Who Am I ? - Soobin

07. heartbeat

btw aku dobel up, cek chapter sebelumnya.

warn 

aku uda ingetin, dosa tanggung sendiri. Tapi tenang, ini aman. ngga se anu itu kok. Yang jelas cukup bikin Soobin stan ambyar. hehe :). kalau kamu masih polos dan gamau polos mu hilang, skip aja.

--

Mereka tahu ini salah, tapi biarkan dulu ini berlangsung. Tolong lupakan status pelajar mereka saat ini saja. Yeji nyaman dengan semua ini, begitu pula Soobin yang entah sejak kapan mulai menggigit bibir Yeji. Ketika keduanya mulai mencari rongga untuk bernafas, tautan bibir mereka seakan lepas. Saling menatap untuk sekejap lalu menempelkan bibir mereka lagi. Tuhan, Soobin tahu ini salah tapi kenapa rasanya begitu nyaman. Lagi, kedua bibir itu mulai menyesap dan menggigit satu sama lain. Ini dilarang, mereka tahu. Tapi berapa kali mereka membantah, tetap saja hati mereka seakan menolak. Tangan soobin mulai meraba ke arah tangan Yeji dan disaat itu pula,

Soobin terjatuh dari kasur dengan kedua pipi pemuda itu memerah seperti tomat.

"Aku yang mimpi kenapa aku yang malu?" 

Soobin menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia mengambil guling dari kasurnya dan menenggelamkan wajah nya disana. Sial, Soobin benar-benar malu kali ini. Soobin bangkit dari lantai lalu menidurkan dirinya dikasur. Guling dan Bantal entah kemana, yang pasti sudah Soobin tendang-tendang karena malu. Bagaimana perasaan Soobin ketika bertemu dengan Yeji nanti? Tuhan, Soobin malu.

"Mari lanjutkan mimpi tadi" ujar soobin sambil memanyunkan bibirnya

Jika kalian bertanya, bagaimana seorang buta bisa bermimpi? Apa kalian lupa, jika dulunya Soobin bukan Tuna netra? Lalu tentang Yeji, Soobin mengenal Yeji sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Soobin tahu Yeji, Tapi Yeji baru mengenal Soobin di bangku SMA. Sungguh miris nasibmu wahai Soobin.

Tanpa Soobin sadari, Hwall berdiri di depan pintu kamar Soobin. Pemuda sipit itu tertawa sekilas. Ternyata adiknya bisa merasakan cinta juga. Hwall masuk ke kamar Soobin perlahan, lalu duduk di meja belajar Soobin (yang tidak pernah dipakai). Tangannya mengelus surai milik sang adik sembari membatin jutaan kata maaf.