Mimpi Buruk

108 3 0
                                    

Sampai pukul dua malam, Rianti, Hana dan Ayu masih terjaga. Ayu masih bercerita bagaimana kisah lima tahun lalu yang tidak hanya membuatnya kehilangan mama dan adiknya. Haris bahkan ikut menghilang. Raganya memang ada di setiap sarapan, tapi tak perna punya waktu seperti saat Rianti masih bersama mereka. Beruntunglah ada Hana yang dengan sabar berusaha mengembalikan keadaan sepeninggal Rianti.

Bukan hanya itu, Ayu juga menceritakan bagaimana ketika di dua tahun pertama itu Arham ikut menghilang. Mencari dunia di laur rumahnya. Sekali lagi Hana bisa mengembalikan semuanya. Meski tidak utuh, tapi perlahan ada sebuah keluarga yang kembali secara perlahan. Sampai Rianti kembali dan melihat keluarga yang ditinggalkannya tidak dalam keadaan baik-baik saja. Saat itu Riantipun tidak punya jalan untuk membuat keadaan menjadi lebih baik. Di satu sisi ada Ayu yang telah kehilangan banyak hal, tapi di sisi lain Rianti juga tau bahwa salah satu putri yang bersamanya tak akan baik-baik saja jika dirinya memaksa untuk kembali.

Satu tahun yang lalu Kara bahkan dinyatakan koma selama satu minggu saat Aliya bertanya dan kekeuh ingin tau tentang sosok ayah yang tidak pernah ditemuinya. Entah apa sebabnya, tapi Kara tiba-tiba saja mengamuk sampai tak sadarkan diri. Saat dilarikan ke rumah sakit, bahkan ada satu hari yang hampir membuat jantung Rianti berhenti berdetak. Yaitu saat Kara dinyatakan tak punya banyak harapan bertahan. Sampai hari ini Rianti tidak tau apa penyebabnya, yang pasti ia sudah berjanji untuk tidak membicarakan tentang Haris lagi demi menyelamatkan nyawa Kara.

Pembicaraan ketiganya tiba-tiba berhenti saat terdengar suara Kara yang mengigau. Lama kelamaan bahkan mulai berkeringat sampai menjerit ketakutan meminta tolong.

Hanya Rianti yang mendekat. Perempuan itu melarang Ayu dan Hana mendekat.

"Ayah . . . ." Teriakan terakhir itu akhirnya membangunkan Kara dari alam mimpinya sambil menagis.

Tidak ada yang diucapkannya. Hanya diam memandang orang-orang lalu kembali tertidur tanpa pernah mengatakan apa-apa.

"Mimpi buruk ya ma?" Tanya Ayu.

"Pengalaman buruk yang terbawa sampai ke dalam tidur adik kamu. Mungkin hari ini dia mengingatnya lagi." Jawab Rianti yang dijawab tatapan penuh tanda tanya.

"Tiga tahun lalu saat sedang liburan di puncak, kamar Nia mati lampu. Perampok berhasil masuk dan hampir membunuh Nia, saat ayahnya Anggar datang, dan berhasil mendapatkan menyelamatkan Nia. Saat itu ayahnya Anggar tertembak tepat di hadapan Nia dan meninggal saat itu juga. Sampai hari ini Ni selalu ketakutan jika mengingat kejadian itu. Makanya Nia tidak pernah berani sendirian di kamar. Malah Aliya yang lebih mandiri untuk tidur sendiri di bandingkan Nia." Cerita Rianti.

Hana pernah sangat dekat dengan Kara. Bahkan sebelum kejadian lima tahun lalu, Kara lebih banyak bersama Hana dibanding Rianti. Meski sampai hari ini Hana tidak berhenti menyayangi Kara, tapi hal berbeda terjadi pada kara. Bagi gadis itu, perempuan yang hari ini benar-benar telah menjadi ibunya sudah menjadi penyebab dirinya melewati hari-hari yang berat selama lima tahun. Membesarkan Aliya hanya berdua dengan Rianti yang sama-sama kita ketahui bahwa Rianti akhir-akhir ini semakin tidak terpisahkan dengan rumah sakit.

* * *

Pagi-pagi sekali Kara sudah siap akan berangkat. Hanya sisa menunggu Rianti datang sebelum Kara akhirnya pergi.

"Kamu mau pergi lagi?" Tanyanya Rianti saat melihat Kara sudah siap.

"Iya ma." Jawabnya.

"Kamu kerja lagi?"

Kara tidak menjawab, tapi Rianti sudah merubah raut wajahnya.

"Tidak usah khawatir, inikan juga hari libur. Abang juga nganterin Nia kok." Kara mencoba meyakinkan Rianti, namun Rianti nampak masih khawatir.

"Hanya untuk beberapa hari, setelah itu mama berobat lagi. Ada abang yang neganterin Nia." kembali meyakinkan Rianti.

Tidak lama, Anggar datang dan langsung pamit pada Rianti. Saat akan keluar dari pintu, keduanya masih sempat tertangkap mata oleh Ayu yang baru keluar dari kamarnya. Namun Ayu rmerasa tidak perlu mempertanyakan akan kemana dua orang itu. Sama seperti sebelumnya, Anggar dan Kara tidak pernah membicarakan apa-apa pada Ayu. Akhirnya Ayu sendiri yang memutuskan untuk tidak mencari tau tentang keduanya.

* * *

*Kara POV*

Pagi ini aku memutuskan meninggalkan rumah lebih awal. Aku sudah memutuskan mengejar semua targetku dalam bebearpa hari. Aku ingin segera membawa mama berobat. Aku belum sempat bicara dengan mba Nina tentang keadaan terakhir mama. Laporan perkembangan kesehatan mama juga belum aku ambil dari mba Nina. Terlalu banyak hal yang terjadi.

"Semalam Ayu, nginap di rumah kamu ya?" Tanya kak Anggar.

"Iya, tidurnya juga di kamar mama."

Setelah itu, kak Anggar kembali diam seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Dari kemarin chat, nggak dibalas. Aku telfon juga malah ditolak. Dia kenapa sih?"

"Nggak tau lah dia, kan abang tau semalam aku pulang jam berapa. Pulangnya aku cuma duduk bentar habis itu tidur."

"Yaudah kapan-kapan aku singgah deh buat nanya sama dia."

Pembicaraan kami tidak panjang. Begitu terus sampai empat hari kak Anggar mengantarku.

* * *

Hari minggu ini aku sebenarnya tidak ada niat keluar, tapi karena aku sudah janji akan membelikan Aliya boneka, makanya sekarang aku ada di tempat boneka. Tapi yang tidak aku sangka, aku malah bertemu dengan Amanda.

"Datang sama siapa Manda?" Tanyaku.

"Kak Rafif, oh iya kamu ngapain di sini?"

"Biasalah, aku harus bayar tagihan dari Aya. Boneka yang sudah aku janjikan, tapi baru bisa aku beli sekarang."

"Cocok tuh, kebetulan hari ini aku sama kak Rafif mau main ke rumah kamu. Rencananya juga mau beli boneka buat Aya, kan dia baru ulang tahun."

"Cocok tuh, nebeng ya, soalnya tadi aku naik taksi online ke sini." Aku nyengir.

"Hmmm, yuk udah selesaikan? Ke rumah kamu sekarang yuk."

"Yaudah ayooo." Kami berjalan beriringan menuju kasir untuk membayar boneka yang mereka beli.

Dalam perjalanan menuju rumah, Rafif sempat mampir untuk membeli buah tangan untuk dibawa ke rumah. Termasuk kue coklat untuk Aliya.

* * *

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang