XIV

977 90 8
                                    

Cinta?

Apa itu cinta?

Aku sendiri tidak tahu apa definisi cinta sebenarnya. Yang pasti cinta yang kurasakan selama ini terlalu rumit. Bahkan aku hampir tidak bisa membedakan mana yang semu dan sejati.

Aku bersyukur, dibalik ayah yang dipindahtugaskan kembali ke Tokyo, aku dapat bertemu dengan Naruto, Gaara, Sasori, dan si Uchiha itu.

Ada banyak pelajaran yang aku dapatkan dari mereka, seperti :

Dari Naruto, akhirnya aku tahu bahwa sebuah keterbukaan dan kepercayaan sangatlah penting dalam menjalin suatu hubungan.

Dari Gaara, akhirnya aku tahu bahwa mengalah dan mengikhlaskan lebih baik daripada memaksakan perasaan orang.

Dari Sasori, akhirnya aku tahu bahwa cinta harus diperjuangkan hingga kita benar-benar tahu akhir dari perjuangan tersebut.

Dan, dari si Uchiha itu, akhirnya aku tahu bahwa--

--entahlah, banyak yang kudapatkan dari dia. Hanya satu yang pasti, bahwa cinta sejati tahu kemana dia akan berlabuh.

Oh, Tuhan, rencanaMu memang sangat sulit untuk kutebak. Tak pernah terpikirkan olehku jika diriku akan menikah dengan putra dari ibu peri penolongku. Dan, aku telah menyandang marga Uchiha itu sejak hari ini.

Ku bisikkan kalimat "Aku mencintaimu" dan dia tersenyum.

Kali ini, di atas altar, aku yang menciumnya lebih dulu, tanpa peduli bagaimana reaksi para tamu undangan. Dia cukup kaget, namun tak lama dia membalas ciumanku.

Aku benar-benar bahagia. Dalam hati, ku berjanji akan selalu setia dan mencintainya seperti apa yang dia lakukan untukku.

Aku juga bersyukur Tuhan telah mengirimkan dia kepadaku.

Pria itulah yang menjadi jawaban atas pertanyaan di hatiku. Pria yang dulu terang-terangan bilang menyukaiku. Pria yang dulunya sangat aku benci. Dan, pria yang kini sangat aku cintai.

Ia adalah suamiku.

Namanya Uchiha Sasuke.

..ooOOOoo..

END













































































..ooOOOoo..

Omake.

Uchiha Sasuke yang dulu kukenal adalah pria yang kasar dan angkuh. Tapi, setelah menikah, dia berubah menjadi pria yang mampu membuatku jatuh cinta berkali-kali. Pesonanya sungguh luar biasa.

Bagaimana bisa dia jadi selembut, sehangat, dan sesabar ini?

"Aku mencintaimu, Sasuke-kun!"

Selalu.

Setiap hari selalu kuucapkan itu padanya dan responnya selalu sama. Aku menyukai responnya. Dia akan tersenyum lembut dan menangkup kedua pipiku, seperti saat ini.

"Aku lebih mencintaimu, Sakura."

Bibirku ikut membalas senyumannya. Diam-diam kuremas sesuatu yang ku sembunyikan di belakang tubuhku.

"Aku punya kejutan untukmu," kataku dengan pipi merona.

Dia tampak antusias, "Apa?"

Perlahan kutunjukkan sesuatu itu padanya. Onyxnya memancarkan kebingungan dan keterkejutan.

"Itu..."

"Ya, Sasuke-kun." Aku tersenyum lebar meyakinkannya. "Aku hamil."

Suamiku itu langsung terperangah tak menyangka. "Kau hamil, Sakura?"

"Umh!" Ku mengangguk dan terkesiap saat dia memeluk tubuhku begitu erat. Dia samar-samar bergumam di dekat telingaku. "Arigatou, Sakura. Arigatou..."

Suaranya terdengar bergetar. Apa dia menangis? Kulepaskan pelukannya dan memperhatikan wajahnya. Dia tampak bahagia, khawatir, sekaligus sendu?

"Kenapa?"

"Kau dan anak kita adalah milikku. Hanya milikku. Jangan pernah pergi tinggalkan aku, Sakura."

Kuusap lembut pipinya, menenangkan. "Kau juga milik kami, Sasuke-kun. Jangan pernah tinggalkan kami, ya?"

Dia mengangguk. "Kita akan selalu bersama-sama."

Kami berdua tersenyum.

Namun, aku buru-buru menahan tubuhnya saat wajahnya bergerak mendekatiku. Aku terkekeh melihat dia yang mengedipkan mata bingung.

"Kenapa?"

Kugelengkan kepala dan ekspresinya berubah kecewa. Astaga, kawaiii. Menggemaskan sekali suamiku ini.

"Ahaha, kau lucu sekali, Sasuke-kun."

Tak dapat menahan, aku pun tertawa tanpa menyadari ekspresi wajahnya berubah lagi.

"Kau menggodaku, hn?"

Mendengar suara rendahnya, aku langsung menghentikan tawaku. Aku meneguk ludah merasakan hawa menyeramkan mulai mengelilingiku.

"Sasuke-kun, a-aku... aku tidak bermak-- hmph!"

Aku terbelalak menatap onyx penuh pesona itu sudah berada tepat di depan mataku. Bisa kurasakan bibirnya yang memagut bibirku tertarik membentuk seringaian.

Astaga, suamiku ini...

Ternyata sifat semena-menanya masih ada. Untung sekarang aku sudah jatuh hati padanya. Sehingga bukan tamparan yang kulayangkan, melainkan kulingkarkan lenganku ke lehernya lalu membalas pagutan bibirnya yang terkesan tidak sabar.

Aku tersenyum dalam hati. Rasanya masih tidak menyangka...

...takdirku bersama Uchiha Sasuke.

..ooOOOoo..

END. END. END.

Diary Of Haruno Sakura [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang