Kadang kita tidak berfikir akan tertarik pada siapa. Semua berjalan di luar perencanaan.
~ ~ ~
Cukup lama Kara berputar-putar mengelilingi pusat perbelanjaan, mereka akhirnya singgah di sebuah tempat makan.
"Setelah ini, kita lanjut jalan ya." Ucap Anggar.
Sementara Kara, ia terlihat hanya menikmati makanannya sendiri sampai tidak sadar apa-apa saja yang telah dibicarakan oleh teman jalannya.
"Kara, kok bengong aja sih..." Tegur Musda.
"Lagi mikirin do'i kali yang jauh di seberang sana." Celetuk Afkar.
Kara mengangkat pandangannya lalu, "aku ke belakang dulu ya." Kara berjalan meninggalkan teman-temannya.
"Tunggu, aku ikut." Musda mengejar Kara yang berjalan menuju toilet.
Rupanya Kara tidak benar-benar masuk ke kamar mandi, ia hanya mencari tempat untuk menelfon ibunya.
Karena tau Musda menyusulnya, makanya Kara menunggu di depan kamar mandi. Saat itu seseorang keluar dari kamar mandi pria, orang itu tertarik untuk memperhatikan Kara yang entah sudah sejak kapan memperhatikannya lebih dulu. Beberapa detik mereka sempat bertatapan, sampai mereka masing-masing disadarkan oleh sapaan Musda.
"Kara, ayoooo."
Kara mengangguk lalu bersiap melangkah pergi, namun langkahnya terhenti saat orang yang menatap Kara memanggil Musda.
"Musda, Ayu, ikut sama kamu?" Tanyanya.
"Eh kak Arham, iya kak. Kak Ayu, ikut aku. Dia lagi makan. Kak Arham, sudah mau pulang?" Tanya Musda.
"Tadinya. Tapi lebih baik kalau aku jemput Ayu, dulu. Nanti bunda khawatir kalau dia pulang terlalu sore."
Orang yang bernama Arham itu kemudian mengikuti langkah Musda dan kara. Arham langsung mengambil tempat duduk di samping Afkar, tepat berhadapan dengan tempat duduk Kara. Lagi-lagi, Musda menangkap basa Kara sedang memperhatikan Arham. Tapi Musda masih berfikir akan membuat Kara canggung ketika ia langsung menegur.
"Oh iya Kak, kenalin teman baru aku. Namanya Kara." Musda memperkenalkan Kara pada Arham.
"Arham." Arham mengulurkan tangannya.
"Kara." Kara menjabat tangan Arham.
"Mau pulang sekarang?" Tanya Ayu kemudian pada Arham.
"Iya, nanti bunda khawatir." Jawab Arham.
Setelah berpamitan, tinggallah Kara, Musda, Afkar dan Anggar.
"Kara, sudah dua kali aku liat kamu curi-curi pandang sama Kak Arham. Kamu suka ya?" Tuduh Musda.
"Enggak." Bantah Kara.
"Kamu yakin? Atau kamu takut aja sama Kak Ayu?"
"Enggak. Aku ingat dia mirip seseorang aja."
"Lagian kalau kamu suka juga nggak apa-apa, dia bukan pacarnya Kak Ayu. Dia kakaknya Kak Ayu."
"Cihh, lagian alasan kembali ke sini bukan dia."
Pernyataan Kara yang mengatakan bukan Arham tujuannya membuat Anggar semakin yakin ada hal yang telah terjadi pada adiknya setelah dua tahun gadis itu ia tinggalkan.
"Kara, entah kenapa aku jadi ingat seseorang dari kamu. Dan sama seperti aku, Afkar, juga merasakan hal yang sama. Untuk hal itu, aku sama Afkar, minta kamu untuk tidak canggung pada kami. Aku, mau kamu melengkapi kami. Jadi bagian dari kisah-kisah kami, berbagi dalam hal apapun." Ucap Musda yang membuat Kara menarik nafas sambil berfikir.
"Aku tidak minta kamu untuk menggantikan siapapun. Aku cuma mau kita sama-sama aja terus, aku punya banyak kenalan, banyak teman, tapi aku tidak pernah menemukan sosok seperti kamu." Lanjut Musda.
"Entah apa tujuan kamu pulang, meski tujuan itu bukan kami, tapi setidaknya dalam perjalanan kamu, temukan tempat yang paling kamu percaya. Musda, dan aku, mau kamu jadi bagian dari persahabat kami." Afkar itu juga.
Lucu, dalam persahabatan saja mereka ada acara meminta dan menerima. Kadang aneh juga, bukankah persahabatan tentang sebuah ikatan yang terbentuk tanpa janji. Di kemudian harilah janji diikrarkan. Tapi mereka melakukan ikrar permintaan dan penerimaan. Ada apa dengan persahabatan Afkar dan Musda? Apa yang dimiliki oleh sosok seorang Kara.
"Gue pernah bilang sama lo, kalo mereka adalah orang-orang baik. Gue kenal sama mereka." Anggar meyakinkan Kara.
Kara menyetujui status baru mereka sebagai sahabat. Membuat Afkar dan Musda tersenyum lebar.
"Amanda, pasti tenang kalau tau lo nggak sendirian di sini."
"Amanda, tidak tau aku ke sini. Aku pergi tanpa pamit saat dia ada acara keluarga."
* * *
Saat sedang duduk menikmati sore di rumah besarnya sendirian, Kara sedikit tersenyum memandangi senja.
"Satu-satu alasan kenapa aku setuju kembali adalah Afkar. Sedikit banyak semua jalanku mudah dan apa yang menjadi keinginanku akan mudah tercapai."
Siapa Kara sebenarnya tidak ada yang tau, bahkan mungkin juga tidak dengan dirinya. Kara adalah satu sosok pada masa tertentu, dia tidak lahir, tapi membentuk dirinya sendiri. Ada waktu yang akan menunjukkan siapa dirinya. Dia yang terluka dengan banyak rahasia, dia juga adalah rahasia yang menyimpan luka. Kembali pada waktu, pada waktu yang tepat, apa yang terjadi mungkin di luar perencanaan, tapi itulah yang terbaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang
Teen FictionAku ingin pulang, kembali menuju masa lalu yang kutinggalkan dan yang mengusirku. Pulang, pulang, pulang. Aku pulang untuk mencoba jatuh cinta lagi. Aku pulang untuk menemukanmu kembali,aku yakin kau adalah orang yang tepat untuk aku cintai setelah...