Bagian 6

36 3 0
                                    

Terimakasih banyak, aku telah menerima e-mail video buatanmu di hari milad tahun lalu.
Aku suka, meski aku tak dapat menikmati gambar sepenuhnya.
kata umi, kamu kirim banyak surat, setiap kali kedatangannya umi selalu membacakan untukku.
Sukses yaa sahabat, aku yakin kelak anak-anakmu kan bangga dengan ayahnya.
Ayahnya yang hebat dan selalu memberi kebahagiaan, mengerti keadaan dan selalu ada dalam kebersamaan.
Ini hal yang sangat luar biasa, hari ini aku diizinkan Allah menatap dunia dan entah mengapa ingin sekali kukirimkan pesan untukmu sebelum semuanya kembali dalam kegelapan.
Bandung, 16 Februari 2011

Tak ku sadari, bendungan bening ini pecah dan membasahi gamis bercorak batik. Rasa apa ini Tuhan, begitu indah. Bila kau berada di hadapanku wahai bidadari tak bersayap, ingin kupeluk dan kuutarakan semua beban yang tak pernah tersampaikan. Ingin kudengar kembali celotehan manismu, candaan konyolmu dan segala kebodohan yang kau lakukan. Aku siap menjadi apapun aku untukmu, sahabat.

Bukan kota kembang tempatku membalas pesannya, berkirim surat tanpa ada jawaban. Aku terdampar di pulau Jepan, menjadi mahasiswa ekonomi pembangunan. Melanjutkan proyek papa sebulan setelah kepergiannya, aku harus membiayai mama dan ketiga adikku dengan mengembangkan apa yang telah papa tanam agar buahnya senantiasa tetap segar dan dapat kami petik.

"mah, maaf Mitha tidak sempat mencium mamah untuk kepergian Mitha kali ini. Mamah ridhoi Mitha untuk pulang sejenak ke kota kembang. Mah, sampaikan salam untuk Raffa, Denia dan Arsyd. insyaAllah Mitha pulang secepatnya setelah urusan Mitha selesai"
Kutinggal kan pesan, tepat pukul 00:00 malam. Mama tengah tertidur, tak sanggup aku mengganggu mimpinya.

Setengah empat jam perjalanan, tersampai aku pada tempat yang dituju. Gerbang awal perjalananku, Bandar Udara Internasional sukarno Hatta. Tidak ada tiket sepagi ini di 03 Maret 2018. Aku akan mendapatkannya pukul 15:15 WIB dan akan sampai di Husein Sastra Negara tepat pukul 16:30 WIB.

Terbayang wajah cantik meyra kecil saat memainkan gitarnya, binar matanya bak bening embun pagi yang menghiasi hari. Olivia, aku telah berjanji padamu kan selalu kulukiskan senyuman rembulan di kegelapan malam.

"assalamualaikum"tiga kali ketukan mengiringi satu salam yang kulontarkan.
Hari ini telah kupersiapkan mantal sepenuhnya. Tak seperti dulu saat berhadapandengan paras cantik Olivia.
"waalaikumsalam" seorang wanita paruh baya menatap mataku tajam.

"mi...Miii Mitha?" ia mulai memasang wajah keheranan.

"iabu, ini Mitha. Apa kabar Olivia bu?" kuarahkan tanya pada yang dirindu.

AWAL HIJRAHKU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang