Chapter - 6

32 6 0
                                    

Lee Changsub merasa sebal sendiri. Ia yang kini jongkok bersandarkan tembok tempat Ilhoon dan Micha bekerja sambilan, menatap kesal Hyunsik yang senyam-senyum sendiri di sebelah.

Duk

Satu kaki Changsub sengaja menendang kaki milik Hyunsik yang berdiri.

"Sirik," ucap Hyunsik kemudian lalu kembali senyam-senyum pada layar ponselnya.

"Cinta itu bisa membuat orang gila, ya?"

"Hah?" sahut Hyunsik mengerutkan dahi.

"Kau seperti orang bodoh, tahu! Senyum sendiri menatap ponsel!" cerocos Changsub.

"Bukankah yang seperti orang bodoh itu kau sendiri?" si Lee menoleh cepat pada Hyunsik. "Orang bodoh yang tidak bisa melakukan apapun selain menunggu disini, sedangkan gadis yang dia sukai sedang bersama orang lain."

Bugh!!

"Aduh! SAKIT!" Pekik Hyunsik sambil memegang kepalanya yanh baru saja diserang Changsub menggunakan tas ransel.

"Coba katakan sekali lagi! Coba katakan sekali lagi!" omel Changsub. Tangannya siap melayangkan tas ransel miliknya lagi. Hyunsik coba melindungi diri, namun tatapannya masih tak terima karena Changsub berhasil menyerang kepalanya.

"Sudah terima saja kalau kita ini dua orang bodoh yang sedang bersama-sama!" ucap Changsub kemudian.

Hyunsik mendecih. Ia hela nafas cepat lalu menolak opini si Lee. "Aku tidak bodoh. Aku tertawa karena pacarku sedang menceritakan lelucon. Aku tidak gila. Yang gila tetap kau, Seob-ah... Coba bayangkan, apa yang mereka berdua lakukan di dalam sana? Kau tidak takut Micha akan menyukai Ilhoon? Aku saja ngeri membayangkannya! "

" Ya! Im Hyunsik! Kau-"

" Kalian sedang apa? " Micha datang di saat yang tetap, saat Changsub hampir saja melempar tasnya pada Hyunsik yang melangkah mundur untuk menghindar. "Kalian ini serasi sekali, ya? Hari ini dua kali aku memergoki kalian sedang mesra begini..."lanjut Micha dan menghela nafas. Dua tangan gadis itu masuk ke dalam kantung apron berwarna hitam.

"Dia yang mulai duluan! Tadi siang juga dia yang mulai duluan!" omel Changsub sembari menunjuk Hyunsik. Yang bersangkutan hanya menaikan bahu cuek dan kembali sibuk dengan ponselnya. Kim Micha menggeleng kepala frustasi. Kapan Lee Changsub bisa setenang Im Hyunsik? Jung Ilhoon? Tidak, dia tidak setenang kelihatannya. Anak itu tenang jika sedang ada masalah di rumah.

"Kalian pulang saja sana. Aku dan Ilhoon masih harus bekerja,"ujar Micha dan membelokan tubuh. Namun, Changsub berhasil memanggilnya.

"Kita pulang bersama saja, sudah terlajur menunggu di sini juga, ya, kan, Hyunsik-ah?"

"Aku pamit pulang. Besok ada tes matematika, kan? Aku harus belajar," ujar Hyunsik santai.

"Ya!"

"Mwo!?" Hyunsik meninggikan suaranya ketika satu tangan Changsub menahan langkahnya.

"Tidak perlu belajar! Kau sudah pintar! Nilaimu jelek sekali ini saja, apa tidak bisa?"

Hyunsik dan Micha memasang wajah malas bersamaan. Mereka sering heran dengan isi otak seorang Lee Changsub.

"Aku pulang!" Sergah Hyunsik dan pergi dari sana.

"Kau juga pulang sana, untuk apa menunggu disini? Di sini dingin!" usir Micha. Tapi, si teman kecil menggeleng cepat.

"Tidak. Kita jalan pulang bersama saja nanti. Aku akan menunggumu di sini."

"Lee Changsub, kau serius?"

"Tentu. Aku serius," hening sebentar. "Sudah sana kembali bekerja. Nanti Bosmu marah kalau kau terlalu lama berada di luar."

"Ck! Baiklah. Aku masuk ke dalam, ya!" pamit Micha dan mendapat anggukan dari Changsub.

Kini Lee Changsub menunggu dua sahabatnya sendirian. Si Im Hyunsik itu memang tidak setia kawan. Berani meninggalkannya sendirian di tengah udara musim dingin seperti ini. Apa dia pantas disebut sebagai seorang teman? Cih! Dasar!

Eh, tunggu sebentar!

Hyunsik memang harus pulang. Dia harus belajar. Besok tes matematika. Karena Changsub lemah dalam perhitungan, ia bisa meminta bantuan Hyunsik nantinya. Tidak, Changsub tidak jadi memecat Hyunsik dari pertemanan. Dia akan sangat membantu di kala tes matematika tiba.

Satu jam...

Dua jam...

Tiga jam...

Changsub sudah menunggu sendirian selama itu. Di lorong kecil, di samping coffee shop yang lumayan ramai pengunjung. Kemudian ada suara riuh rendah dari obrolan Ilhoon dan Micha yang keluar bangunan.

"Kau masih di sini rupanya," ucap Ilhoon. Sebenarnya ia cukup kaget dengan keberadaan Changsub yang benar-benar menunggu Micha di sana. Tak makan waktu lama, Ilhoon berpamitan lebih dulu dan meninggalkan pasangan sahabat di sana yang entah kenapa suasana di antara mereka menjadi awkward.

"Nih, hangatkan tubuhmu!" ucap Micha sembari menyodorkan segelas kertas kopi hangat.

Dengan senang hati Changsub menerimanya dan menyesapnya sedikit ketika Micha melangkah melewatinya.

Mereka berjalan beriringan diantara warga Seoul lain yang juga masih sibuk di jam sekarang.

"Kau tidak minum?" tawar Changsub nenyodorkan gelas kopinya.

Micha menggeleng pelan. "Aku tidak kedinginan karena banyak bergerak di dalam."

"Oh..."gumam Changsub dan menyesap lagi kopinya. Kikuk.

Mereka terus melangkah dan tak terasa mereja telah tiba di depan rumah keluarga Kim.

"Masuklah..."ucap Changsub dan melanjutkan beberapa langkah untuk tiba di rumahnya. Karena mereka bertetangga.

" Seob-ah..."

"Hng?" seru Changsub memutar tubuhnya 180°.

"Gomawo. Aku jadi tidak jalan sendirian."

Changsub berdehem. Sok keren. "Tak masalah. Kan sudah kubilang. Karena kita satu arah. Rumah kita bersebelahan. Jadi, aku menunggumu." Micha mengangguk dengan senyum. "Sudah sana masuk. Belajar yang rajin! Sampai bertemu besok pagi!" tambah Changsub.

Micha melambaikan tangan lalu hilang di balik pintu gerbang. Saat itu juga Changsub merayakan keberhasilannya dengan menari-nari tak jelas di tempatnya. Bergoyang pinggul dengan wajah senang.

"Oh, Seob-ah..."Kim Micha muncul lagi, sontak Changsub berusaha agar terlihat 'biasa-biasa saja' lalu menaikan kedua alisnya.

"Besok jangan repotkan Hyunsik, ya! Kau harus belajar. Aku akan memintanya agar tidak memberikan jawaban padamu."

"Hah?"

"Nah, dadah!"

Lalu Kim Micha pun pergi, meninggalkan Changsub yang perasaannya retak karena merasa seperti dikhianati. Mau tidak mau, siap tidak siap, Changsub harus belajar malam ini untuk tes matematika besok.

"Menyebalkan!" gerutunya kesal dan menendang angin.

-FIN-

I LOVE YOU IN THE PAST, PRESENT, FUTUREWhere stories live. Discover now