[9] Unfair

18 2 0
                                    

Yoora : Yeon-sooyaa... Ini aku. Yoora. Tolong aku. Aku seperti orang bodoh sekarang. Aku mengatakan pada Park Saem bahwa aku hamil. Tapi beliau...hikss hikss...beliau bilang aku bohong. Aku pelacur karena aku tidak hanya tidur dengannya.

Yeon soo-yaa...

Yeon Soo : Yoora-ya..kau dimana sekarang ? Aku kesitu

Yoora : Tidak. Jangan kemari. Aku sudah lelah.

Yeon Soo : Ya Yooraa jangan berbuat gila. Please! Diam disitu katakan padaku kau dimana aku akan-

AAAAAAHHHHHRRGGGG

Yeon Soo : Yooraa...

Prakkk

Kau disini rupanya.

Saem...

Kau fikir kau bisa menghancurkanku? Kau bilang aku menghamilimu? Yaa! Sadarlah. Kau juga tidur dengan lelaki lain di motel

Saem...aku hanya melakukan itu denganmu

Plak

Saem..kau menamparku?

Sadar diri gadis murahan! Kau melakukannya karena kau ingin kan? Jangan bawa aku dengan keberadaan bayi haram itu.

Saem...

Pergilah dengan tenang. Menjadi abu adalah jalan terbaik. Untukmu dan aku Hahahaha

AAAAAA

JEBALLLLLL. ANDWAEEE

PRAKKK

Miha berdiri dari kursinya lalu membanting headphone yang ia pakai ke lantai. Ia tak tahan mendengarnya. Rekaman yang diberikan Yeon Soo pada Jonghyun tempo hari.

Bahkan kini Sehun tengah menegang. Ia bisa mendengar suara Park Saem dengan jelas dari saat ia memukul Yoora hingga sekarat lalu menyeretnya dan membakarnya. Disitulah rekaman berhenti. Ponsel Yoora terbakar dan usailah kejadian hari itu.

Sehun mengerti. Kasus ini sangat rapat karena jasadnya tak mungkin ditemukan orang. Inilah mengapa Taeri terus bergentayangan disini. Ia kesal bukan main. Bisa bisanya guru itu begitu keji pada kekasihnya bahkan..pada bayinya

"Brengsek" Umpat Sehun sambil menggebrak meja. Sehun keluar dari ruangan tanpa mengindahkan panggilan Jonghyun dan Miha. Keduanya merasa harus memberi Sehun ruang. Lelaki itu pasti sangat terpukul.

***
Taeri terdiam. Ia melihat dan mendengar semuanya. Ia tak habis pikir bahwa seseorang juga mati dengan cara yang sama dengannya.

"Lelaki itu..tidak pantas hidup" Ucap Sehun menerawang kedepan. Ia mengepalkan tanganya hingga jemarinya memutih. "Brengsek"

Taeri menoleh pada Sehun "Gadis itu. Han Yoora..dia bahagia walau harus mati ditangan orang yang ia cintai."

Sehun menoleh pada Taeri "Gadis itu..tidak gentayangan dan menghantui Park Saem. Walau kematiannya tragis...gadis itu benar benar mencintai Park Saem"

Taeri menunduk "Jika memang aku mati seperti itu... Ini benar-benar tak adil. Kenapa aku harus mati seperti ini?"

Taeri mendongak lalu menatap Sehun yang kini sudah berada didepanya. Menjulurkan tangannya di bahu Taeri yang pada akhirnya menembus.

"Sehun-ssi.. Kebenaran itu..menyakitkan yaa.."

Sehun menunduk "Aku akan membuat dia masuk penjara. Bahkan jika harus membunuhnya aku akan-"

"Jangan."

Sehun menatap Taeri yang kini tengah memalingkan muka. "Kau akan sama dengannya jika demikian"

Taeri tersenyum tipis. "Walau menyakitkan. Aku lega. Lega karena sebentar lagi semua akan terungkap. Dan aku akan pergi dengan tenang."

Sehun menatap sendu bayangan tak kasat mata didepannya. Ia menahan tangisnya agar tak pecah dihadapan Taeri. Ia harus kuat setidaknya didepan gadis malang ini.

***
Park Jang Ho membanting keras map hijau diatas meja. Sebuah panggilan dari pengadilan ia dapatkan tadi pagi. Seorang detektif juga sudah datang ke sekolah membuat kegaduhan. Park Jang Ho membaca surat perintah introgasi itu lalu menatap tajam pada Jonghyun. Ia tahu percakapan tempo hari diruang konseling bukan hanya sekedar konseling. Mereka menyelidiki kasus lama. Kasus yang rapat tak terendus harus terbuka. Jang Ho mengepalkan tangannya kuat lalu berjalan keluar mengikuti detektif itu.

Tak berapa lama setelah kejadian Park Jang Ho diintrogasi. Jonghyun dan Miha berhasil menemukan bukti berupa saksi dari teman-teman Yoora dan bukti pendukung. Satu satunya yang bisa memperkuat bukti adalah pernyataan penjaga sekolah Song Cheol.

Namun sayangnya, kedua orang ini terlambat. Mereka menemukan Song Cheol sudah terbakar di kursi goyangnya. Tubuhnya sudah hangus dan beberapa orang yang melihat hanya prihatin. Sebagian mengatakan bahwa Song cheol membakar dirinya sendiri karena suka bermain dengan api namun sebagian bilang bahwa ia dibunuh.

Salah satu warga mengatakan bahwa ada seorang berbaju hitam keluar dari rumah Song cheol dan tak berapa lama kebakaran terjadi.

Jonghyun dan Miha berpikiran sama. Ini pasti ulah Jang Ho. Lelaki tua itu berhasil keluar dari introgasi karena bukti yang tidak valid dan mengatakan bahwa rekaman itu dibuat. Satu satunya saksi kejadian juga sudah tiada. Ketiganya saling menghela nafas panjang. Selain itu mereka mendapat peringatan dari Kepala Sekolah karena melibatkan seorang siswa kelas 3 untuk menyelidiki kasusyang membuat buruk pamor sekolah.

"Sehun...percayalah kami pasti akan menyelesaikannya. Kau fokuslah pada ujianmu" Miha menyemangati Sehun yang kii hanya bisa menghembuskan nafas kasar, sesekali mengacak rambutnya.

"Percayalah pada kami"

Sehun mau tak mau harus mengikuti mereka. Ujian sudah didepan mata dan Sehun tak punya pilihan selain fokus pada masa depannya tersebut.

***
Sehun duduk di bangku atap sekolah. Ia menatap senjayang semakin kekuningan. Lalu menatap seorang gadis yang tengah menghampirinya.

Tak seperti biasanya. Taeri yang ceria kini berganti wajah pias tak berdaya. Membuat Sehun makin menyesal karena mengingkari perkataannya.

"Kurasa..kau harus menunggu sedikit lebih lama."

Taeri tersenyum tipis "Maafkan aku. Karena membuatmu susah padahal ujian sudah dekat. Maaf karena aku tidak memikirkannya sejauh itu"

"Tidak. Aku tidak pernah merasa susah. Aku hanya ingin ini segera berakhir"

"Aku juga"

Mereka berdua saling menatap hingga akhirnya terpecah gelak tawa diantara mereka.

"Oh Sehun... Kau benar-benar mirip..."

Sehun menaikan kedua alisnya. "Mirip siapa?"

Taeri tersenyum tipis.
"Temanku... Oh Siyeon"

TBC

After 19th Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang