L.A.(01)

33 4 3
                                    


April Faradita Ragarto✒







Pak sumardi memandang jam dinding yang menunjukkan pukul 3 pagi. Tiga puluh menit lagi waktunnya ia membunyikan bel pertanda kegiatan para santri dimulai.

Pak sumardi memakai sepatunya terlebih dahulu sebelum beranjak turun dari rumah pohon, tempat pos jaga berada.

Pak sumardi hingga sekarang tidak pernah mengeluh pada sang pengurus pesantren perihal pos jaga tersebut karena bagaimanapun tugasnya hanya berjaga.

Belum sampai kaki pak sumardi menginjak tanah, pak sumardi dikejutkan oleh kedatangan gadis berjilbab putih sepinggang dengan baju tidur dan lengan panjang. Cepat-cepat pak sumardi berpegang pada tangga saat dirinnya hampir tergelincir karenanya

"Eh, mbak. Saya kira siapa," ucap pak sumardi saat dirinnya baru menginjak tanah. Sekilas sumardi mengusap dada sabar. April faradita ragarto. Baru kemarin April masuk April telah membuat satu pesantren heboh dengan aksi nekadnya meminta Kiyai Abdullah mengubah jadwal ajar mengajar.

"Emang bapak pikir siapa?" Tanya april saat sumardi sudah mengambil ancang-ancang memarahinya.

Benar saja.

sumardi megatupkan mulut. Tak lama sorot matannya menerawang ke sekeliling bertindak seolah ada orang lain selain dia dan april.

Sumardi lalu menatap april dengan raut wajah serius.
"Konon ada santri bunuh diri disini non," ungkapnya. sumardi merinding sendiri membayangkan.

"Apa hubungannya dengan saya, pak?"

sumardi sudah akan hendak buka mulut tapi urung.

"Sedang apa non kemari?"

Skakmat

Pertanyaan yang sedari tadi April hindari akhirnya terucap juga.

"Anu...hmm..itu.." mata april berhambur ke segala arah mencari alasan yang tepat.

"Aaa--emm--aa--mm...non mau coba kabur dari pesantren?" Tuduh sumardi.

Netra april membulat. "Enggak mungkinlah pak saya begitu," sergahnya cepat.

"Lalu?"

"Saya bosan tidur terus pak, pengen juga cari udara segar. Nah, udara subuh...ya, saya sedang menghirup udara shubuh pak," kilahnya.
Terserah pada sumardi mau percaya atau tidak.

"Ya..sudah kalau begitu."

Tak ada sedikitpun kecurigaan di hati sumardi saat meninggalkan april sendiri disana.

April memandang kepergian sumardi hingga punggung sumardi menghilang hingga tak nampak lagi barulah ia berangsur naik dan masuk ke dalam pos jaga. dengan bersemangat april mengambil teropong yang memang telah tersedia disana.

Merasa cukup, april turun kembali setelah meletakkan teropong tersebut kembali ketempatnya semula.

April pun berjalan mendekat ke arah tembok setinggi dua jengkal dari tingginnya.
Dengan satu lompatan diraihnya tembok itu hingga tubuhnya sudah berhasil sampai kepuncak dan turun dengan sangat mulus dari puncak tembok tersebut.

Lentera April [FS1] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang