Berantem

987 137 73
                                    

Di saat semua murid SMA Bhakti Utama tengah melaksanakan sholat dzuhur berjamaah di masjid sekolah siang tadi, Shanin yang sedang berhalangan justru diam-diam memainkan ponsel milik Kiano, dan dengan sengaja Shanin membuka aplikasi WhatApps milik kekasihnya itu.

Sejak dulu, Kiano memang tidak pernah mengunci ponselnya, jadi wajar saja jika semua teman-temannya bisa membajak ponsel milik Kiano sesuka hati mereka.

Saat Shanin membuka aplikasi chatting di ponsel Kiano, tak ada chat-an antara Kiano dan perempuan lain, isi chat-an Kiano hanyalah seputar chat-an grup, dan teman-teman dekatnya, tapi di antara semua chat-an itu, ada satu chat-an antara Kiano dengan kakak kelasnya yang mengatakan bahwa orang itu akan menunggu Kiano saat jam pulang sekolah nanti.

Sepertinya Kiano baru saja mencari masalah lagi dengan kakak kelasnya.

"Mikirin apaan sih?"

Lamunan Shanin langsung buyar saat mendengar pertanyaan yang terlontar dari Natira. "Eng ... enggak mikirin apa-apa kok." Shanin yang terkejut terpaksa menjawab pertanyaan Natira dengan berbohong.

Selama satu jam pelajaran, Shanin sama sekali tidak bisa memperhatikan apa yang gurunya terangkan, yang ada di pikirannya saat itu hanyalah, apa yang akan Kiano dan kakak kelasnya itu lakukan? Sampai pada akhinya bel pulang pun berbunyi.

"Nin ayo pulang!" Kiano menghampiri Shanin dengan tergesa-gesa.

"Kiano!" panggil Shanin pada Kiano yang sudah berjalan mendahuluinya. "Kamu lagi buru-buru ya?" tanya Shanin saat Kiano sudah menghentikan langkahnya.

"Hhmm ... iya nih"

"Ya udah kalau gitu, aku pulang naik ojek online aja, kamu selesain aja urusan kamu, jaga diri kamu baik-baik karena aku enggak mau sampai kamu kenapa-kenapa."

Shanin lalu pergi meninggalkan Kiano yang masih bingung dengan ucapannya. Dalam hati, Kiano ingin sekali mengejar kekasihnyanya, tapi ia ingat bahwa ia masih memiliki urusan yang harus diselesaikan sekarang juga.

Dan tanpa pikir panjang lagi, Kiano langsung berlari ke arah belakang sekolah, tempat yang ia dan kakak kelasnya itu janjikan. Shanin yang belum begitu jauh dari tempat Kiano berdiri tadi, dengan segera berjalan mengikuti ke mana arah Kiano pergi.

Saat tiba di TKP, telinga Shani dengan samar-samar dapat mendengar suara tonjokan yang terkadang disertai dengan kata-kata kasar.

Lama Shanin menunggu, tonjokan dan kata-kata kasar itu seolah sudah tidak lagi terdengar, tapi Shanin terlalu takut untuk mengintip, ia takut kalau perkelahian itu masih berlanjut, walau sebenarnya ia ingin sekali melihat bagaimana keadaan kekasihnya saat ini.

"Shanin! Kamu ngapain di sini?"

Shanin mendapati kekasihnya sudah babak belur dengan baju seragamnya yang kotor.

"Kamu punya masalah apa sampai harus diselesaikan dengan cara begini?"

"Enggak kok, cuma masalah kecil."

"Masalah kecil kamu bilang? Mana ada masalah kecil diselesaikan dengan cara kekerasan kaya gini? Sekarang ikut aku, biar aku obatin luka kamu."

Shanin menarik tangan Kiano tanpa aba-aba, sedangkan Kiano hanya bisa pasrah, menuruti apapun yang akan Shanin lakukan untuknya.

Shanin membawa Kiano ke taman dekat sekolah, dan dengan telaten gadis itu bersihkan luka yang ada di beberapa bagian tubuh Kiano.

"Kamu marah ya sama aku?" tanya Kiano yang tak dibalas apa-apa oleh Shanin. "Nin, aku bisa jelasin kenapa aku berantem sama Kakak kelas tadi," lanjut Kiano yang kali ini hanya dibalas tatapan oleh Shanin, tatapan itu seolah meminta jawaban atas pertanyaan kenapa.

"Kakak kelas itu tukang bully, dia bully anak IPA yang katanya kampunganlah culunlah, kutu bukulah, nah aku tuh enggak suka, apa lagi dia itu temen dari temennya aku sendiri, aku makin enggak suka dong. Ya udah aku tantangin aja dia berantem, kalau dia kalah, dia enggak boleh bully anak IPA itu lagi, tapi kalau dia menang, dia boleh bully aku sepuasnya, dan pada akhirnya aku menang, Nin. Dan dia janji enggak akan ganggu anak IPA itu lagi. Kamu jangan marah sama aku lagi ya, please."

Shanin lalu menghela napasnya, kemudian memberikan anggukan sebagai tanda kalau ia sudah memaafkan Kiano.

Lalu tanpa basa-basi, Kiano langsung sajamemeluk tubuh Shanin sembari mengatakan terima kasih kepada kekasihnya itu.

*****

To Be Continue...

Secret RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang