X

585 80 0
                                    

Saat ini, aku sedang memikirkan baik-baik perasaanku. Aku ingin memastikan dengan benar siapa yang ada di hatiku sebenarnya.

Kututup mataku erat. Mencari-cari jawaban.

Mataku spontan terbuka begitu satu sosok hadir dalam bayanganku. Aku menggeleng diikuti degup jantung yang mulai mengeras.

Tidak. Ini tidak benar. Mana mungkin aku menyukai sosok yang dulu kubenci?

Aku termenung, mengingat sikapku akhir-akhir ini kepadanya. Apa makna dari semua ini, Tuhan? Apakah ini hanya sementara? Atau mungkin.. yang sejati?

Aku menghela napas setelah tahu jawabannya. Aku tidak bisa mengelak.

Kusimpan jawaban ini di dalam hatiku, hingga hatiku kembali goyah saat aku dipertemukan kembali dengan Naruto.

Oh, Tuhan, cobaan apa lagi ini?

Naruto datang kepadaku dengan membawa perasaannya yang terpendam selama ini.

"Aku ragu apakah kau benar-benar menyukaiku, Sakura. Kau mengkhianatiku tepat di saat aku memperjuangkan hubungan kita di hadapan teman-teman. Jikalau Sai tak menceritakannya padaku, aku takkan pernah tahu mengenai hal ini. Kau menyembunyikannya bahkan hingga hubungan kita telah berakhir."

Tunggu, jadi Naruto mengetahui insiden ciuman itu? Dan itu dari Sai? Berarti Sai juga berada di tempat yang sama denganku. Tapi, kenapa aku tak menyadarinya? Kenapa Sai tidak menolongku? Apa Sai hanya melihat sekilas lalu salah paham?

"Aku butuh kejujuranmu. Aku mencari cara dengan mengubah cara berpikirku. Jika di awal hubungan kita, aku tak ingin menodaimu walau hanya sebatas ciuman. Saat di Amerika, aku mulai meminta hal itu padamu. Aku bisa melihat jelas kalau kau sangat terkejut. Dan, kau tahu, Saku? Aku sangat kecewa ketika kau berkata belum siap. Aku menegaskan hatiku untuk bersabar. Kucoba di lain kesempatan, ternyata hasilnya tetap sama. Dan, aku berkesimpulan kau tidak sepenuhnya menyukaiku."

Begitu, ya? Jadi, ini alasannya Naruto tiba-tiba ingin menciumku? Aku tahu itu hal wajar bagi sepasang kekasih. Tapi, aku... aku... aku segera menggeleng, membela diri.

"Itu tidak benar, Naruto. Aku tak pernah mengkhianatimu. Uchiha itu yang memaksaku. Aku trauma.."

"Lalu kenapa kau tak menceritakannya padaku? Aku kekasihmu."

Aku menunduk bersalah. Ini memang salahku yang tidak mau jujur dan malah menghindar. "Maaf, aku takut kau marah jika kau tahu."

Naruto mencebikkan bibirnya. "Tetap saja. Aku sebagai kekasihmu berhak tahu."

"Maaf.." Aku terus menggumamkan kata maaf. Ternyata pemicu awal renggangnya hubungan kami adalah dariku sendiri. Aku menyesal.

Suara rendah Naruto kembali terdengar.

"Bagaimana kalau sekarang?"

Eh? Apa? Kurasakan tengkukku ditarik oleh Naruto dan--

"Heh, ternyata masih sama."

Kubuka mataku yang sempat terpejam, lalu menatap nanar kedua tanganku yang menahan dada Naruto.

Ya, Tuhan, sebenarnya ada apa dengan tubuhku? Kenapa reaksinya berbeda dengan si playboy Uchiha yang menarik tengkukku waktu itu? Aneh, sungguh aku tidak mengerti.

"Maafkan aku. Ini salahku juga yang tidak langsung mencari kebenarannya padamu. Aku terlalu takut jika fakta tentang kau mengkhianatiku itu benar."

Aku menggeleng lemah. "Aku yang salah. Aku yang terlalu takut untuk menceritakannya padamu."

Naruto menghela napas sejenak.

"Sekali lagi maafkan aku. Tapi, yang perlu kau tahu aku juga tak pernah mengkhianatimu sedikitpun. Insiden waktu itu, Hinata yang tiba-tiba menciumku. Tapi, kuakui ini tetap salahku karena membiarkanmu pergi begitu saja. Dan, keputusan yang kau buat sudah tepat. Kurasa inilah yang terbaik untuk kita."

Emeraldku melebar tak percaya. Jadi, hubungan kami berakhir hanya karena salah paham?

"Aku melepasmu, Sakura."

"Naruto--"

"Jangan menangis. Kita bisa kembali berteman seperti di awal kita bertemu."

Aku terdiam mengamati senyum lebar Naruto yang terkesan dipaksakan. Di dalam sorot mata yang disembunyikan itupun sebenarnya aku tahu.

Naruto masih memiliki 'perasaan itu' padaku.

..ooOOOoo..

Diary Of Haruno Sakura [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang