Bel pulang sekolah telah berbunyi dan hal itu juga menjadi pertanda berakhirnya ujian akhir semester.
Saat ini, Shanin tengah berjalan sendirian menuju gerbang sekolah, namun belum sampai ia pada gerbang sekolah, tiba-tiba saja ada suara klakson mobil dari arah belakang yang mengklakson Shanin, untung saja Shanin tidak kagetan orangnya.
"Nin! Pulang bareng gue yuk, gue anterin sampe rumah lo," ucap si empunya mobil yang ternyata adalah Kiano.
"Hah? Tumben banget, lagian emang lo tau rumah gue di mana?" balas Shanin yang dengan raut wajah bingung.
"Udah ayo, nanti kasih tau aja, sekalian ada hal yang mau gue omongin ke lo."
Mendengar ucapan Kiano, Shanin akhirnya menuruti ajakan laki-laki itu, Shanin memasuki mobil Kiano, dan setelah itu Kiano pun langsung melajukan mobilnya meninggalkan sekolah.
Selama di perjalanan, hanya keheninganlah yang menemani mereka, Kiano yang katanya ingin mengatakan suatu hal, nyatanya hanya diam saja sampai akhirnya mobil jazz merah itu tiba di depan rumah Shanin.
"Makasih ya, No," ucap Shanin seraya melepas sabuk pengamannya.
"Nin," panggil Kiano mencegah Shanin yang tadinya sudah ingin keluar dari mobil Kiano.
"Ya?"
"Kan tadi gue bilang, gue mau ngomong sesuatu ke lo."
"Ya udah ngomong aja, lagian kenapa enggak dari tadi selama di perjalanan?"
Kiano hanya bisa menampilkan senyum cangunggnya saat Shanin berkata seperti itu.
"Jadi gini, Nin. Gue udah lama suka sama lo, nah tipikal cewek yang gue sebutin waktu si Devan nanya tadi itu, ya lo itu. Lo mau enggak, Nin? Jadi pacar gue?"
"Lo serius?" tanya Shanin dengan raut wajah yang tak percaya, karena Shanin takut kalau nantinya Kiano hanya ingin mempermainkan perasaannya saja, apalagi Kiano adalah tipikal laki-laki yang suka bercanda.
"Serius Nin, jadi gimana?"
"Tapi lo bener-bener serius, kan? Lo enggak main-main kan sama gue?"
"Enggak lah, Nin. Gue serius."
Shanin nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya memberikan jawabannya pada Kiano. "Hmm ... iya gue mau."
"Serius?"
Meskipun masih sedikit ragu, tapi Shanin tetap menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
"Tapi, No ... gue enggak mau banyak orang yang tau kalo kita pacaran,"
"Lho kenapa emangnya?"
"Gue enggak suka aja kalau banyak orang yang tau, gue enggak mau kesannya terlalu pamerin hubungan kita, apa lagi kita masih baru pacarannya, kita juga kan masih Adek kelas, enggak enak kalo digosipin sama Kakak kelas, apa lagi kalo gosipnya yang buruk-buruk."
"Terus lo maunya gimana? Kita backstreet gitu?"
Shanin hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
"Oke deh, karena sekarang lo pacar gue, jadi apapun kemauan lo bakalan gue turutin,"
"Apaan sih, No? Jangan jadi bucin deh. Kalau gitu gue turun dulu ya, sampai ketemu di sekolah hari Senin nanti."
"Bye."
Setelah itu, Shanin pun turun dari mobil Kiano dan pergi memasuki rumahnya.
Kiano yang belum beranjak dari tempatnya, hanyabisa kegirangan di dalam mobil karena akhirnya gadis yang selama ini menjadiincarannya, sudah resmi menjadi kekasihnya. Walaupun sebenarnya Shanin sangatamat tahu bahwa Kiano bukanlah anak baik-baik saat di sekolah, tapi jika untukShanin, Kiano rela mengubah sikap buruknya itu. Keduanya bahkan nyaman denganstatus backstreet mereka yang entahakan bertahan sampai kapan.
*****
To Be Continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Relationship
Short Story"Lo mau enggak, Nin? Jadi pacar gue?" Tentang Shanin dan Kiano yang memilih untuk backstreet dalam menjalani hubungan mereka. Shanin si anak pintar yang selalu berada di peringkat tiga besar dan Kiano si anak nakal yang hobinya keluar masuk tuang BK...