XI

591 70 0
                                    

Ini sangat berat ketika satu sudut hatiku berharap bisa kembali berpacaran dengan Naruto.

Aku bingung. Lalu kuputuskan menceritakan masalah ini pada Ino.

Sudah kutebak Ino pasti akan berlebihan dalam bereaksi. Dia menjerit tak percaya, apalagi pada bagian Sai yang salah paham, dan aku yang mulai menyimpan rasa untuk si playboy Uchiha.

"Ya ampun, Saku! Kenapa kau tak menceritakan ini dari dulu?"

Aku menunduk, meminta maaf.

Ino pun menghela napas. "Maafkan aku. Ini semua salah Sai. Seandainya dia tidak salah paham, hubunganmu dengan Naruto pasti--"

Aku menggeleng kecil. "Sudah terjadi, Ino. Sekarang aku meminta pendapatmu apa yang harus aku lakukan? Aku bingung," tanyaku lesu.

Ino lalu memberikan pendapatnya padaku. Menurutnya, percuma saja bila aku kembali pada Naruto di saat aku mulai menyimpan rasa untuk pria lain. Itu hanya akan menyakiti perasaanku dan Naruto. Lagipula Naruto sendiri sudah melepasku.

Dan, sebaiknya aku mengikuti arah hatiku saat ini.

Aku memejamkan mata seraya menarik napas dalam-dalam. Kuhembuskan lagi dengan pelan diikuti hati yang penuh keyakinan.

Sekali lagi, jawaban di hatiku memang benar.

Itu terbukti, ketika aku mendengar kabar dari Kakashi--sekretarisnya-- bahwa si Uchiha itu tiba-tiba pergi ke Inggris. Entah untuk apa, tidak ada yang tahu soal itu. Kakashi pun enggan memberitahuku.

Hatiku sangat sedih, apalagi saat kuputuskan untuk menunggunya, dia tak kunjung kembali ke Jepang.

Apa yang sebenarnya dia lakukan di sana selama kurang lebih 1 tahun? Apa dia pindah? Apa dia ingin menenangkan dirinya? Apa mungkin malah.. dia ingin menjauh dariku?

Aku menangis, mengharapkan dia kembali dan datang padaku dengan senyum menawan di bibirnya. Tapi, aku tahu itu hanya imajinasi saja. Karena nyatanya, di saat waktu telah genap 2 tahun, dia belum menampakkan batang hidungnya.

Kumohon, Tuhan. Kembalikan dia padaku.

Aku berjanji akan mengungkapkan perasaanku ini begitu dia berdiri di hadapanku.

Namun, kenapa?

Kenapa kini malah Sasori yang berdiri di hadapanku untuk mengungkapkan perasaannya?

Aku tidak mengerti, Tuhan. Sasori selalu baik dan membimbingku, tapi aku tak merasakan getaran apapun tatkala aku di dekatnya. Aku hanya sebatas kagum padanya.

Aku menguatkan diri sebelum menolaknya dengan halus.

"Sasori, jujur, aku sangat tersanjung bisa disukai oleh pria yang terbilang sempurna sepertimu. Tapi... maaf. Maaf sekali karena aku tak bisa membalas perasaanmu. Aku tak ingin menyakiti siapapun di sini. Aku sudah memiliki seseorang yang kupilih di hatiku."

Kulihat hazel Sasori menyendu, namun bibirnya dipaksa untuk tersenyum.

"Aku tahu orangnya. Pasti Uchiha itu, kan?"

Aku diam merona membuat Sasori terkekeh.

"Sebenarnya aku sudah tahu sejak aku melihat kalian di IGD. Tapi, aku ingin memperjuangkan perasaanku hingga kupastikan sendiri kau menolakku. Dan, akhirnya, sekaranglah akhir dari perjuanganku."

Aku menunduk ketika Sasori melangkahkan kakinya mendekatiku.

Dan--

Puk!

Puk!

Dia menepuk pelan pucuk kepalaku sembari memberikan semangat padaku.

"Jangan menyerah.. Aku yakin kau takkan mengalami hal yang sama sepertiku."

Aku mendongak dengan mata berkaca-kaca.

Itu pasti, Sasori. Akan kupastikan kali ini benar-benar cinta yang sejati.

..ooOOOoo..

Diary Of Haruno Sakura [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang