• Married With CEO 23 •

6.2K 493 107
                                    

VOTE!

VOTE!

VOTE!

VOTE!

JUSEYO!

"Kalau begitu kami pamit. Besok kami akan berangkat"

"Apa tidak terlalu cepat? Ah maksud ku kalian memberikan kabar ini sehari sebelum keberangkatan kalian. Ini tak adil" kesal Aerin

Ibu Aerin terkekeh. "Mian eomma memberitahu mu terlambat. Yang penting eomma sudah memberitahu mu bukan?"

Aerin mendengus kesal. "Arraseo. Besok aku akan menemani kalian kebandara"

"Baiklah. Oh ya Aerin-ah Taehyung-ah ingat pesan ibu. Apapun yang terjadi selesaikan dengan baik baik tanpa ada emosi. Dan kau Aerin, kau harus tetap melayani suami mu dan menuruti semua perintah nya. Kau mengerti?"

Ingin rasanya Aerin menangis memeluk hangat ibunya. Ia yakin seyakin yakinnya bahwa ibunya tau jika Ia dan Taehyung sedang bertengkar hebat sekarang.

Aerin hanya mengangguk pelan. "Aku akan selalu mengingat itu eomma"

"Ya sudah, eomma pergi. Sampai jumpa"

Taehyung hanya tersenyum kecil, ketika orang tua mereka pergi dan Taehyung hanya berlalu didepan Aerin seakan tak ada orang didepannya.

Aerin hanya tersenyum kecut. "Harusnya aku tak menerima perjodohan ini" gumam Aerin.

"Dan seharusnya aku juga tak mengandung anak ini hiks" Lagi lagi Aerin menangis

Tiba tiba Taehyung keluar dari kamarnya menggunakan pakaian yang rapi, tak biasanya ia memakai pakaian rapi disaat sedang libur apalagi ia baru saja sampai rumah

Aerin berusaha acuh tak memperdulikan Taehyung sama sekali.

Dan Aerin tersadar. Taehyung pasti akan menemui gadis itu. Yerim! Calon tunangan Taehyung

Dengan segera ia mengambil ponselnya berusaha menelpon Jimin

Calling Jimin

'Halo jim'

'Iyaa ada apa rin?'

'Hiks.. Tolong, tolong aku jim'

'What happen? Cerita ke aku pelan pelan'

'Kau bisa kerumah ku sekarang?'

'Bisa. 10 menit lagi aku sampai, kau tunggu disana. Oke!'

Tut

------

Ting.. Tong..

Aerin yang mendengar bel pun segera berlari kecil menuju pintu depan, membuka kannya dan terpampang nya sosok jimin disana, Aerin yang tak kuasa pun berhambur kepelukan Jimin, menangis sejadi jadinya dipelukan jimin

Jimin yang melihat keadaan Aerin yang menangis langsung mengetahui bahwa Aerin saat ini butuh seseorang yang bisa menenangkannya

Aerin memeluk erat jimin seakan tak ingin kehilangan Jimin, katakan saja saat ini Aerin butuh Jimin meski ia tau pasti akan mengundang amarah Tae lagi, lalu dia bisa apa? Mengadu pada siapa selain jimin teman sekaligus atasannya di kantor

Jimin? Ohh tentu ia tak ingin melihat Aerin seperti ini, sakit baginya melihat Aerin menangis, rahang jimin mengeras, tapi ia harus bisa meredakan semua itu karena Aerin

Jimin membalas pelukan Aerin, mengelus lembut rambut ungu Aerin

"Hei, sssttt sudah ya. Kau kenapa eoh?" tanya jimin menenangkan sambil mengelus pundak nya

Aerin tak menjawab bahkan ia semakin menangis ketika mendengar pertanyaan dari Jimin

Jimin yang merasa pertanyaan nya di acuhkan pun memilih diam, mungkin Aerin butuh ketenangan saat ini pikir Jimin

"Menangis lah kalau itu membuat mu semakin membaik" kata Jimin

15 menit berlalu Aerin pun melepaskan pelukannya dari Jimin

Mata sembab, isak tangis yang masih tersisa ia menatap jimin dengan sayu

Jimin berusaha menghapus Air matanya, ia tak ingin melihat ada air mata kesedihan yang membasahi pipi gadis ini

"Hei kita masuk dulu oke, kau sudah 15 menit berdiri dan menangis apa itu tidak lelah?" Ucap Jimin lembut lalu dibalas Aerin dengan anggukan kecilnya

Jimin dan Aerin memasuki apartement Taehyung, saat memasukinya apart nya cukup sepi mungkin tak ada Taehyung disini pikir Jimin

Jimin dan Aerin duduk di sofa

"Ceritakan lah, pelan pelan saja jika kau tak sanggup aku akan menedengarkannya" Jimin

"Tae hiks" seakan sulit Aerin menyebutkan nama laki laki itu, iyaa Taehyung laki laki yang sudah membuatnya jatuh hati dan ia pulang yang membuat Aerin membencinya

Seakan tau permasalahan Aerin, Jimin pun memilih diam

"Dia hiks tidak menganggap ini anak nya, dan ia hiks ia ingin menikahi Yerim hiks" Aerin pun tak bisa lagi membendung rasa sakitnya

Rahang jimin mengeras, mengepal kan tangannya

'Taehyung bukan seperti itu Aerin' batin Jimin

"Sudah hm, hentikan tangisan mu. Jangan menangisi dia, dia bersenang senang diluar sana sedangkan kau menangis disini. Ia pasti senang melihat mu seperti ini, ini lah yang ia ingin kan. Jadi kau harus kuat, ingat saat ini kau mempunyai janin diperutmu, jika kau lemah maka janin mu akan lemah, berusaha lah kuat untuk nya oke?" Ucap jimin menenangkan dan memerhatikan setiap kata nya takut Aerin menangis lagi

"Kau jelek jika menangis, maka tersenyum lah" Jimin menghapus lembut air mata yang membasahi pipi Aerin

"Kau lebih jelek" Ucap Aerin dengan suara serak nya

"Kkk~ baiklah. Kau ingin ikut dengan ku hm? Aku akan mengenalkan mu dengan semua teman teman ku dan Taehyung" Jimin

"Jangan sebut namanya, aku tak ingin mendengar" Aerin sambil memanyun kan bibirnya

"Arraseo arraseo. Kau ingin ikut eoh?" Aerin menangguk

"Yasudah, kajja!"

Aerin dan Jimin keluar menuju parkiran mobil

-------

30 menit kemudian...

Aerin dan jimin keluar dari mobil, memasuki rumah elit dikawasan gangnam

Saat memasuki semua nampak gelap, tak ada pencahayaan, lampu padam dimana mana,

"Jimin" teriak Aerin takut tapi jimin tak ada tanggapan dari jimin

"Yak, park jimin eodiseo? Jangan main main aku takut" Aerin berusaha mencari jimin memejamkan mata dan tiba tiba lampu menyala

"SURPRISE!!!!!" sorak semua orang

Aerin membuka mata, melihat sosok Taehyung, jimin, ibu mertua, ibunya sendiri, kakaknya Taehwi dan teman teman Taehyung lainnya, bahkan teman masa SMA nya pun ada disana seperti chanyeol, suho, sehun dll

'Ada apa ini?' batin Aerin

Taehyung menghampiri Aerin yang masih mematung berdiri

"Selamat ulang tahun sayang, maaf jika aku membuat mu marah. Sekali lagi selamat ulang tahun my wife" ucap Taehyung lembut disertakan kecupan manis dikeningnya


































TBC

Wehhh lama ga up yak. Maap yah, semoga suka kkk~
Jangan lupa klik ⭐ nya guys
Jangan lupa komen juga
See you guys!!!!

Married with CEO - KTH [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang