setelah hari duka itu, aku jadi lebih dekat dengannya. Tidak, lebih tepatnya aku yang mendekatinya. Sebatas ingin menghiburnya dari kesedihan.

Dan, sekarang aku tahu beberapa mengenai keluarga Uchiha.

Si playboy itu menjadi Uchiha terakhir setelah kematian ibunya. Sebelumnya, ayahnya--Uchiha Fugaku-- meninggal karena serangan jantung, kakaknya--Uchiha Itachi-- meninggal karena penyakit sedari kecil, dan pria muda yang menjadi adik dari ibu peri--Uchiha Obito-- meninggal karena kecelakaan pesawat.

Aku tidak menyangka hidupnya sangat kelam seperti ini. Ditinggal keluarga membuatnya berubah 180 derajat menjadi orang yang tak kukenal. Dia tak lagi angkuh seperti dulu. Dia kini menjadi orang yang dingin dan tertutup.

Sikapnya padaku pun berubah. Jika dulu dia selalu mengejarku, kini dia mengusirku. Tiap kali aku berusaha menghiburnya, dia selalu mengeluarkan bentakannya.

"Pergilah! Jangan sok pedulikan aku! Bukankah dulu kau tak pernah peduli padaku, heh?!"

Hatiku hancur berkeping-keping. Beginikah rasanya ketika dulu aku sering membentaknya untuk menjauh dariku? Apakah rasa yang pernah ia tujukan untukku telah menghilang?

Aku tidak tahu kenapa aku merasa sesedih ini. Aku hanya ingin dia seperti dulu. Aku ingin dia bisa bangkit dari keterpurukan ini. Dan, aku ingin ibu peri tersenyum karena melihatku berhasil menghibur putranya.

Tapi, apa yang harus kulakukan, Tuhan?

Berulangkali kucoba, tapi tidak berhasil. Alhasil, aku menangis di hadapannya, entah karena apa. Yang jelas aku tidak kuat lagi melihatnya seperti ini.

"Untuk apa kau lakukan ini?"

Dia tiba-tiba bersuara membuatku mendongak, berharap.

"Bisa kau jelaskan alasanmu, hn?"

Haruskah kujelaskan?

"Kau kasihan padaku? Atau hanya ingin mengejekku?"

Hah? Kenapa berpikir seperti itu? Buru-buru ku menggeleng tidak membenarkan.

"Lalu apa?"

Aku masih diam hingga dia membentakku.

"Lalu apa, hah?! Jangan diam saja!"

Mataku kembali berkaca-kaca. Aku takut. "Me-memang salah ya jika aku peduli padamu?"

Dia menggeram, menatap nyalang ke arahku.

"Tentu saja salah! Sikapmu ini membuatku kembali berharap atas perasaan yang hampir saja mati!"

Aku membelalak mendengarnya. Kucoba mencerna ucapannya lagi, tapi tiba-tiba tengkukku ditarik olehnya. Dan--

Cup.

Dia menciumku.

Ini ciuman keduaku. Dan, lagi-lagi dialah pria yang merenggutnya.

Otakku tak bisa berpikir. Entah kenapa kali ini aku tak memberontak dan malah menutup kedua mataku. Aku terbuai.

Oh, Tuhan, kenapa jadi seperti ini?

Jantungku berdebar kencang. Perutku penuh kupu-kupu yang berterbangan.

Apa jangan-jangan aku mulai jatuh cinta kepadanya?

..ooOOOoo..

Diary Of Haruno Sakura [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang