chap 7

391 58 3
                                    

Hujan dan angin yang kencang, gue lebih milih baca novel dan earphone yang memutar sebuah lagu galau biar feel nya lebih terasa. Dan tak lupa coklat panas buatan bunda yang menemani malam ini.

Nanti lo tau kenyataannya
Sebuah kalimat yang melintas begitusaja di pikaran gue. Gue nutup novel dan beranjak kebawah buat nemuin abang gue buat minta penjelasan karna malam ini dia pasti ada dirumah.

Dibawah tepatnya di ruang keluarga jeonghan lagi nonton tv ditemenin bunda yang sibuk nulis bahan bahan buat bikin kue besok dan ryujin yang lagi sibuk di dapur gak tau ngapain.

"Bang pen ngomong" kata gue langsung duduk di sampingnya.

"Tinggal ngomong susah amat" katanya dengan mata yang masih natap layar tv.

"Maksud tadi yang disekolah apa?" Tanya gue

"Yang mana?" Tanyanya

"Yang ryujin" jawab gue

Abang gue langsung mengalihkan pandangannya dan sekarang natap gue. Tatapan yang aneh.

"Jelasin" pinta gue dengan singkat

Bunda yang tadinya nulis list buat bikin kue ngeliat kearah gue.

Ryujin duduk di sofa deket gue. Single sofa.

"Bunda kenapa bunda selalu bersikap dingin sama Ryujin dan bunda gak pernah peduli sama dia apa Ryujin punya kesalahan besar sampe bunda selalu mengabaikan ryujin?" Tanya gue panjang lebar membuat ryujin jeonghan dan bunda natap gue.

"Kamu gak akan pernah ngerti" kata bunda dan ngalihin pandangan nya.

"Bun aku ini udah gede" kata gue

"Tapi kamu gak akan ngerti perasaan bunda nak" lirih bunda

Sebenernya yang terjadi disini itu apa?

"Bun" panggil Ryujin pelan ngebuat gue abang sama bunda ngeliat ke arahnya.

"Apa bener aku ini bukan anak angkat?" Tanya Ryujin

Tapi bunda seakan menyibukan dirinya sendiri sambil menulis list.

"Bun jawab" lirih Ryujin

"Kamu anak dari istri kedua ayah jeongyeon dan jeonghan" penjelasan kecil yang ngebuat gue terpaku.

Istri kedua ayah?

Jadi itu alasan kenapa bunda sama ayah gak pernah tidur satu ranjang.

Gue natap jeonghan, bunda bergantian. Kenapa jeonghan biasa biasa aja? Apa dia udah tau yang sebenarnya?

Cukup. Drama banget hidup gue.

Air mata gue gak bisa berenti. Kenapa gue jadi cengeng gini.

Gue lari ke kamar sambil nangis sesegukan. Gue bukan anak yang kalo ada masalah dirumah bakal keluar nyari hiburan. Cukup ngunci diri di kamar sambil nangis sejadi jadinya udah lebih dari cukup buat gue.

Kenapa semua orang egois.
Apa mereka gak pernah berfikir gimana gue saat ini?huh?

Tok..tok..tokk

Siapa si yang ngetok ngetok jendela malem malem gini. Gak tau apa keadaan gue gimana.

Menyebalkan.

"Woi buka jendelanya" teriak seseorang dari luar sana.

Gue menghela nafas kasar lalu berdiri ngapus air mata gue dan buka jendela.

Siapa si gak bisa gitu dari pintu aja.

Gue ngebuka jendela "ngapain lo disini?" Tanya gue mengeruykan kening.

"Suruh gue masuk dulu kek pegel nih" katanya dengan muka memelas. Jyjyk.

Dia masuk kamar gue dan langsung ngebaring kan tubuhnya di kasur gue.
Berasa rumah sendiri iye?.

"Abis nangis ya lo?" Tanya nya.

Gue ngalihin pandangan.

"Gak, ngapain si kesini pake lewat jendela lagi" jawab gue sewot.

"Kalo aja abang lo gak galak gue juga bakal lewat pintu depan" jelasnya.

Ya seenggaknya gak kek maling gini.
Malem malem lagi.

Hening.

Gue duduk dipinggir jendela natap ke arah luar.

Wonwoo dateng duduk di depan gue. Dia natap gue lekat. Tapi gue enggak.



Males.



"Ryujin anak dari istri kedua ayah won" kata gue lirih. Cairan bening turun ngebasahin pipi gue. Sementara wonwoo cuma diem natap gue. Entah tatapan apa itu.

"Gua tau semuanya, tanpa lo jelasin gue tau" katanya. Gue mematung mata gue memanas. "Abang lo juga tau" lanjutnya.

Oke. Jadi kalian nganggep gue itu apa? Cuma patung pajangan di rumah ini yang gak perlu tau apapun?

"KENAPA LO GAK BILANG SAMA GUE, KENAPA LO GAK JELASIN SEMUANYA SAMA GUE!HUH?" Bentak gue disela sela tangis gue.

Wonwoo meluk gue. Pelukan yang sama. Gue nangis sejadi jadinya di dada bidangnya.

"Maafin gue jung" katanya pelan tapi masih kedengeran sama gue.

Gue ngelepasin pelukan. "Gue bakal jelasin sama lo asal kan lo mau ceritain semuanya dari nol"

Wonwoo ngangguk.

Flashback

Gadis kecil tapat nya berusia 2tahun. Dia tersenyum, Senyumnya yang membuat orang sekitar ikut merasakan kebahagian. Manis.

"Bunda..aku mau naik itu" tangannya menarik narik lengan bundanya. Dan tangan satunya menunjuk ke arah komedi putar. Ibunya hanya mengangguk dan tersenyum tanda menyetujui putri kecilnya.

Pasar malam yang cukup ramai. Semakin malam semakin ramai. Seperti saat ini.

"Ayo bunda gendong" wanita paruh baya itu mengendong putrinya. Mereka berjalan mendekati komedi putar tapi langkah sang ibu terhenti saat melihat sebuah keluarga kecil menaiki komedi putar. Keluarga yang sangat bahagia.
Raut wajah wanita paruh baya itu berubah kekecewaan, cemburu, amarah kian menjadi satu.

Keluarga kecil yang ia lihat bukan karna mereka sedang berbahagia melainkan suaminya lah yang menjadi ayah dikeluarga itu. Wanita paruh baya--ibu jeongyeon-- mematung mata nya membulat serta memanas.

Gadis kecil yang ada digendongannya merengek. "Bunda ayo kesana kenapa belenti" pinta jeongyeon kecil.

Wanita paruh baya itu mematung seakan melihat hantu didepannya. Jika saja itu hantu dia akan berteriak sekencang kencang nya disana tapi yang dia lihat adalah suaminya bersama satu gadis kecil yang mungkin lebih kecil dari jeongyeon dan...wanita disampingnya..apakah itu istrinya? Ralat istri kedua nya?

Rasanya ia ingin menangis dan teriak sejadi jadinya. Tapi tidak! Putri kesayangannya tidak boleh tau jika ibunya menangis.

Laki-laki yang sedang berada diatas komedi putar bersama satu anak dan wanita lain--ayah jeongyeon-- melihat kearah wanita paruh baya yang sedang menggendong putrinya. Pandangan mereka bertemu. Tatapan pria itu.. ada ketakutan dan sedikit rasa bersalah. SEDIKIT.

Ibu jeongyeon pergi dari tempat itu beranjak untuk pulang ia tak mengubris jeongyeon kecil yang menangis sejak tadi karna tak jadi menaiki komedi putar.

Ruangan gelap, pecahan kaca berserakan, serta suara tangis yang terisak isak sesekali wanita itu berteriak. Tangan wanita itu meraih botol farfum yang ada dimeja rias lalu melemparnya ke foto besar yang terpajang didinding. Sebuah foto keluarga kecil. Ayah, ibu, dan kedua anak. Keluarga yang bahagia. Sayangnya kebahagiaan itu hanya ada di foto yang terpajang bukan di dalam kehidupan yang terus berjalan.

-tbc

Hallo😂
Ada yang masih stay?:v
Kita fokus ke keluarga jeongyeon dulu, karna aku pengen lebih banyak disekolahnya😂jadi yang sad dulu:v yang seneng seneng di belakang:v
Nanti akan ada konfik di sekolah juga😂
Udah lama juga si taehyung gak nongol😂
Tunggu part selanjutnyaaaaaaaaa

Putih Abu-abuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang