The Winner

82 2 0
                                    

"Akumulasi poin tertinggi babak terakhir yaitu 972 poin yang diraih oleh tim A SMA Negeri 17 Makassar. Selamat kepada tim SMA Negeri 17 Makassar yang menjadi juara pertama olimpiade sains Indonesia Timur tahun ini."

Kara dan beserta tim dan semua peserta dari SMAN 17 Makassar berteriak kegirangan. Usaha dan kerja keras mereka tidak sia-sia.

"Selamat untuk kalian semua. Ayo Bian, bawa teman-teman kamu untuk menerima penghargaan." Pinta sang guru pendamping.

Setelah menerima piala, Bian dan tim nya kembali diberi ucapan selamat oleh teman-temannya. Sekedar informasi, tim A adalah satu-satunya tim dari SMAN 17 yang mendapat hadiah.

"Kalian semua tim yang hebat." Bian menepuk pundak seluruh anggota tim nya.

Tak ketinggalan Anggar memberikan ucapan selamat kepada tim Bian, tidak terkecuali untuk Kara.

"Kalian memang hebat." Puji Anggar.

"Aku bangga sama kalian. Kalian memang tidak bisa dipisahkan." Puji Anggar pada Kara dan Amanda.

Kara langsung dipeluk oleh Anggar, begitupun Amanda yang juga mendekap sahabatnya Kara.

"Seperti yang pernah gue bilang dulu, kalo mereka udah bersatu, merekalah penguasanya." Rafif datang dan langsung ikut merangkul Amanda.

Amanda dan Kara saling melempar senyum.

"Jadi ini hasi teori pak Bambang Kalian?" Ayu mendekat.

"Yah bisa dibilang begitu." Jawab Rafif.

Setelah itu, hari terakhir mereka diisi dengan liburan. Jalan-jalan mengelilingi tempat wisata yang terkenal di kota Tidore. Mereka juga tidak melewatkan wisata kuliner.

"Turis di sini cantik-cantik ya . . . ." Puji Anggar.

"Hahaha, memang iya." Jawab Kara tanpa menunjukkan ekspresi yang tidak sedang tertawa.

"Puji aja setiap orang yang kamu liat, nggak sadar apa Kara sudah dongkol sama kamu." tegur Ayu pada Anggar.

"Hehehe, enggak kok. Nyonya ini juga tidak kalah cantiknya." Anggar kembali merangkul Kara.

Lama berjalan bersama rombongan, Amanda malah meninggalkan rombongan itu bersama Rafif.

"Aku pulang duluan ya, rasanya aku udah cape banget nih." Pamit Amanda.

"Ih kamu mah gitu, yaudah deh aku temenin." Kara melepaskan rangkulan Anggar.

"Nggak usah lah, kebetulan tadi aku udah bilang sama kak Rafif. Dia mau nganterin, tapi sebelum itu katanya mau ke suatu tempat dulu buat beli pesenan mama." Jawab Amanda.

"Oh iya, aku lupa. Kamu pasti butuh lebih banyak waktu sama saudara baru kamu. Yaudah, tinggalin aja aku di sini sama kak Anggar." Kara berencana untuk merajuk.

"Nggak sepenuhnya berdua. Ada aku di sini." Afkar datang mendekat dan bernyanyi dengan kalimat terakhirnya.

"It's oke lah. Tapi lain kali, aku tidak mau kalau waktu kamu terbagi lagi sama siapapun itu." Jawab Kara.

Mereka semua benar-benar menikmati jalan-jalan hari itu. Namun ada saja, yang hanya tersenyum kecut melihat seseorang begitu bahagia dan tertawa, walaupun ia tidak menjadi alasan itu. Siapa lagi kalau bukan Syam. Dia yang terus memandang Kara, yang terlihat menikmati jalan-jalanya.

"Seandainya aku bisa menjadi bagian dari mereka yang tertawa bersama kamu. Sayangnya aku tidak seberuntung itu." Ucap Syam memandangi Kara.

"Aku tau betul, kalau aku tidak bisa merebut kamu. Sekeras apapun aku mencoba, aku akan tetap kalah." Lanjut Syam lalu kembali melangkahkan kakinya dengan kamera yang menggantung di lehernya.

"Syam, sini deh, kita belum foto bareng."

Personil kelas XI IPA 1 yang terdiri dari Musda, Syam dan Kara berfoto bersama dengan mengambil latar Pulau Maitara. Syam berdiri di antara Musda dan Kara. Usai dengan sesi foto-foto, mereka kembali ke penginapan untuk beristirahat dan pulang pada keesokan harinya.

"Jadi besok kamu langsung jenguk mama?" Tanya Anggar saat mereka dalam perjalanan pulang.

"Nggak sih bang, aku pulang dulu, istirahat. Kalau nggak cape banget aku berangkat malam, atau paling enggak besok paginya."

"Hari-hatiya, soalnya aku nggak bisa nganterin kamu. Kamu tau sendiri kalau besoknya ada acara pengajian meninggalnya ayah. Atau kamu mau nungguin itu selesai dulu, biar oma seneng gitu liat kamu."

"Sebenernya mama bilang aku ke sana habis pengajian itu, tapi aku liat dulu deh. Kasian juga Aya, dia masih kecil tapi harus bolak-balik ke rumah sakit.

* * *

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang