Sehun mengawasi gerak gerik Park Saem yang tengah menulis kalimat di papan tulis. Sejak kedatangan Park Saem dikelasnya Sehun sudah menaruh atensi padanya, bahkan sekarang, ketika teman-temannya mencatat bab yang akan keluar di ujian, Sehun malah sibuk mengawasi punggung Park Saem. Seolah dengan tatapannya, segala tanya yang ada diotaknya akan terjawab.
Tettt
"Baiklah anak-anak, cukup sampai disini. Sekiranya ada yang ingin ditanyakan, silahkan menemui Saem"
Sehun bergegas menutup bukunya lalu saat hendak berdiri, Taeri sudah duduk manis di daun jendela tepat disamping kursi Sehun.
"Kau ingin menemuinya?" Tanya Taeri lalu dijawab anggukan mantap dari Sehun. Lelaki itu mengambil buku coklat dan pena dimejanya lalu bergegas mengejar Park Saem.
Sesampainya dikantor guru, Park Saem dikejutkan dengan Sehun yang duduk manis didepan mejanya.
"Oh Sehun-ssi?"
Sehun tersenyum "Wah Saem cepat menghafal rupanya, padahal aku sudah menutup name tagku"
Park Saem terkekeh "Tentu saja. Aku punya ingatan yang baik. Kau adalah murid baru yang pintar. Saem cukup kagum dengan jawaban essaymu tempo hari."
"Ah ya..."
"Lalu.. Ada apa kemari?"
Sehun meneguk ludanya. Lalu melihat sekeliling dimana para guru tengah sibuk di mejanya masing-masing.
"Saem bilang...bahwa Saem punya ingatan yang baik kan?"
Park Saem mengangguk. "Sepertinya" Jawabnya sambil terkekeh.
"Kalau begitu.. Apa Saem ingat dengan siswi bernama Kim Taeri?"
Sehun mengamati gerak wajah Park Saem, lalu menggeleng.
"Siapa dia?"
Sehun hampir saja termakan mimik wajahnya. Ia tak boleh lengah.
"Kim Taeri, murid SMA Hanyang 19 tahun yang lalu."Park Saem terkekeh "Astaga...bagaimana aku bisa ingat dengan muridku 19 tahun yang lalu. Sehun haksaeng, Saem sudah 50 tahun"
Sehun tersenyum "Anehnya Saem tidak mengelak saat aku bilang murid SMA Hanyang 19 tahun yang lalu.. Yang kutahu, Saem ada disini sejak 2005, jadi harusnya...belum selama itu kan?"
Park Saem tersenyum "Wahh wahh benarkah belum 19 tahun. Pasti Saem sudah pikun haha"
Sehun menyipitkam matanya, saat akan bertanya kembali. Bel masuk kelas berbunyi.
"Sehun Haksaeng... Sudah bel . Kembalilah ke kelas." Ujar Park Saem sambil merapikan beberapa buku dimejanya. Lalu berdiri. "Oh Sehun, ujian sudah dekat. Kuharap kau tidak memikirkan hal yang tidak penting"Sehun mengeraskan rahangnya, melihat Park Saem sudah berbalik meninggalkannya, Sehun meninju keras meja Park Saem, membuat beberapa guru yang ada di kantor menoleh kepadanya. Setelah menbungkuk meminta maaf, Sehun keluar. Ia sangat yakin, Park Saem sedang berbohong padanya.
***
"Kau tidak masuk kelas?"Sehun membuka matanya, lalu menatap Taeri yang sudah duduk disebelahnya. Ia mengikuti Sehun dengan berbaring dimeja kayu disana, lalu menatap langit mendung.
"Aku tidak mood masuk kelas"
Taeri tersenyim tipis "Tidak kusangka kau bisa bolos juga" Taeri menghela nafas panjang "Aku jadi ingat..dulu aku juga sering bolos"
Sehun menoleh, memandang Taeri yang tengah tersenyum memandang langit.
"Masa SMA...adalah masa yang indah kan?"
Sehun menatap langit "Tidak juga."
Taeri memegang dadanya lalu mengelus name tagnya. "Bagiku. Masa SMA adalah masa yang indah. Walau aku sudah lupa dengan kenangan itu... Disini.." tunjuk Taeri di dadanya "Walau ingatanku hilang. Perasaan ini tak pernah hilang."
Taeri menoleh kepada Sehun yang ternyata tengah menoleh padanya. "Aku harap ini segera berakhir" Taeri memandang Sehun lamat-lamat "Rasanya menyakitkan..."
Sehun mencoba menyentuh Taeri namun tak tergapai. Tangannya menembusnya.
"Kenapa?" tanya Taeri yang melihat tangan Sehun berusaha mendekat.
"Hanya..ingin menghiburmu" Sehun menarik tanganya, ia memandang langit kembali sambil menautkan jemarinya "Menepuk pundaknya, mengelus kepalanya atau memberi semangat padanya, begitulah biasanya"
Sehun menoleh pada Taeri yang tengah mengamatinya.
"Karena aku tak bisa menyentuhmu, maka aku akan memberimu semangat"Sehun mengepalkan kedua tangannya didepan Taeri, masih dalam posisi berbaring "Kim Taeri Sunbae, kita pasti bisa. Fighting"
Sebenarnya,Sehun tak hanya menyemangati Taeri, namun juga dirinya sendiri. Ia belum bisa menyelesaikan semua benang merah ini dan hanya praduga. Selain itu pula, ia sedang gelisah karena ujian tinggal beberapa hari.
"Aku tidak menyangka kalau kau pintar menghibur" Taeri mengikuti Sehun dengan mengepal kedua tangannya
"Oh Sehun Hoobae.. Fighting!!" Lalu keduanya tergelak bersama.
***
Sehun menghadap Miha Saem segera setelah guru konselingnya itu memberi kabar lewat katalk bahwa ia menemukan sesuatu yang penting. Saat masuk ke ruang konseling, ia melihat Hong Saem."Ah...kau sudah datang. Masuklah"
Sehun ragu namun akhirnya duduk didepan dua guru itu. Miha yang melihat Sehun terus menatap Hong Saem akhirnya membuka suara.
"Sehun.. Aku membawa Hong Saem kesini karena dia pernah menjadi guru konseling Han Yoora, gadis yang hilang 3 tahun yang lalu"
Hong Saem menoleh pada Miha. "Jadi kau membawaku kemari untuk-"
"Hong Jong Hyun" Sela Miha Saem. Hong Saem memijat keningnya.
"Kwon Miha. Kau tahu kan bahwa kasus itu sudah ditutup sejak lama. Kenapa kau membukanya kembali?"
"Jong Hyun-ah.. Tidakkah kau merasa aneh. Oh Sehun... Dia bertemu dengan Song Cheol, penjaga sekolah yang saat itu melihat kejadian Han Yoora."
Hong Saem menatap Sehun dan Miha bergantian. "Kau bilang Yoora dibunuh? Kau yakin? Bahkan polisi menyatakan gadis itu hilang. Bagaimana bisa, kalau iya..dimana jasadnya?"
"Dia dibakar. Tentu saja jasadnya sudah hancur" Ucap Sehun yakin.
Hong Saem menatap Sehun cemas. "Benarkah? Kau yakin? Ba..bagimana bisa..ah tidak..lalu..sia..siapa yang membunuhnya?"
"Park Jang Ho..."
Hong Jong Hyun membelalakan mata.
"Apa???"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
After 19th
أدب المراهقين"Selama 19 tahun, aku menunggu seseorang yang bisa melihatku, karena itu..tolong bantu aku" - Kim Taeri "Selama 19 tahun, untuk pertama kalinya aku menyadari, bahwa tidak hanya manusia yang bisa kulihat." - Oh Sehun 19 tahun.. Aku menunggumu.. Aku m...