11. Pengorbanan Sehun

2K 186 30
                                    

Warning typo bertebaran, mohon dimaklumi
.
.
.
.
.
.

Selamat membaca 😘😘












Kopi siapin kopi 😂











Kondisi kandungan Jiyeon sekarang sudah memasuki usia delapan bulan. Sudah cukup melelahkan baginya untuk terlalu banyak berjalan sebenarnya, namun kata dokter yang selalu memeriksa kandungannya. Ia harus memperbanyak diri untuk berjalan, agar mempermudah ia kelak saat akan melahirkan.

Kali ini adalah jadwal kotrol dirinya ke rumah sakit, dan seperti biasanya dia akan ditemani seorang maid dan juga ibu mertuanya. Sehun tidak bisa untuk datang setiap kali ia harus melakukan cek up kandungan.

Sudah tertera dalam surat perjanjian antara Sehun dan managemennya bahwa ia tidak boleh mempublish status dirinya yang sudah menikah hingga kontrak selesai.

“Eonni, bisa tolong belikan air?” bisik Jiyeon pada sang maid yang sedari tadi duduk disampingnya.

Karena sudah mulai memasuki musim panas membuat Jiyeon cukup kewalahan. Walaupun ruang tunggu ini sudah dilengkapi dengan pendingin ruangan namun tetap saja peluh membasahi dahinya.

“Baik nona sebentar” sang maid tersebut segera pergi mencari kantin terdekat untuk membelikan nonanya minum.

Jiyeon tersenyum menatap sepasang hasil USG berwarna hitam putih tersebut. Disana tercetak cukup jelas wajah bayinya. Anak itu memiliki hidung yang mancung dan dahi yang cukup lebar, pipi yang chubby juga bibir yang mungil. Pasti jika anaknya lahir ia mungkin akan sangat tampan atau cantik.

Sebenarnya di usia sekarang sudah dapat dipastikan dengan akurat jenis kelamin bayi yang akan ia lahirkan. Namun dia beserta sang suami sepakat untuk tidak mengetahui jenis kelamin tersebut. Apapun jenis kelaminnya mereka pasti akan menyayangi bayi itu, yang terpenting selama pemeriksaan rutin adalah bayi mereka sehat.

“Jiyeon-ah semua sudah selesai, ini vitamin yang harus kau minum seperti biasa. Dimana Jungah?” Nyonya Oh sudah kembali dari tempat pengambilan obat dengan membawa beberapa vitamin yang harus Jiyeon minum.

Wanita paruh baya itu mengelus perut buncit Jiyeon dengan senyum lebar. Akhirnya ia akan mendapatkan cucu pertamanya. Walaupun Sehun memiliki seorang kakak, namun karena Sehun yang terlebih dahulu menikah membuatnya belum dapat memberikan cucu.

“Terimakasih eommoni. Jungah sedang membelikanku minum, aku merasa haus sekali” Nyonya Oh mengangguk sebagai jawaban, ia kembali melirik pada hasil USG yang Jiyeon pegang.

Wanita itu mengambil foto dari hasil USG dan mengirimkannya kepada Sehun yang pastinya sudah menunggu laporan pemeriksaan Jiyeon sedari tadi.

“Jiyeonnie..” mendengar namanya dipanggil, ibu muda tersebut lantas langsung menolehkan kepalanya menatap mertuanya itu.

“Ada apa eommoni?”

“Bagaimana jika sekarang kita sedikit berbelanja keperluan bayimu eoh?” Nyonya Oh menatap Jiyeon dengan pandangan yang berbinar.

Berbelanja kaperluan calon cucu bersama menantunya adalah impian terbesar Nyonya Oh selama ini. Berhubung kesempatan wanita itu keluar hanya diwaktu cek up, jadi Nyonya Oh akan memanfaatkan keadaan ini semaksimal mungkin.

Jiyeon yang mendengar itu sontak saja langsung menunjukkan raut wajah yang sangat senang. Kedua matanya berbinar cerah, seperti tidak percaya dengan apa yang terucap dari bibir mertuanya itu.

ID(addy)OLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang