Penjelasan

965 128 87
                                    

Pagi ini, Shanin datang ke sekolah tidak bersama dengan Kiano. Katanya, Kiano tidak mau sekolah selama beberapa hari, entah apa alasannya tapi Kiano sudah lebih dulu meminta maaf pada Shanin karena tidak bisa mengantar jemput gadis itu.

"Tumben lo udah dateng, biasa juga siang datengnya," cerocos Nadya saat melihat Shanin yang baru saja memasuki kelas.

"Iya tadi gue berangkat bareng Papah gue," balas Shanin seraya duduk di kursinya.

"Lah emang biasanya lo bareng siapa?" tanya Natira dengan kening yang mengerut.

Raut wajah Shanin langsung berubah menjadi panik saat ia menyadari kalau ia bisa saja salah bicara. "Hah? Eng ... enggak bareng siapa-siapa."

Setelah itu terjadi keheningan di antara ketiganya, Natira sibuk membaca novel, Nadya sibuk memainkan ponselnya dan Shanin justru sibuk memandangi pintu kelas, berharap kalau Kiano akan muncul dari balik pintu itu.

"Kiano enggak sekolah lagi ya hari ini?" tanya Shanin tiba-tiba.

"Tumben lo nanyain Kiano, ada apa emangnya?" tanya Nadya balik.

"Enggak ada apa-apa sih."

Nadya sudah lama menaruh curiga pada Shanin yang terus menerus membahas Kiano, dan mungkin ini adalah saatnya untuk Nadya bertanya ada hubungan apa di antara Shanin dan Kiano. "Lo ada hubungan apa sama Kiano?" tanya Nadya dengan tatapan mengintimidasi.

Mendengar pertanyaan yang Nadya lontarkan, Shanin pun langsung bungkam dibuatnya. "Emangnya kenapa?" tanya Shanin balik dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Gue pernah liat lo pulang bareng sama Kiano. Jangan-jangan lo pacaran ya sama Kiano?" kali ini Nadya yang bertanya, lengkap dengan tatapan yang tak kalah mengintimidasi.

"Pulang sekolah kita ke Cafe yang biasa ya, nanti gue ceritain semuanya."

"OKE."

~

Sementara itu di tempat lain, Kiano dan Devan justru tengah asik bermain game bersama di kamar Devan, Kiano tidak pernah mengajak Devan bermain game di rumahnya, karena pasti akan direcoki oleh Rendi.

Di saat Kiano tengah fokus bermain game, Devan tiba-tiba saja melontarkan sebuah pertanyaan. "No, lo kapan mau nembak Shanin? Dari dulu, gue liat lo kode-kodean mulu."

"Gue udah nembak dia," jawab Kiano santai.

Devan yang mendengar hal itu sontak menghentikan permainannya yang membuatnya jadi kalah dari Kiano.

"Yes gue menang!"

"Kok lo enggak cerita sama gue?"

"Sengaja." Kiano menampilkan cengirannya hingga membuat Devan jadi merasa kesal pada laki-laki itu.

"Cerita enggak lo sama gue!"

"Iya-iya gue ceritain."

"SEKARANG!"

"Iya."

Devan dan Kiano lalu beranjak ke atas kasur Devan, meninggalkan play station mereka yang belum sempat dimatikan.

"Gue udah nembak Shanin dari tiga bulan yang lalu ...."

"Wah temen macam apa lo?"

Belum sempat Kiano menyelesaikan ceritanya, Devan sudah memotong omongan Kiano.

"Dengerin dulu, Van. Shanin enggak mau banyak orang yang tau kalo kita pacaran, ya udah kita pacaran diem-diem, gue sama Shanin udah jalanin ini selama tiga bulan dan kita nyaman kaya gitu."

"Parah ... kok gue bisa ya enggak tau kalo lo udah pacaran sama Shanin?"

"Enggak keliatan, kan?"

"Biar apa lo enggak cerita-cerita ke gue?"

"Biar enggak ada yang minta pajak jadian." Kiano lagi-lagi menampilkan cengirannya yang membuat Devan jadi semakin kesal melihatnya.

"Oke fix, bukan temen gue."

"Gitu aja ngambek, ya udah, pajak jadiannya gue kasih sekarang, tapi lo harus janji enggak bakal ceritain hal ini ke siapapun."

"Siap lah."

Setelah menceritakan alur hubungan Kiano dan Shanin, Kiano pun langsung mengajak Devan keluar dari rumahnya. Kiano akan mentraktir Devan apapun yang laki-laki itu mau sebagai bagian dari pajak jadiannya.

~

Sepulang sekolah, Shanin langsung mengajak Nadya dan Natira untuk pergi ke Cafe yang ia katakan pagi tadi. Sedikit demi sedikit, Shanin ceritakan pada Nadya dan Natira tentang hubungannya dengan Kiano. Dan seperti yang sudah Shanin duga, kedua temannya itu langsung berteriak heboh karena tak percaya dengan apa yang Shanin ceritakan.

"HAH? LO UDAH PACARAN SAMA KIANO TIGA BULAN DAN LO ENGGAK CERITA APA-APA SAMA KITA?"

"Temen macam apa lo?"

"Kalian tuh dengerin dulu dong. Waktu kita baru pertama kali jadian, gue bilang kalo gue enggak mau banyak orang yang tau tentang hubungan kita, jadi gue bilang ke Kiano gimana kalo kita pacaran diem-diem aja," jelas Shanin pada dua temannya itu.

"Backstreet gitu maksud lo?" tanya Natira.

"Ya gitu deh."

"Terus kalian nyaman gitu backstreet kaya gini?" tanya Nadya.

"Nyaman. Justru Kiano nurut aja sama apa kemauan gue, gue enggak mau dia jadi bucin, dia oke-oke aja, gue enggak mau dia manggil Sania sayang, dia juga oke-oke aja tuh."

Nadya dan Natira merasa miris melihat hubungan Shanin dan Kiano yang terlihat baik-baik saja di saat mereka berdua belum memilih kekasih sama sekali.

"Kapan ya bisa punya pacar kaya Kiano gitu," tutur Nadya dengan raut wajah sedih.

"Sabar ya, Nad. Gue juga jomblo kok."

Shanin hanya bisa tertawa melihat kedua temannyayang saling berpelukan karena adanya kesamaan nasib. Dan kini, baik temanShanin maupun teman Kiano, mereka sudah sama-sama tahu tentang hubungan keduaremaja itu.

*****

To Be Continue...

Secret RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang