[12] Our Story

30 4 0
                                    

-Flashback-

Taeri mengambil tisu lalu memberikannya pada Siyeon yang masih terus muntah. Gadis itu sudah pucat pasi membuat Taeri khawatir bukan main.

"Ayok kerumah sakit." Ajak Taeri namun ditahan Siyeon.

"Aku baik baik saja." Ucapnya parau lalu muntah kembalim

"Yaaak baik baik darimana? Kau hampir seminggu muntah terus kalau makan siang. Apa dirumah kau juga seperti ini? Hyaaa kau sakit"

"Aniya. Aku baik-baik saja"

"Aish molla. Kalau masih begini aku akan menyeretmu ke rumah sakit. Ayok bangun kau harus makan atau kau pingsan lagi seperti tempo hari"

Siyeon menerima uluran tangan Taeri namun ambruk setelahnya.

"Oyyyyy...."

Taeri menggigit bibirnya tatkala melihat Siyeon berbaring di ranjang UKS. Ia menatap horor dokter dihadapannya.

"Brengsek." umpatnya yang membuat dokter itu berdeham.

"Bukan kau dok. Tapi lelaki brengsek itu"

Dokter laki laki berwajah bulat itu menatap Taeri "Kau sama sekali tidak tahu?"

"Bagaimana aku tahu? Dia tidak pernah cerita dan tiba tiba saja muntah seperti itu"

"Kau tidak curiga saat dia muntah?"

Taeri tergagap. "Bagaimana bisa aku curiga. Aku bahkan tidak tahu kalau hamil pasti akan muntah"

Dokter itu menggeleng "Pantas saja kau ada dikelas terakhir"

"Jangan bawa bawa kelas Dok"

"Dimana walinya? Aku harus bicara dengannya."

Taeri menatap tajam pada Dokter itu. "Anda mau bicara apa? Bilang pada Ayahnya yang super galak bahwa dia hamil?"

Dokter itu mengangguk "Tentu saja. Bagaimana bisa kita diam saja setelah tahu ini"

"Oyyy anda bisa membunuh Siyeon kalau begitu. Ayahnya pasti akan menembak kepalanya kalau sampai tahu. Dia tentara cerewet bawel dan super kejam." Ucap Taeri begitu cepat membuat Dokter itu hanya biaa menggeleng.

"Lalu apa kau punya saran ?"

Taeri menatap Siyeon yang masih tertidur pulas.

"Tolong rahasiakan ini. Aku sangat memohon pada anda. Aku akan bicara padanya dulu. Jangan pernah memberitahu siapapun atau anda akan menyakitinya"

Dokter itu terkekeh "kau mengancamku?"

"Aku memohon padamu"

Dokter itu menatap Siyeon diranjangnya "Dia punya teman yang baik walau bodoh"

Kim Taeri mendengus "Anda memuji sekaligus mengejek Dok. Anda benar-benar luar biasa."

***
Sudah satu jam mereka hanya saling memandang lalu mengalihkan pandang. Sudah selama itu namun hanya keheningan diantara mereka. Hingga akhirnya Taeri yang tak tahan dengan keheningan ini membuka suara.

"Kau baik baik saja? Lapar tidak?" tanyanya lalu dijawab gelengan lemah dari Siyeon.

"Aduh..aku lapar. Ayo makan"

Siyeon menggeleng lemah

"Kalau kau tidak makan nanti sakit lagi"

"Kau sudah tahu kan?"

Taeri menoleh cepat pada Siyeon lalu mengedarkan pandang pada sekitar yang memang sudah sepi. Pelajaran sudah usai satu jam yang lalu dan mereka berdua kini berada diatap sekolah menikmati hembusan angin yang menerbangkan anak rambutnya.

After 19th Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang