Obrolan kami terus berlanjut, hingga kami pun mulai mengenal satu sama lain, selama itu pula aku banyak mengamati dia, seperti biasa, aku selalu penasaran akan apa saja amalan baik yang dilakukan seseorang, berharap aku dapat melakukannya juga, karena itu aku sangat bahagia apabila memilki teman yang baik serta shalihah, teman yang dapat membawaku ke arah yang baik, bukan malah menjerumuskan ke arah yang buruk.
Dia banyak mendengarkan ayat suci Al-quran melalui aplikasi di handphonenya, dia berkata bahwa itu adalah salah satu hal yang dapat membuatnya merasa tentram, walau tidak bisa beribadah dikarenakan sedang ada udzur. Dia sangat mengoptimalkan fungsi alat elektronik tersebut dalam perkara yang baik. Dia juga mengajakku untuk join ke Wathsp yang beanggotakan dia bersama teman-temannya, tentunya group tersebut digunakan sebagai wadah sharing ilmu dan informasi seputar kajian yang baik untuk diikuti.
Alhamdulillaah, tak henti kuucap syukur kepadaNya saat itu, kebahagiaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, jika mengingat masa lalu, aku seolah ingin menertawakan diriku sendiri, bodohnya mengapa aku baru saja sadar akan suatu hal yang amat menakjubkan seperti ini, berada di lingkungan pria-pria beriman yang begitu rendah hati, tegas dalam bersikap dan menjaga diri, ah malu, aku malu, dengan diri yang 'mengaku sudah berhijrah', tapi sikap kepada lawan jenis masih saja belum terbatasi, masih belum sepenuhnya terjaga.
"kemana saja kamu Ad selama ini?" tanya hati.
Ah ya, betul juga, kemana ya?
Kemarin aku terlalu dibutakan duniawi, sepertinya.Setelah merasa cukup untuk flashback tentang masa lalu kelam itu, rasa penasaranku mencuat kembali tentang hal yang baru saja terjadi,
"Adrian Raymond, bolehkah aku bertanya?"
"Tentu saja, mau bertanya apa?"
"Mengapa tadi kamu begitu cemas, mengapa tadi kamu begitu takut?"tanyaku."Hmm, begini, kamu tau tidak bahwa hijab yang di kenakangadis-gadis saat ini hanyalah salah satu cara dalam menjaga iffah, dan terkadang banyak wanita yang tidak mengambil langkah selanjutnya yaitu dengan menjaga jarak dari laki-laki yang bukan mahram. Aku bukan sok suci, bukan sombong, bukan kelewat kolot dalam menjaga izzah Ad. Hanya saja tidak nyaman sekaligus takut jika aku maupun mereka akan melanggar perintahNya. Bukankah saling mencegah itu baik? Kalau memang hanya kita yang sadar bahwa hal tersebut seharusnya dihindari, wajib bagi kita untuk bertindak, syukur-syukur kalau kamu berani negur mereka untuk bisa menjaga jarak dari kita (kaum muslimah). Pandangan gadis-gadis itu bakal merugikan kita loh, dan tentunya merugikan dia juga."
Adrian pun melanjutkan,
"Tidaklah tinggi harga diri seorang wanita apabila dirinya mudah di dekati banyak laki-laki, mudah digoda, dan mudah di ajak melakukan hal yang melanggar perintah Allah. Kamu mau menjadi pria yang berharga tinggi atau rendah Ad?" Pertanyaan itu sontak membuyarkan lamunanku.Ah, Adrian, jika saja kamu dapat merasakannya, begitu terenyuh hati ini mendengar penjelasanmu,
"Adrian,"
"Ya?"
"Bantu aku Adrian karena aku menyukai seorang gadis tapi aku tidak ingin berzinah." ucapku seraya menatapnya.
"Bantu apa?"
"Bantu aku, ajari aku cemas itu. Dan takut akan Allah"
Kami sama-sama terdiam, dari sorot matanya itu aku tau, dia Adrian tersenyum, lantas menyentuh lembut tanganku.
"In Syaa Allah, mari kita sama-sama belajar ya?" balasnya.Sungguh, ucapanmu itu, terdengar begitu tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
AWAL HIJRAHKU (TAMAT)
Short StoryAWAL HIJRAHKU. Semua orang di dunia ini tau bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah yaitu Tuhanku Yang Maha Sempurna. Aku sebelumnya tidak pernah tau bahwa cantik yang sesungguhnya berasal dari akhlak seseorang dan ketakwaanya kepada Allah. Ini be...