Sehun memencet mouse sedikit keras, membuat beberapa siswa diruang komputer itu menatapnya sebal. Setelah ia gulir halaman dilayar komputer, ia mendesah panjang.
"Tidak ada?" Tanya Taeri yang tiba-tiba ada disamping Sehun membuat lelaki itu lekas menoleh, sedikit terkejut. Lalu ia kembali fokus pada layar komputer.
"Bisa tidak jangan tiba tiba muncul. Kalau aku berteriak lagi, reputasiku jadi jelek"
Taeri terkekeh "Baiklah baik. Aku hanya penasaran bagaimana kau menjalankan tugasmu"
"Aku selalu menyempatkan diri disaat yang lain sibuk mempersiapkan ujian"
Taeri mengangguk "Ah..benar. Aku lupa kalau kau murid kelas 3"
"Tidak ada kejadian apapun di tahun 2000, kau yakin kalau kau meninggal disini?"
Taeri termangu. "Aku yakin."
Sehun menggigit bibirnya "Bagaimana dengan tubuhmu?"
"Permisi..." Sehun dan Taeri menoleh pada anak berambut panjang disamping Sehun.
"Apa Sunbae bicara padaku? Bagaimana dengan tubuhku?Kenapa?" Tanyanya pelan sambil menatap horor pada Sehun, seolah Sehun sedang menggodanya.
"Bukan." Ia melirik pada Taeri yang tengah menahan tawanya. "Aku sedang bicara pada komputer" Setelah itu Sehun bangkit dan meninggalkan lab menuju ke atap sekolah.
"Sunbae itu benar benar aneh. Seperti rumor yang menyebar"
***
"Jadi...tubuhmu belum ditemukan?"Taeri menunduk menatap kakinya yang berbalit sepatu yang kusam "hmm.. Kurasa tubuhku masih ada disuatu tempat...atau mungkin sudah hancur?"
"Kurasa...kita berdua tidak bisa menyelesaikan ini sendiri...kita harus mencari seseorang yang tahu kejadian ini. Para guru mungkin tahu"
"Tidak ada yang masih disini. Semua guru yang kulihat sekarang sudah berbeda."
Sehun memijat pelipisnya, lagi lagi dia buntu.
"Apa tidak ada perkembangan dengan ingatanmu?"
Taeri menggeleng lemah.
"Coba kita cari alamat dan kontak para guru sebelumnya. Harusnya diruang arsip ada"
Taeri bertepuk tangan "Uwah... Kau pintar sekali"
Sehun mendengus "Ayo"
Diperjalanan menuju ruang arsip, Taeri memilih diam supaya Sehun tidak berbicara dengannya. Ia sudah berjanji untuk tidak membuat Sehun terlihat aneh karena bicara sendiri. Sesampainya dilorong menuju perpustakaan, seorang laki laki paruh baya berjalan kearah Sehun. Sehun yang melihatnya langsung membungkuk, setelahnya lelaki itu pergi melewati Sehun, ia menembus Taeri.
"Argh..."
Sehun yang melihat Taeri tiba tiba terduduk langsung ikut berjongkok dan khawatir.
"Taeri-ssi.. Kau baik baik saja?"
Taeri memegang dadanya yang terasa amat nyeri, ia menoleh kesana kemari lalu melihat anak anak menatap Sehun.
"Sehun-ssi. Berdirilah...anak anak sedang menatapmu sekarang"Sehun melihat sekitar dan benar saja, anak anak tengah menatapnya dengan tatapan aneh dan mengejek. Sehun seperti sudah terbiasa dengan ini. Sejak awal reputasinya memang sudah jelek.
"Aku bai-" Taeri menyela ucapan Sehun. Taeri menyuruh Sehun untuk segera berdiri dan berjalan dahulu menuju perpustakaan. Sehun yang awalnya ragu melihat Taeri kesakitan, akhirnya berjalan lebih dulu. Taeri menoleh kebelakang tepatnya dimana jejak lelaki paruh baya itu melewatinya tadi.
"Siapa dia?"
***
Sehun gagal mendapat ijin dari penjaga perpustakaan untuk melihat arsip penting sekolahannya. Ia akhirnya menghela nafas berat dan duduk diantara lorong perpustakaan dimana jarang ada murid kemari. Ia memejamkan matanya sebentar. Akhir akhir ini ia berfikir terlalu keras. Sampai akhirnya ia teringat dengan Taeri. Bagaimana keadaan gadis itu.Saat tengah memikirkannya tiba tiba Taeri mengintip dari balik lemari perpus.
"Oh kau disini." Ungkap Taeri yang membuat Jantung Sehun melonjak.
"Hyakk jangan tiba tiba muncul. Aku belum terbiasa."
"Hehe. Sehun-ssi...bisa ikut aku sebentar?"
***
Sehun harus mencari alasan masuk keruang guru demi Taeri yang sangat ingin kedalam. Sehun pikir hantu bisa menembus dinding tanpa harus merepotkan orang lain. Ternyata tidak, Taeri perlu orang membukakakn pintu atau jendela agar ia bisa masuk. Ternyata tidak mudah menjadi hantu. Pikir Sehun.Akhirnya setelah mencari alasan. Sehun masuk kedalam. Ia mencari Miha Saem, guru konseling.
"Terimakasih Sehun"
Sehun mempersilahkan Taeri masuk kedalam. Ia sendiri pergi ke meja Miha Saem.
"Oh Sehun haksaeng.. Ada apa?"
Sehun membungkuk pada Miha Saem lalu duduk dihadapannya. Ia melirik Taeri untuk melihat apa yang dilakukan gadis itu. Ternyata ia hanya diam didepan pintu.
"Sehun haksaeng??"
"Ah...itu ee aku ingin melakukan konseling tentang e..e..masa depanku" Ucap Sehun asal saat Miha Saem yang membuat guru itu tersenyum.
"Baiklah, bagaimana dengan besok? Hari ini sudah 2 temanmu yang ingin bertemu Saem."
"Baiklah..."***
"Kenapa kau ingin sekali masuk ke ruang guru?""Aku hanya ingin memastikan bahwa apa yang kurasakan tidak salah.."
"Apa maksudmu?"
"Kau ingat dengan guru yang kau sapa saat kita akan ke perpus? Lelaki bertubuh tinggi dan sudah paruh baya"
Sehun menggaruk rambutnya yang tidak gatal lalu ia teringat " Ah Park Saem"
"Park Saem?"
"Ahh..dia wali kelasku yang baru. Sonya Saem sedang cuti melahirkan jadi dia menggantikannya."
"Aku tidak pernah melihatnya"
"Dia berasal dari Seoul. Kudengar juga dia yang akan menggantikan kepala Sekolah diperiode depan" Sehun melipat lengannya didepan dada. "Kenapa? Apa kau mengenalnya?"
Taeri terdiam ia masih ragu "Aku..tidak asing dengan wajahnya."
"Ah...apa karena itu saat dia menembusmu tadi kau-"
"Ya." Sela Taeri "Aku tidak yakin dengan ingatanku tapi rasanya tubuhku sakit sekali ketika melihatnya. Bahkan saat diruang guru tadi. Aku merasa...sangat membencinya entah kenapa"
Sehun memicingkan matanya "Baiklah..kita perlu mencari tahu tentang Park Saem."
"Hm. Aku yakin aku pernah melihatnya."
"Tidak mudah sih mencari info tentangnya..tapi akan aku usahakan."
Taeri menatap Sehun dengan bangga.
"Terimakasih.""Baiklah...aku harus kembali ke kelas"
Taeri mengangguk. "Kapan kau selesai kelas?"
Sehun melihat jam ditangannya " Sekitar jam 7"
"Ah... Baiklah"
"Kenapa?"
"Tidak apa apa. Hanya bertanya saja. Semangat "
Sehun tersenyum lalu menatap Taeri sebentar dan segera pergi.
Taeri tersenyum tipis. Lalu menatap kepergian Sehun dibalik pintu besi itu.
"Setiap melihat Sehun..entah mengapa aku jadi teringat seseorang..entah siapa itu... Kenapa?"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
After 19th
Fiksi Remaja"Selama 19 tahun, aku menunggu seseorang yang bisa melihatku, karena itu..tolong bantu aku" - Kim Taeri "Selama 19 tahun, untuk pertama kalinya aku menyadari, bahwa tidak hanya manusia yang bisa kulihat." - Oh Sehun 19 tahun.. Aku menunggumu.. Aku m...