Sehun berlari tergesa-gesa melewati lorong, lalu menaiki tangga paling atas dan membuka keras pintu besi didepannya.
Ia melihat sekeliling dimana langit mulai gelap.
"Taeri-ssi?" Panggilnya sambil menoleh kesana kemari.
Tak lama kemudian munculah sosok yang dicarinya.
"Yaa Oh Sehun-ssi." Taeri berjalan mendekat pada Sehun "Kau mencariku?"
Sehun tersenyum lega, lantas ikut mendekat pada Taeri. "Aku menemukannya.."
Mata Taeri terbelalak "Siapa?"
"Penjaga sekolah.."
Alis Taeri bertaut "Kenapa dengan penjaga sekolah?"
Sehun melipat kedua tangannya "Aku bertanya pada Miha Saem siapa yang masih bekerja dari tahun 2000 sampai sekarang"
"Lalu...penjaga sekolah? Apa yang bisa kita dapat dari dia?" Tanya Taeri bingung.
"Tentangmu mungkin.. Atau kematianmu?"
Taeri ragu "Aku rasa dia tak mengenalku...lagipula ini sudah 19 tahun yang lalu"
"Ey..setidaknya kita coba dulu"
Walau ragu, akhirnya Taeri mengangguk setuju. Ia melihat pancaran cahaya wajah Sehun yang nampak bersemangat. Seolah menemukan secercah harapan dari dirinya yang berakhir menyedihkan.
"Kalau begitu...ayo kita temui penjaga sekolah itu."
***
"Oh..aku baru 3 tahun disini."Sehun menepuk keningnya "Apa bapak kenal dengan penjaga sebelumnya? Yang sudah ada disini lama sejak tahun 2000?"
Penjaga sekolah itu terlihat berfikir, lalu ia masuk kedalam pos dan melihat sebuah buku biru. Lalu setelah itu ia mengangguk.
"Sebelum aku pindah kemari, ada seorang penjaga bernama Song Cheol."
Sehun berjalan mendekati penjaga sekolahnya "Boleh aku minta alamatnya?"
Sehun mencatat alamat Song Cheol dari buku biru itu. Lalu setelah selesai ia melihat penjaga sekolah itu "apa anda tahu kenapa Song Cheol berhenti?"
Penjaga itu menggaruk kepalanya "Aku tidak tahu betul. Tapi aku pernah dengar kalau dia sakit."
Sehun menerawang melihat alamat di buku catatannya. Lalu ia tutup buku bercover coklat bertuliskan 'Kasus Taeri'.
***
Sehun berjalan menuju alamat yang diberikan penjaga sekolah. Lalu ia menoleh kesana kemari mencari seseorang yang bisa ia tanya. Kebetulan seorang ibu-ibu datang."Permisi. Apa benar alamat ini disini?"
Ibu itu menilik sebentar alamat yang tertulis dibuku Sehun lalu mengangguk.
"Lalu apa anda tahu, dimana rumah Pak Song Cheol?"
Ibu itu nampak terkejut. "Apa anda kerabatnya?"
Sehun menatap ibu itu heran lalu sang ibu menengok rumah Song Cheol.
"Dia gila"Sehun membelalakan matanya. "Rumah yang paling kumuh itu" Tunjuk sang Ibu "Sudah 3 tahun ini dia suka teriak teriak sendiri disana."
"Apa anda tahu penyebabnya?"
Sang Ibu mendekat "Aku tidak tahu persis. Tapi pernah ada yang bilang kalau dia stres karena pekerjaannya di sebuah sekolah"
Sehun mengangguk " SMA Hanyang"
Sang Ibu mengangguk "Ada yang bilang juga kalau dia mendengar Song Cheol berteriak 'Aku tidak tahu. Aku tidak membunuhnya'"
Sehun berkacak pinggang. Sang Ibu itu menatap heran pada Sehun lalu menatap Sehun dari atas hingga bawah.
"Apa anda seorang detektif?" Tanya sang Ibu pada Sehun. Lelaki ini nampak lebih dewasa saat tak memakai seragam sekolahnya. Rambutnya ia sisir rapi kebelakang sehingga menampakan wajah tegas. Tak salah jika ibu itu pikir Sehun lelaki dewasa.
"Ya. Terimakasih atas infonya" Ungkap Sehun lalu berjalan menuju rumah Song Cheol dengan yakin. Ia punya firasat bahwa Song Cheol tahu tentang kematian Taeri.
***
"Song Cheol-ssi?"Song Cheol yang duduk di sofa usang itu menatap Sehun dengan pandangan kosong. Kepalanya sudah miring kesamping ditambah rambut gondrong yang sudah semua memutih, wajah yang kumal tak terawat.
"Song Cheol-ssi. Anda kenal dengan Kim Taeri dari SMA Hanyang yang meninggal 19 tahun yang lalu?"
Tak ada respon pada lelaki itu, namun tak lama kemudian Song Cheol terbahak keras, membuat Sehun terperanjat dan memegang kursi kayu itu dengan erat.
"Tak kusangka ada yang memanyakannya. Hahaha... Malang sekali gadis itu"
Song Cheol mengubah mimiya menjadi sendu "Sudah 19 tahun ya.."
Sehun gemas karena setelah itu Song Cheol terdiam. "Song Cheol-ssi. Aku tahu anda mengetahuinya..tolong beritahu padaku"
Song Cheol menggeleng "Aku tidak tahu...Aku tidak membunuhnya" Ucapnya terus menggeleng.
"Aku tidak bilang kalau anda yang membunuhnya. Aku hanya ingun tahu bagaimana kejadiannya."
Song Cheol nampak ragu. Ia memainkan jemarinya dengan cemas. "3 tahun yang lalu... Aku melihatnya.."
"Siapa?"
"Orang itu. Orang keji itu"
Sehun tersentak "Apa dia yang membunuh Taeri?"
Song Cheol mengangguk "Harusnya aku melaporkannya..." Gumamnya pelan membuat Sehun harus mendekat.
"Apa yang terjadi?"
Song Cheol menatap Sehun "Dia..melakukannya lagi."
Sehun terbelalak.
"Dia melakukan hal yang sama lagi seperti yang ia lakukan pada Taeri."
Sehun semakin tertarik, Song Cheol mulai kooperatif.
"Apa yang dilakukan orang itu?"
"Membakarnya."
"Apa?"
"Membakar seorang murid yang sudah mati"
Deg
"Siapa dia?"
Song Cheol menangkupkan wajahnya lalu menatap Sehun
"Park Jang Ho."
"Park Jang Ho? Apa anda yakin? Park Jang Ho dari Seoul? Guru Bahasa Inggris"
Song Cheol mengangguk tegas. "Park Jang Ho...lelaki itu..berbahaya"
Sehun melingkari nama Park Jang Ho. Ia menatap Song Cheol yang terlihat gelisah.
"Apa itu alasan anda keluar dan sakit seperti ini?"
Song Cheol menampakan wajah memelas "Lelaki itu... Setelah melakukan hal itu.. Dia tersenyum. Betapa mengerikannya.."
"Apa anda tahu..bagaimana Kim Taeri terbunuh?"
Song Cheol mengangguk lemah. "Aku hanya melihat saat dia membakar seorang gadis yang terbungkus kain di tong sampah. Setelah itu aku perlu waktu bertahun tahun melupakannya. Dan kejadian itu terulang 3 tahun yang lalu... Aku sudah tak kuat. Jika saja saat itu aku melaporkan apa yang terjadi..."
Sehun menggebrak meja kayu itu dengan keras. Ia sudah menahan geram sejak tadi.
"Akan kupastikan untuk menangkapnya... Aku janji"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
After 19th
Teen Fiction"Selama 19 tahun, aku menunggu seseorang yang bisa melihatku, karena itu..tolong bantu aku" - Kim Taeri "Selama 19 tahun, untuk pertama kalinya aku menyadari, bahwa tidak hanya manusia yang bisa kulihat." - Oh Sehun 19 tahun.. Aku menunggumu.. Aku m...