Nama gadis itu Kim Taeri. Ia meninggal 19 tahun yang lalu. Taeri berasal dari sekolah yang sama dengan Sehun sekarang. Kejadian terakhir yang Taeri ingat adalah ulang tahunnya.
"Kau meninggal saat ujian tinggal beberapa hari?" Tanya Sehun sambil memutar bolpointnya. Ia menatap kertas hasil introgasinya pada Taeri.
"Ehmm.. Aku ingat sekali. Ulang tahunku adalah 4 hari sebelum ujian nasional"
"Kau meninggal diusia berapa?
"19 tahun."
Sehun mengangguk "Jadi kau sekarang sudah 38 tahun"
Taeri mengangguk. Jika ia masih hidup, mungkin dia sudah menjadi polisi wanita, seperti mimpinya.
"Sehun-ssi.. berapa usiamu sekarang?"
"12 April nanti usiaku 19 tahun"
"Benarkah? Itu tinggal beberapa hari lagi"
"Sudahlah itu tidak penting."
"Apa kau merayakan ulang tahunmu dengan keluargamu? Wah pasti sangat menyenangkan"
"Aku tidak punya keluarga"
Taeri memudarkan senyumnya lalu menatap Sehun "Maafkan aku"
"Sudahlah..jangan bicara hal yang tidak penting. Sekarang kita sedang bicara tentang dirimu. Jangan mengalihkan topik"
Taeri menatap Sehun yang masih sibuk dengan kertas diatas meja. Semilir angin di atap sekolah membuat anak rambut Sehun berkibar, membuat lelaki itu sesekali merapikan rambutnya.
"Terimakasih Oh Sehun-ssi..." Ucapnya disela sela suara gesekan dahan dan daun yang berguguran. Sehun yang tengah mencatat beberapa hal penting dari Taeri langsung mendongak, menatap gadia yang duduk dihadapannya.
"Aku janji setelah ini aku tidak akan mengganggumu dan aku pastikan teman-temanku juga tak menampakan diri padamu. Itu mungkin yang bisa ku lakukan untuk membalas kebaikanmu"
Sehun menunduk lalu melanjutkan menulis kali ini ia benar-benar tertarik dengan kasus kematian Taeri. "Hmm..kau harus pergi dengan tenang setelah ini"
Taeri mengangguk lalu tersenyum. "Apalagi yang ingin kau tahu?"
Sehun mengigit penanya lalu menatap Taeri serius "Apa kau mencurigai seseorang?"
Taeri memiringkan kepalanya "Selama aku hidup hanya 3 orang yang jahat padaku. Pertama adalah Ayahku yang suka memukuli ibu lalu mati dikeroyok preman, lalu penagih hutang yang membuat ibuku bunuh diri dan terakhir..."
Sehun menurunkan pandanganya. Ia tak menyangka ada yang memiliki keluarga semenyedihkan itu..
"Ah...aku tidak ingat"
Sehun meletakan penanya dan menatap Taeri "Baiklah... Kita coba untuk menggali ingatanmu. Apa kau punya teman saat kau masih hidup? Barangkali dia bisa kita tanya."
Taeri menghela nafas berat. "Aku tidak punya teman, aku terlalu pemalu saat sekolah. Tapi.. Aku pernah melihat seorang gadis berseragam sama denganku ada diulang tahunku..dan dia juga tersenyum tulus padaku"
"Kau ingat siapa dia?"
Taeri menggeleng lemah "Tidak."
Sehun memijat dagunya. "Ah...kasus ini tidaklah mudah"
Taeri tersenyum "kalau ini mudah. Aku tidak akan menunggu selama ini hoobae.."
Sehun tersenyum tipis. "Ah betul juga Sunbae..."
"Ah.. Ada yang kulupakan. Sebelum ulang tahunku. Aku melihat kantor guru.. Disana ada temanku dan salah seorang guru. Dan setelah itu tak ada lagi yang bisa kuingat."
Sehun mencatatnya. Ia tak mau terlewat satupun.
"Kau pernah mencoba keluar sekolah? Barangkali kau menemukan sesuatu disana""Aku tidak bisa melakukan itu"
"Kenapa?"
"Aku tidak bisa keluar dari sekolah ini, bahkan kerumahku sendiri"
"Kau pernah mencobanya? Lalu apa yang terjadi?"
"Aku melemah. Semakim aku jauh dari sekolah ini semakin aku tidak bisa bergerak. Kurasa... aku memang mati disini dan disinilah tubuhku"
"Kalau kau mati disini seharusnya ada di berita atau dikoran.."
"Harusnya begitu...tapi semua hilang. Ingatanku dan kematianku."
"Bagaimana...kalau ternyata kau bunuh diri atau dibunuh?"
Taeri menatap Sehun meminta penjelasan.
"Ada beberapa kasus kematian murid tingkat akhir. Kebanyakan adalah kasus bunuh diri dan sebagian...dibunuh""Aku rasa aku tidak bunuh diri. Kalau iya, aku tidak mungkin sepenasaran ini hingga menunggu 19 tahun. Selama ini aku hanya merasa..tidak adil. Perasaan itulah yang membuatku selalu bertanya tanya kenapa aku harus mati dihantui rasa tidak adil.."
Sehun mencoret poin bunuh diri dan melingkari poin pembunuhan.
"Aku akan mencari beritadisekolah ini 19 tahun yang lalu.""Aku mengandalkanmu Oh Sehun-ssi"
"Baiklah. Kurasa cukup untuk hari ini."
"Eoh. Terimakasih hoobae"
Sehun terkekeh "Aku pulang"
Sehun memasukan catatannya kedalam saku almet lalu menatap Taeri.
"Apa yang akan kau lakukan setelah aku pergi?" Tanya Sehun pada Taeri. Ia penasaran apa yang akan dilakukan Taeri kalau Sehun pulang.
"Tidak ada. Aku hanya akan menunggumu sampai besok"
Sehun cukup terkejut. Lalu tersenyum tipis.
"Kurasa kau suka sekali menunggu""Begitu ya... Ehm mungkin karena sudah terbiasa. Hehe"
Sehun menatap Taeri tanpa arti. Ia tidak ikut tertawa dengan penuturan Taeri, ia merasa iba.
"Sampai jumpa Oh Sehun-ssi. Hati hati dijalan."
Taeri melambaikan tangannya lalu menatap punggung Sehun yang hilang setelah menutup pintu besi yang menghubungkan tangga dengan atap sekolah. Lalu tak berapa lama, ia melihat dari atas kepergian Sehun yang tengah melewati lapangan hijau disana. Setelah keluar dari gerbang, Taeri menopang dagunya.
"Sudah lama sekali aku tidak mengatakan itu..."
Taeri menatap langit yang mulai gelap.
"Ah..kuharap ini segera berakhir..."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
After 19th
Roman pour Adolescents"Selama 19 tahun, aku menunggu seseorang yang bisa melihatku, karena itu..tolong bantu aku" - Kim Taeri "Selama 19 tahun, untuk pertama kalinya aku menyadari, bahwa tidak hanya manusia yang bisa kulihat." - Oh Sehun 19 tahun.. Aku menunggumu.. Aku m...