Seruan Seorang Kekasih

212 7 0
                                    

     Dimana kau, kekasihku? Apa kau berasa dalam firdaus kecil itu, tengah menyirami bunga-bunga yang memandangmu bagaikan bayi memandang payudara ibu mereka?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Dimana kau, kekasihku? Apa kau berasa dalam firdaus kecil itu, tengah menyirami bunga-bunga yang memandangmu bagaikan bayi memandang payudara ibu mereka?

     Atau apakah kau berada dalam kamar tempat diletakkan kuil kebajikan untuk menghormatimu, dan diatasnya kau memberikan hati dan jiwaku sebagai korba?

     Atau di antara buku-buku, tengah mencari pengetahuan manusia, semesta kau penuh dengan kebijaksanaan surgawi?

     Oh belahan jiwaku, di mana kau? Apa kau sedang berdoa di kuil? Atau memanggili Alam di padang, pelabuhan mimpimu?

     Apa kau berada dalam gebug-gubug si miskin, tengah menghibur orang-orang patah-hati dengan manisnya jiwamu, dan mengisi tangan mereka dengan kemurahanmu?

    Kau adalah jiwa tuhan di mana-mana; kau lebih kuat dari pada zaman.

    Apa kau masih ingat hari ketika kita bertemu, ketika halo jiwamu mengelilingi kita, dan para Bidadari Cinta melayang-layang di sekitar, sambil menyanyikan pujian akan perbuatan jiwa?

    Apa kau tidak lupa waktu kita duduk di bawah bayangan cabang-cabang, sambil melindungi diri kita sendiri dari umat manusia, seperti rusuk melindungi rahasia hati suci dari luka?

    Ingatkah kau akan jalan setapak dan hutan yang kita jalani, dengan tangan bergandengan, dan kepala kita menyandar satu sama lain, seakan kita menyembunyikan diri kita sendiri di dalam diri kita sendiri?

     Bukankah kau tidak lupa saat aku mengucapkan selamat tinggal, dan ciuman bahari yang kau taruh di atas bibirku? Ciuman itu mengajariku bahwa menyatukan bibir dalam cinta mengungkapkan rahasia-rahasia surgawi yang tidak dapat diucapkan oleh lidah!

     Ciuman itu pendahuluan kepada suatu desah kuat, seperti napas yang mahakuasa yang mengubah bumi menjadi manusia.

     Desah itu mengantar jalanku ke dalam dunia spiritual yang mengumumkan kemulian jiwaku; dan dia akan terus ada sampai kita berjumpa lagi.

    Aku ingat ketika kau menciumku dan mencimku, dengan air mata mengaliri kedua pipimu, dan kau berkata, "tubuh-tubuh duniawi harus sering berpisah untuk tujuan duniawi, dan harus hidup terpisah didorong oleh niat duniawi.

     "Tetapi jiwa tetap menyatu dengan aman dalam tangan-tangan cinta, sampai kematian datang dan membawa jiwa-jiwa menyatu itu kepada tuhan.

     "Pergilah kekasihku; cinta telah memilihmu sebagai utusannya; kepadanya, karena dia adalah kecantikan yang menawarkan kepada pengikutnya piala manisnya kehidupan, akan halnya lengan-lenganku sendiri yang kosong, cintamu akan tetap menjadi mempelaiku yang menghibur; kenanganku, perkawinan abadiku."

     Di mana kau sekarang, diriku sendiri yang lain? Apa kau terjaga dalam keheningan malam itu? Biarkan angin sepoi bersih menyampaikan kepadamu setiap detak dan kasih sayang jantungku.

    Apa kau sedang menimang-nimang wajahku dalam ingatanmu? Gambar itu bukan lagi gambarku sendiri, karena kesedihan telah menjatuhkan bayang-bayanganya ke atas paras bahagiaku dari masa lalu.

     Isak tangis telah melayukan mataku yang memantulkan kecantikanmu dan mengerikan bibirku yang kau maniskan dengan ciuman-ciuman.

    Di mana kau, kekasihku? Apa kau dengar tangisanku dari seberang lautan? Apa kau memahami kebutuhanku? Apa kau tahu besarnya kesabaranku?0

    Apa ada suatu jiwa di udara yang mampu menyampaikan kepadamu napas dari pemuda sekarai ini? Apa ada suatu komunikasi rahasia di anataraa para malaikat yang akan membawa keluhanku padamu?

     Di mana kau, bintang jelitaku? Ketidakjelasan hidup telah melemparkan aku ke atas dadanya; kesedihan telah mengalahkan aku.

     Layarkan senyummu ke dalam udara; itu akan menggapai dan menghidupkan aku! Embuskan wewangianmu ke dalam udara; itu akan membuatku bertahan!

     Dimana kau, kekasihku?

               Oh, betapa besarnya Cinta!
 
     Dan betapa kecilnya diriku!

The Poetry Of Kahlil GibranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang