Kembalinya Tawa Renyah sang Putri Tidur

87 2 0
                                    

Mereka yang awalnya hanya berniat membeli buku pulang dengan membawa tawa riang.

"Eh eh tau nggak, tadi gue liat game baru waktu kalian berdua lagi sibuk cari novel." Kata Anggar saat mereka berjalan memasuki rumah.

"Dibeli?" Tanya Kara.

"Oh tentu, makanya Rafif ikut ke sini, soalnya kita mau main dulu. Sekalian jenguk mama sih sebenernya."

Mendengar itu, Kara meninggalkan Anggar menuju kamar Rianti. Sementara Anggar mengarahkan Rafif dan Amanda untuk ikut bersamanya untuk bermain game. Hanya beberapa menit sampai Kara kembali menemui mereka di tempat mereka akan bermain game.

"Kok nggak ganti baju dulu, mama juga kemana kok nggak sama kamu?" Tanya Anggar.

"Banyak orang di kamar, mama juga lagi ada tamu. Nanti kalau udah selesai katanya mama bakalan ke sini."

Karena yang duel pertama adalah Anggar dan Rafif, Amanda dan Kara duduk sebagai pengamat yang terus mengoceh mengomentari setiap kesalahan yang dilakukan oleh Anggar ataupun Rafif.

"Ih kok gitu sih bang, harusnya tadi bisa tuh ngalahin kak Rafif . . . ." Kesal Kara ketika lagi-lagi Anggar dianggapnya melakukan kesalahan.

"Jangan komen terus, main makanya. Jangan bisanya nyalahin orang terus. Dasar kaleng rombeng." Kata seseorang yang ternyata sudah berdiri di belakang Kara sambil memeluk toples wafer coklat Kara.

"Kalau aku main nggak bakalan bikin kesalahan kaya gitu." Kata Kara masih terus memperhatikan permainan Anggar dan Rafif.

Arham yang merasa diabaikan malah berjalan ke depan dan langsung mengambil toples yang ada di antara Rafif dan Anggar lalu berdiri tepat di hadapan tv menghalangi pandangan Anggar dan Rafif. Akibatnya mereka yang sedang duel sama-sama tidak bisa melanjutkan permainan.

"Nggak bisa begini, ini masalah harga diri gue yang belum pernah dikalahain tapi tiba-tiba kalah gara-gara lo." Rafif melepaskan stik gamennya lalu berdiri.

"Ini masalah wafer keju gue." Anggar ikut meletakkan stik game nya.

"Ini masalah kaleng rombeng gue." Amanda bukannya menunjukkan kekesalannya malah cengar-cengir berniat mengusili Kara dengan mengejeknya.

"Oh . . . ."

Kata oh dari Kara menjadi pertanda perang itu, Rafif dan Anggar yang berusaha menyelesaikan urusan mereka dengan Arham, sementara Kara berusaha menangkap Amanda.

Amanda dan Arham yang menjadi target pengejaran berlarian kesana kemari untuk menghindar sambil melemparkan apa yang bisa mereka lempar untuk menghalau orang-orang yang akan menangkap mereka. Kejadian itu sangat mendukung saat Arham tiba-tiba melihat sebuah bedak yang terletak di dekat televisi. Itulah senjata paling ampuh setidaknya untuk sekedar bersenang-senang karena ia yakin tidak akan cidera dalam adegan itu.

Saat Arham dan Amanda akhirnya terkepung, Arham langsung membuka penutup botol bedak dan langsung menghamburkan bedak itu ke arah Rafif dan Anggar. Meski begitu, Amanda dan Arham kalah jumlah sehingga mereka berhasil tertangkap. Akhirnya Amadan dan Arham masing-masing tangannya diikat dan dibuat saling memunggungi.

"Ini harga wafer keju gue." Ucap Anggar ketika berhasil mengikat korbannya menggunakan dasinya dan dasi Arham sendiri.

"Lepasin kali Nia, masa aku jalannya kayak kepiting. Nggak bisa duduk pula." Keluh Amanda berusaha melepaskan ikatannya dari tangan Arham.

"Kak Rafif, lepasin dong. Tega banget liat adiknya teraniaya." Giliran Rafif yang berusaha dibujuk Amanda.

"Gue sih nggak tega sebenernya, tapi kalo lo lepas Arham juga lepas. Jadi gitu aja dulu." Rafif cengengesan.

Rafif, Anggar dan kemudian duduk di sofa. Mereka bertiga duduk layaknya bos-bos besar dengan Anggar yang berada di tengah. Anggar dan Rafif sama-sama menyilangkan kaki mereka, sementara Kara melipat kedua tangannya. Mereka semua tersadar dan sama-sama memperhatikan kekacauan yang sudah mereka buat. Bedak bertaburan dimana-mana, wafer yang berhamburan dan beberpa benda yang lain yang tidak pada tempatnya.

Tawa pertama kali pecah dari Kara, lalu disusul oleh Anggar dan Amanda. Sementara Rafif dan Arham hanya mampu tersenyum. Lama kelamaan perhatian mereka semua tertuju pada Kara yang tertawa sampai mengeluarkan air matanya.

"Baru kali ini aku liat kamu ketawa lepas begini, aku seneng sama kamu yang ini." Amanda akhirnya bicara setelah lama memperhatikan Kara.

"Kamu seperti putri tidur yang baru bangun lagi, kamu jangan pernah tidur lagi ya. Kamu janji sama aku jadi Nia yang aku liat hari ini."

"Astaga apa-apaan ini? Kenapa jadi kacau begini?"

Ayu datang sambil memperhatikan seisi ruangan yang sudah berantakan karena lima orang yang baru bahagia. Yang berubah sikap saat itu hanya Anggar, bukan karena ia tersinggung. Tapi melihat Ayu kembali berdiri di hadapannya. Hubungan keduanya yang entah bagaimana sempat menghilangkan senyum Anggar, namun tidak bertahan lama karena Anggar tidak ingin Kara sampai merasa bersalah. Tapi melihat Ayu kembali yang tepat di hadapannya membuatnya ingin mendekap gadis itu lagi seperti dulu.

"Lepasin dulu ini, baru nanti kita beresin." Pinta Arham pada Ayu.

Tanpa babibu, Ayu melepaskan dasi yang mengikat tangan Arham dan Amanda. Dan tanpa babibu juga, Arham langsung kembali menyerang Afkar dan Anggar dengan sengaja menendang pelan kaki mereka berdua hingga jatuh. Akhirnya mereka bertiga lanjut bergulat, sementara Amada dan Kara sudah berdamai. Jangan tanya tentang Ayu, karena sekarang gadis itu sedang berdiri menatap kesal orang-orang yang membuat kekacauan di ruanga itu.

Perang benar-benar terhenti saat Rianti keluar yang diiringi oleh beberapa orang tamunya. Tidak bersikap seperti Ayu, Rianti malah tersenyum melihat anak-anaknya sedang asik bersama sahabatnya.

"Mama . . . . liat kakak, masa aku diikat sampe tangan aku merah." Amanda langsung mendekati Sandra.

Rafif yang melihatnya nampak melemparkan bola matanya malas. Sandra memang ibu kandungnya, tapi karena jalinan pernikahan, Sandra juga berstatus sebagai ibu sambung untuk Amanda. Dan keduanya cukup dekat, sampai Amanda masih sering bermanja-manja pada Sandra.

"Mama ngapain di sini?" Tanya Rafif.

"Lagi jengukin temen mama, eh kamu malah temenan sama anaknya temen mama."

"Jadi anak-anak tampan dan cantik, bagaimana kekacauannya?" Tanya Rianti.

"Nanti diberesin ma, tenang aja, mereka nggak ada yang pulang sebelum rumah beres." Ucap Arham yang diikuti cengiran dari para pembuat onar.

"Kita mah bebas-bebas aja balik, lo yang mulai, lo juga yang beresin." Ucap Anggar yang langsung mendapat anggukan dari Amanda dan Rafif.

Tapi mereka tetap membereskan kerusuhan yang mereka buat. Berbeda ketika mereka semua bersenang-senang, Ayu malah tidak menampakkan senyumnya sama sekali. Tidak ada yang tau apa yangterjadi dengannya, toh yang paling penting untuk Anggar saat ini juga adalah senyum yang benar-benar telah kembali di wajah Kara.

* * *

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang