Soraru dan Mafu hanya bisa menunggu di beranda samping sementara Senra, istri Shima sedang mengobati Urata di dalam. Suasana di rumah itu jadi benar-benar hening karena hampir tak ada orang di sana.
Bulan malam itu sedang purnama, cahaya birunya memantul menyinari dua insan yang masih saling diam itu. Lalu Soraru berdiri, menatap rembulan yang berkilau di angkasa sana.
"Apa aku pernah bilang padamu?" ia membuka percakapan. Si gadis albino menoleh, menatap pemuda raven itu bingung. "Bilang apa?" tanya dia.
Soraru mengalihkan pandangannya dari bulan itu dan ganti menatap wajah Mafu yang masih diliputi kebingungan. Akhirnya dia bercerita, "Ini cuma mitos masa lalu, sih, kalau tidak salah ingat, orangtuaku sering menceritakan ini waktu aku masih kecil.
"Ada mitos kuno yang dipercaya Nighthawk. Jika Nighthawk di dunia ini habis, maka bulan akan berubah menjadi merah."
Sepasang mata ruby Mafu membulat. "Benarkah? Aku tidak pernah dengar. Memangnya kenapa warna bulan akan berubah jadi merah kalau tidak ada Nighthawk?"
Kali ini Soraru mengangkat bahunya. "Entahlah, aku tidak tahu. Tidak hanya itu. Katanya, selain mengubah bulan menjadi warna merah, bintang-bintang di langit juga akan menghilang."
Jeda sejenak, sebelum pemuda itu melanjutkan, "Entah mengapa aku mulai percaya kalau itu kenyataan."
"Kenapa kau berpikir begitu?"
Sambil melangkah mondar-mandir, Soraru membalas, "Kau sadar tidak? Bintang yang kau lihat setiap malam sekarang tidak sebanyak sepuluh tahun yang lalu atau mungkin, lebih lama lagi?"
Sambil tersentak, Mafu mulai memerhatikan langit. Benar juga, jumlah bintang yang ia lihat agak jarang bahkan mungkin bisa dihitung jari.
Setelah itu ia menatap Soraru. "Jaa, nanti kalau Soraru-san mati..."
Soraru berusaha menahan tawa, tapi akhirnya ia tak bisa. "Hei, jangan pesimis begitu, dong... Itu, kan, cuma mitos. Belum tentu benar, kan?"
Mendengar itu Mafu menggembungkan pipinya. "Huh! Kau sendiri makhluk mitos, Soraru-san! Orang awam tidak akan percaya kalau kau ada!"
Tawa Soraru mereda. Ia menyeka sudut matanya yang berair. Kemudian, pemuda itu menghela napas. "Ah, kau benar," ujarnya.
Tiba-tiba mereka berdua dikejutkan oleh kedatangan Senra. "Bagaimana keadaan Urata-san?" tanya Mafu refleks begitu melihat wanita itu datang. Senra tersenyum, "Jangan khawatir, keadaannya tidak begitu parah. Aku bisa mengatasinya."
Kemudian wanita itu menatap ke luar dengan cemas. "Kuharap mereka baik-baik saja..."
Sementara itu Luz masih sibuk bergelut dengan youkai mirip mumi yang membawa katana itu. Shima kadang membantu dengan beberapa mantra. Sementara Kashitaro, Amatsuki, dan Sakata hanya bisa melihat. Ya, shikigami seperti mereka tidak akan bertindak sembarangan tanpa perintah dari tuannya.
"Ugh! Makhluk itu tidak bisa diajak bernegosiasi!" gerutu Shima. Sejak tadi tonkaraton itu lebih memilih untuk melawan. Ini bakal sulit. Seperti yang Luz katakan, makhluk itu bukan berasal dari daerah ini.
Itu berarti, ada udang di balik batu.
Luz melompat menjauhi tonkaraton itu. "Dia bukan shikigami," kata Luz sambil terengah. Shima menyipitkan matanya. "Ini aneh," tanggap pria bersurai ungu itu, "kalau memang iya, mengapa makhluk itu tiba-tiba menyerang Urata?"
"Aku tidak tahu," Luz membalas, "yang jelas, makhluk ini tidak bertuan."
"Shima-sama!" panggil Sakata yang berlari kecil menghampiri mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memento
General Fiction"Oto-san... Okaa-san... " Kau tahu? sejauh apapun dia melangkah, hanya bayang-bayang masa lalu yang membuntutinya. Yang ia lakukan hanya merintih, meleburkan butiran airmata dari manik spicanya. Terus berjalan sendirian pada malam hari, di bawah bi...