3. Ragu

3.9K 347 17
                                    

'jadi mulai sekarang panggil namaku dengan sopan'

Author POV

Jujur Sasuke sedikit kaget. Dia kira Naruto seumuran dengannya atau lebih muda darinya.

"Heh, aku tidak percaya" Ucap Sasuke.

Pria di depannya menggeram tidak suka. Dan menunjukkan kartu pengenalnya kepada Sasuke.

"Apa?! Masih tidak percaya kalau aku lebih tua dari mu?!"

"Ck, tapi kau tidak cocok untuk ku panggil kakak. Lihat tinggi mu saja tidak melebihi telinga ku" Ejek Sasuke santai sambil mengusap kucing hitamnya.

Naruto sendiri sudah memandang Sasuke marah. Tidak menyangka dia akan diremehkan begini. Sedikit menyesal dia sempat mengagumi Sasuke tadi. Selain irit bicara orang di depannya juga pedas kalau sudah bicara.

"Ya sudah kalau begitu. Aku pergi" Ujar Naruto.

Sasuke yang sadar kalau kata-katanya menyakiti hati Naruto segera menarik tangan ramping itu dan mendudukkannya kembali.

"Maaf"

Naruto yang sudah terlanjur sakit hati hanya memalingkan kepalanya ke samping.

Sasuke menghela nafas berat. Ingin rasanya dia mengutuk mulut nya sendiri.

'First impression yang buruk' Rutuk Sasuke dalam hati.

"Sudah aku ingin pergi. Jangan menahan ku" Ucap Naruto.

Kring~kring~kring

Naruto merogoh kantung celananya.

"Halo... iya sebentar 10 menit aku sampai... Tidak perlu aku akan pulang sendiri.. apa!? Tidak.. sudah ya"

Sasuke melihat perubahan pada ekspresi Naruto. Terlihat lebih panik sesudah mengangkat telepon.

"Maaf Sasuke aku benar-benar harus pergi"

Ekspresi marah yang tadi ditunjukan Naruto sirna digantikan oleh raut panik. Ingin sekali Sasuke menahan Naruto, tapi dia juga tidak tega.

"Ayo aku temani"

"TIDAK!! Ah-ahh maksud ku... tidak perlu. Sudah ya Sasuke. Bye~"

Akhirnya Naruto pergi dari hadapan Sasuke dengan berlari.

'Ada apa dengan nya?'

•••

"Hah..hah.. m-maaf Neji. Aku telat"

"Ck, bukankah aku sudah bilang kalau ingin bertemu seseorang bilang padaku dulu?!"

Neji menarik tangan Naruto menuju mobilnya. Naruto sih sudah pasrah. Dia sudah tahu akan seperti ini. Pergelangan tangannya sampai merah ditarik oleh Neji.

Mau melawan pun, Neji pasti akan memukulnya. Lebih baik diam dan mengalah, batin Naruto.

Brukk

"Auch.. sakit sekali Neji" Ujar Naruto lirih.

Si terduga hanya menatapnya datar dan segera duduk di kursi kemudi.

Dan tanpa diketahui ada seorang yang geram atas tindakan itu.

'Ck, sial!'

•••

"Aku pulang!"

"Okaeri, Sasuke. Apa kau ingin-" Tanya ibunya, Mikoto.

"Tidak. Aku ingin ke kamar saja" Balas Sasuke.

Tanpa disadari oleh dirinya sendiri. Sasuke memasang wajah sendu saat melewati Mikoto.

"Ada apa dengan anak itu?"

•••

"Hah~ Apa yang harus aku lakukan" Gumam Sasuke.

Masih terbayang di benaknya. Seorang pria berambut panjang menarik atau bahkan menyeret tangan Naruto.

'Apa Naruto sudah punya pacar? Atau bahkan tunangan?'

Hanya memikirkan itu, rasanya kepala Sasuke pening.

Apa dia harus menyerah? Apa dia harus move on?

Tapi ayah nya berkata, seorang Uchiha tidak boleh menyerah. Apalagi bagi orang yang disayangi.

Terlebih lagi dia melihat raut kesakitan Naruto saat mobilnya melewati Sasuke.

Rasanya dia ingin melindungi Naruto begitu saja. Dan tidak boleh ada yang menyakiti Naruto'nya'.

Tok tok tok

"Sasuke aku masuk ya" Suara Itachi terdengar dari luar.

"Hm"

"Hei, kau kenapa Otouto?"

"Seperti orang patah hati saja" Ujar Itachi setengah bercanda.

Karena memang benar raut wajah Sasuke yang melas atau tidak bergairah mengingatkannya pada dirinya dulu.

Sasuke memicingkan matanya ke Itachi. Sedikit tersinggung sebenarnya. Sedangkan si terduga hanya tersenyum canggung.

Seramnya, batin seorang Itachi.

"Coba ceritakan padaku. Siapa tahu aku bisa membantu" Saran Itachi.

1 menit

Sasuke tidak menjawab. Itachi masih maklum.

5 menit

Sasuke masih menimbang-nimbang.

10 menit

Kesabaran Itachi mulai terkikis. Bahkan muka adiknya masih saja datar. Tidak ada tanda-tanda kalau dia mau bicara.

"A-ah sebaiknya aku keluar. Mungkin kau tidak ingin diganggu dulu"

Itachi mencari alasan untuk keluar dari kamar adiknya. Namun, baru selangkah dia pergi. Sasuke memanggil namanya.

"Itachi"

"Ya?" Sedikit sedih saat Sasuke tidak lagi memanggilnya dengan sebutan kakak.

"Apa aku harus menyerah?"

"Hah? Maksudmu menyerah bagaimana?"

Decakan keluar dari mulut Uchiha busung itu. Dengan sedikit dorongan dia duduk dan menceritakan kisah asmaranya.

Itachi hanya menyimak dan tidak berani mencela ucapan Sasuke. Melihat mata Sasuke yang lebih hidup saat bercerita tentang seseorang merupakan kejadian langka.

"Jadi seperti itu. Apa menurutmu aku harus menyerah?" Tanya Sasuke.

"Tapi sebelumnya aku ingin bertanya pada mu. Apa kau benar-benar mencintai orang itu? Atau hanya utang balas budi?"

Sasuke terdiam.

"Tentukan dulu perasaan mu yang sebenarnya. Jika sudah, kau bisa tentukan sendiri apa yang harus kau lakukan. Baik itu menyerah atau memperjuangkan"

TBC

Maaf ya Rara lama up

Masih terguncang nih karena book ini jarang ada yang baca

Tapi gapapa deh.

Sampai jumpa di chapter depan 🙋🙋

First MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang