Ada alasan kenapa semua hal terjadi. Diterima tidaknya alasan itu, kau tetap harus belajar.
~ ~ ~
Kara benar menghadiri undangan Ayu untuk datang ke kelas XI B. walaupun acara itu adalah acara internal bimbel geografi, Musda juga datang ke tempat itu. Bukan datang sebagai anak fisika, tapi Musda datang karena alasan persahabatan. Pertanyaan yang sempat terucap dari seorang Kara adalah kenapa Musda mau-maunya datang, padahal seharusnya ia juga harus bimbingan hari itu.
"Aku mulai bimbingan satu jam lagi, aku datang untuk Afkar. Sebagai sahabat yang baik, aku mau liat hari ini jadi yang penting buat sahabat aku." Jawab Musda.
"Hanya itu?" Kara sedikit tertarik untuk mengetahui makna kata sahabat yang diucapkan oleh Musda.
"Hari ini pemilihan ketua bimbel untuk satu periode. Salah satu calonnya itu Afkar. Aku sama Afkar itu sahabatan sama Afkar, sama Kak Ayu juga teman main dulu. Berhubung hari ini kak Ayu, lepas jabatan, ya sekalian aku datang untuk mereka."
Kara mengangguk.
Setelah tiba dikelas, Kara diperkenalkan oleh Ayu sebagai teman baru dalam bimbingan mereka. Dan Siapa yang menyangka, setelah Afkar terpilih menjadi ketua bimbingan mereka, Kara turut terpilih menjadi sekretaris untuk bersama Afkar memimpin teman-temannya. Hal yang sangat mengejutkan ketika mereka mempertanyakan siapa yang harus mendampingi Afkar, semua tangan menunjuk Kara. Kecuali Ayu, Afkar dan Musda yang tidak tau hal itu akan terjadi.
"Kenapa aku?" Kara bingung dan bertanya kepada semua orang yang menunjuk dirinya.
"Kak, kak Afkar kan ganteng, kak Kara cantik. Cocok deh, pasangan yang sempurna." Celetuk seorang gadis yang duduk di sudut terbelakang.
Kara mengerutkan alisnya tersenyum kecil. Jawaban yang aneh. Pikirnya.
"Kak, aku dong." Satu orang lagi dai tiga puluh peserta tiga angkatan.
"Salsa, silahkan kamu bicara." Pinta Ayu.
"Kakak itu kakak kelas aku di SMP dulu. Aku kenal kakak dari banyak kegiatan di sekolah dulu. Aku yakin, kakak juga bisa membantu kak Afkar. Aku tau banget seluk beluk kakak di dunia organisasi dulu." Jawab Salsa.
"Gue dong." Seseorang laki-laki yang duduk di depan guru, tepat berhadapan dengan Kara yang berdiri di samping Musda.
"Gue yakin lo akan inget sama gue. Untuk pertanyaan lo tadi, gue rasa gue nggak perlu bilang apa-apa karena lo udah tau jawaban gue." Katanya yang membuat Kara tersenyum dan terkejut.
"Kak Anggar, di sini juga?" kara tidak menyangka, ada beberapa orang yang masih mengenalnya.
Entah apalagi alasan yang lain, intinya Kara telah terpilih menjadi sekretaris Afkar. Sejak saat itu pula, banyak yang menunggu-nunggu keduanya akan terlibat cinta lokasi. Semua orang berharap bahkan sebelum Kara menyadari sesuatu.
* * *
Pada suatu sore di hari setelah bimbingan bimbingan, Kara masih duduk di taman belakang sekolah. Sore itu ia sudah ada janji untuk pergi ke toko buku bersama Musda.
"Kalo sendirian bisanya kesepian." Seseorang menyadarkan Kara dari lamunannya.
"Eh . . . ." Kara berbalik ke arah suara itu.
Rupanya Anggar yang datang bersama Ayu dan Afkar.
"Ngapain di sini Ra?" Tanya Ayu.
"Lagi nungguin Musda, lagi kerja tugas kelompok." Jawab Kara sedikit bergeser dari tempat duduknya untuk memberi Ayu ruang duduk di sampingnya.
"Habis nangis?" Tanya Anggar.
"Tidak, kak Anggar sok tau nih."
"Bukan hari ini, tapi kemarin, kemarin, kemarin dan kemarinnya lagi." Anggar mendekatkan wajahnya untuk memelototi Kara.
Hanya beberapa detik sampai Anggar meletakkan tangannya di atas kepala Kara, mengusapnya membuat Kara tertunduk tersenyum berat.
Ketika Kara menepis tangan Anggar, pria itu kembali meletakkan tangannya di atas kepala Kara.
Afkar langsung berdehem melihat pemandangan itu, saat itu juga Anggar menatap ke arahnya. Sebelum keduanya bicara, Musda datang.
"Eh lagi pada ngumpul." Katanya yang langsung menggeser Afkar.
Sebenarnya Kara penasaran dengan kedekatan antara Akfar dan Musda. Bermula ketika pertama kali ia diperkenalkan dengan Afkar saat makan siang, menghadiri pemilihan ketua bimbingan sampai tanpa canggung mereka juga sangat dekat.
"Jalan yuk." Ajak Anggar.
"Aku sama Kara, memang mau jalan kak. Mau cari buku."
"Oke, hari ini kita jalan-jalan. Ayu sama Afkar, kalian ikut kan?"
"Ikut aja Kak Ayu." Kata Musda pada Ayu yang terlihat berpikir.
"Yaudah." Jawab Ayu.
Mereka berlima kemudian berjalan menuju parkiran. Saat hampir sampai, Anggar mengentikan langkahnya.
"Formasi kita hari ini sedikit berubah ya, kalian bertiga duduk di belakang. Biar gadis ini duduk di depan." Lagi Anggar mengelus kepala Kara.
Dalam perjalanan mereka, Kara tidak banyak bicara. Sesekali Anggar melihat Kara yang terlihat berusaha mengasikkan diri dengan ponselnya.
"Gue kangen sama lo." Ucap Anggar yang membuat Kara menatapnya.
"Aku sudah di sini." Jawab Kara lalu melemparkan pandangannya.
"Siapa yang hilang kak?" Tanya Musda.
"Ini." Anggar menjangkau kepala Kara dan meletakkan tangannya di atas kepala Kara.
"Emang beneran ya, kak Anggar, kenal sama Kara?" Musda tidak yakin.
"Iya, bukan sebagai teman, tapi sebagai kakaknya. Dia ini adik kecil aku."
Musda tersenyum. Lalu muncul pertanyaan lagi yang cukup untuk Kara menatapnya heran.
"Adik kakak ini memang gitu yah orangnya. Tidak bersahabat."
Anggar menatap Kara cukup lama, namun tidak menjawab pertanyaan Musda. Setelah Musda mengulang pertanyaannya, barulah Anggar kembali bicara.
"Seiring waktu kamu akan kenal sama dia. Hanya satu pesan aku buat kamu, jangan pernah memaksa dia atau dia akan pergi."
"Maksud kamu Nggar?" Tanya Ayu.
"Setelah dua tahun aku baru ketemu sama dia lagi. Dia banyak berubah. Aku yakin ada alasan kenapa dia tiba-tiba pindah ke sini. Ada alasan kenapa dia kembali ke kota ini."
"Memangnya kamu pernah tinggal di sini Kar?" Musda penasaran.
"Dulu." Jawab Kara membuat Anggar akhirnya terdiam.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang
Novela JuvenilAku ingin pulang, kembali menuju masa lalu yang kutinggalkan dan yang mengusirku. Pulang, pulang, pulang. Aku pulang untuk mencoba jatuh cinta lagi. Aku pulang untuk menemukanmu kembali,aku yakin kau adalah orang yang tepat untuk aku cintai setelah...