L.A (10)

11 1 0
                                    

"Kak... apli takut." Tampak gadis kecil bernama apli itu memegang ujung baju laki-laki bernama saka yang kini tengah memandangnya.

Saka malah Dengan entengnya kembali melanjutkan jalan yang sempat ia tunda akibat apli tadi.

Apli, anak kecil itu hampir menguras habis seluruh waktunya selama 3 hari. Cerewet, manja, dan susah di atur. karena itulah waktu berharga miliknya harus rela terbuang hanya demi menjaga anak yang saka anggap menjengkelkan.

Saka mempercepat langkahnya mengharuskan apli yang tengah menutup mata takut segera menyusul saka, kakinya pendek lain halnya saka yang berkaki panjang, apli lalu memperpendek jarak mereka dengan berlari walaupun sedari tadi gamis berwarna cerah pinknya harus rela terkena tanah lembab yang ia lewati.

"Kak...apli ...tidak mau.. main di sini apli takut, kita main di rumah aja yah," ucapnya saat telah berhasil sampai disamping saka, lelaki itu berhenti lalu berbalik tersenyum pada apli. Senyuman terpaksa.

"Di rumah nggak bagus. kalau di hutan kan kita bisa leluasa main petak umpet nya, gimana?"

Yah, kini saka dan apli sedang berada di hutan belakang rumah nenek adinaya, cukup jauh sih tapi saka yakin tidak terlalu susah mencari jalan pulang nanti. Selain itu saka menyiapkan sesuatu agar apli tidak akan pernah lagi memaksannya melakukan hal yang tak ia suka, tidak terkecuali permainan ke kanak-kanak an ini.

Saka menatap april yang menunduk menunggu jawaban darinnya, tak lama april mendongak balik menatapnya dengan senyuman.

"Oke."

***

April menangis. Suara seakan tertahan di tenggorokan. Masih sambil menangis ia mendongak melihat ke atas tepat pada seorang lelaki. saka. Yah pria itu adalah saka.

"kak!!" Suara itupun keluar dari mulutnya lalu memantul dari pohon ke pohon yang lain hingga sampai kepada saka.

Saka berbalik menoleh ke arah suara itu datang. Apli memang tidak berada tidak jauh dari tempat saka berdiri.

"Kak tolong!!"

Saka mempercepat langkahnya mengetahui suara apli yang berubah bergetar di sertai dengan teriakan 'tolong'. Beribu pertanyaan ada di benaknnya tapi semuannya pun terjawab saat saka sampai dan melihat apli yang tengah berjuang di bawah sana. Saka masih terdiam, bergeming, tubuhnya seakan beku di tempat ia berdiri. Sedang apli dibawah sana semakin menangis hebat.

Yah, saka melihat apli sedang berada di bibir jurang dengan dua tangan mungil yang berpegangan pada ranting yang ada disana. Saka masih tetap bergeming di tempat. Entah apa yang dipikirannya hingga tidak segera membantu apli naik dari bawah sana.

"Akhh...hikss" rintih apli saat satu tangannya terlepas dari ranting. "Kak..tolong apli!! Apli masih belum ketemu sama papa!! Apli udah janji mau tunggu papa di rumah nenek..hiks"

"Ha!" Saka terbangun dengan keringat yang membasahi sekujur badannya, yah, barusan ia bermimpi buruk lagi.

Dengan nafas yang masih belum teratur saka melirik jam di atas nakas. Segera saka melangkahkan kakinnya mengambil wudhu untuk menjernihkan pikirannya sekaligus mengalihkan apa yang kini masih terputar di dalam sana.

Saat menuruni tangga saka mendapati ibunnya yang tengah mengaji di ruang keluarga.

"Eh kamu baru bangun nak?" Ucap salma yag baru menyadari kehadiran putrannya itu saat telah berpijak pada anak tangga terakhir.

"Iya ummi." Saka mencium punggung tangan salma, saat akan melangkah salma mencegatnnya lalu menyuruhnya untuk duduk.

"Kapan kamu mulai kerja di rumah sakit?"

Lentera April [FS1] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang