Rumah Sakit

105 4 0
                                    

Mereka tiba di depan ruang tempat Rianti dirawat. Sudah ada Haris dan Hana di sana. Terlihat juga Hana yang mondar-mandir di samping Haris.

"Pa, bun, apa yang terjadi?" Tanya Ayu.

"Tidak tau, tadi mama kamu sudah di dalam saat kami tiba." Jawab Haris.

Sementara Kara sudah dalam keadaan yang sangat kacau. Afkar yang tetap di sampingnya pun bingung, karena keadaan Kara yang sekarang seakan tidak ada yang baik-baik saja.

"Tenang, kamu harus tenang. Aku yakin tidak ada yang akan terjadi . . . ." Ucap Kara.

Nani yang datang hanya berdiri di hadapan Kara tanpa mengatakan apa-apa. Sampai akhirnya Aliya yang sejak tadi duduk langsung mendekati kakaknya.

"Kakak, mama pernah bilang sama Aya, kalau nanti mama nggak bangun lagi, kakak nggak boleh marah. Kakak nggak boleh sakit lagi, karena nanti nggak ada yang jagain Aya." Ucap gadis kecil itu terlihat berusaha menahan air matanya.

"Mama nggak akan kenapa-napa kok, kakak sudah menuruti semua permintaan mama. Kakak pulang ke sini, kakak jadi anak baik, kakak juga sudah jawab pertanyaan Aya yang selalu Aya tanyain. Mama udah janji sama kakak kalau mama akan selalu nemenin kakak kalau kakak udah jadi baik." Ucap Kara menggembungkan pipinya terus menahan air matanya.

Kalimat pertama Aya sudah merebut perhatian orang-orang yang menunggui Rianti. Sementara Kara sedang berusaha melawan semua fikiran buruknya yang ia sadari sudah sangat mungkin untuk menjadi kenyataan.

"Mba Nani, bawa Aya pulang. Tidak baik dia di sini." Pinta Kara.

"Maaf mba, oma minta saya menunggu dia datang. Katanya biar dibawa ke rumah oma saja."

Kara mengangguk.

"Siapa di dalam?" Maksud pertanyaan itu adalah siapa yang sedang menangani Rianti di dalam sana.

"Dokter Kinta, dia sendiri yang memintanya."

Tidak lama Anggar datang bersama omanya, hampir bertepatan dengan Kinta yang keluar dari ICU.

"Bagaimana keadaan istri saya?" Tanya Haris.

"Kita bicara di ruangan saya . . . ." Pinta Kinta, namun sebelum mereka pergi, Kara mendekat.

"Biar saya saja, pak Haris tidak usah repot-repot mengurusi mama saya." Katanya membuat Haris tersentak.

"Nia, kamu di sini aja. Biar aku sama om Haris yang masuk." Kata Anggar.

Rita tidak menunggu, dia langsung pulang membawa Aliya hanya dengan persetujuan Kara. Tidak sampai tiga puluh menit Anggar dan Haris datang dang langsung menghadap Kara. Seperti ingin memberikan laporan dari dokter Sinka.

"Gimana?" Tanyanya.

Hanya Haris yang langsung mengelus kepala Kara, Sementara Anggar tersenyum tapi air matanya kemudian meleleh.

"Abang, mama udah janji sama aku kalau aku nurutin mama dia akan selalu jagain aku, dia akan selalu ada buat aku. Aku yakin mama nggak akan mengingkari janjinya." Setelah itu Kara langsung pergi entah kemana, sementara Anggar diam membisu menatap Ayu, Rianti, Afkar bahkan Musda.

Arham baru tiba setelah beberapa menit. Yang langsung ditemuinya adalah Anggar. Arham tau, Anggar yang paling tau keadaan Rianti.

"Gimana mama?" Tanyanya.

Melihat bekas aliran air matanya, Arham memeluk Anggar sebentar seakan memberikan kekuatan untuk Anggar sebagai seorang saudara.

"Bunda sama Ayu mending pulang aja, kalian juga. Biar aku sama papa di sini." Arham menatap bunda dan adiknya lalu bergantian pada Afkar dan Musda.

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang