Bagian 3

61 3 0
                                    

Seberkas cahaya memamerkan indah sang surya, menghujam keindahan budaya di alam tercinta. Burung-burung gereja turut serta bergembira dengan kicauan indah bernada, mengantarkan para pengais rezeki untuk segera berkarya menghasilkan banyak harta bagi kelengkapan cerita para pujangga cinta.
Panggilan tuhan telah kutunaikan, doa kupanjatkan. Dengan bersarung kotak dominasi warna biru kulangkahkan kaki ini, menata kembali barang-barang lama bersejarah sejak aku berputih biru. Debu-debu mungkin telah lama singgah setelah nyaris dua tahun lamanya. Satu persatu kenangan itu kembali terputar dalam memori kehidupan. Dasi, buku diary, bola basket, gunting, pita biru, tas bolong, senar gitar yang putus dan setumpukan memori lainnya terbungkus rapi dalam kotak biru berukuran 2 x 1 m.

"oke, satu dua tiga...!! ayo kamu pasti bisa Mitha..!!" aku bersorak sepenuhnya menyemangati. Olivia mulai menggerakkan kaki-kakinya, melebarkan tangan dan mulai mengayuhnya. Di ke dalaman 2 m Olivia memintaku mengajarinya berenang. Sahabat, aku tak dapat berkata tidak untukmu.
"huahh hupp.." aku memandangnya di ujung kolam, Olivia tak terkendali. Secepat kilat menyambar, aku mendekatinya dengan penuh sigap.

"Tolong...!!! huapp.. huaff.." tubuh Olivia hanya setinggi 144 cm tentulah ia kesulitan menyeimbangkan tubuhnya dengan memijakkan kaki di bawah air. Tangannya diulurkan untuknya tangan pertama menggenggam yang bukan mahram. tak apa, ini hal darurat menurut agamaku. Memang mereka tidak berdua berada disini, ada 20 teman yang lain namun mereka asyik dengan permainannya sendiri.
Olivia dapat mengangkat kepala namun ia kehilangan hijabnya, panik ya Olivia panik mencoba menutupi rambut indahnya. Dony memalingkan muka atasnya dan menatap Mitha yang tengah melihat keduanya, menyuruh untuk sejenak membenamkan di air, teman-teman menyadari kepanikan kami. Para kaum adam mendekat, Dony tak ingin melihat apa yang Olivia tutup selama ini. Hingga Dony ditemukan hijabnya dan mengulurkan pada olivia.

"thanks Dony..!!" senyum manis tersimpul menghapus kepanikan di episode lalu.

"bug" astagfirullah.."

Buku tebal terjatuh tepat di sampingku, bersumber dari rak tua tempat dimana ilmu-ilmu yang diajarkan secara formal kusimpan. Terperanjat atas memori yang terputar kembali. Diary usang ku bekal menuju kampus. Tepat pukul 08.00 wib aku berada di kelas.

"Mitha, tau gak Dony tuh baik banget dia ketua dakwah di kampusnya." Gadis cantik membagi kisahnya denganku. Di sebuah taman di bawah pohon.

"oh ya, bagus dong.. hha. Kemajuan tuh biar bisa ceramahin kamu, siapa tau aja kamu jadi kaya mamah dedeh" candaku, membenarkan posisi duduk bersiap mendengarkan seribu kebahagiaan seorang yang bercinta.

Sesekaliaku menatapnya lekat, cantik. Ia memberikan senyumman di setiap akhir kalimat.Binar matanya menggambarkan tetesan embun kesejukan, mawar merona yangmenghiasi pipi cubinya.

AWAL HIJRAHKU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang