"Allah mempunyai alasan yang indah di balik setiap musibah yang menimpa kita."
"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesudah kesulitan ada kemudahan."
[Q.s al-insyirah :5-6]____🌸____
Sekumpulan akhwat di depan kamar masing-masing seketika menimbulkan tanda tanya besar dalam diri april.
"Sedang apa kalian?" Tanya april pada salah seorang di antarannya. Sempat april pikir mereka sedang di kejar oleh pak sumardi, si satpam penjaga pesantren karena telah pergi ke rumah pohon lagi. Sudah hampir seminggu mereka bermasalah dengan pak sumardi karena hal itu.
Gadis berjilbab pink itu meletakkan satu jari telunjuk di depan bibir, mengisyaratkan april untuk tidak berisik, setelahnya ia lanjut menatap keluar.
Penasaran, april ikut menatap keluar. Dan hal pertama yang ia dapatkan adalah saka yang sedang menggendong anak berusia 3 tahun, entah mengapa april teringat pada adik kecilnya, fauzan.
Sempat heran kenapa Saka bisa masuk ke dalam asrama khusus santriwati. Apa pria itu sudah bosan hidup?
"Pak ustadz saka tuh ya..bawaannya pasti senang mulu. Adem lihatinnya," komentar gadis berjilbab coklat bercorak bunga.
"Ustadz?"
Sera gadis itu berbalik menatap april lalu menggangguk sebagai jawaban.
"Emang kamu belum tahu ya?" Teman disampingnya menyenggol tangan sera.
"Hiss kamu. April mana mungkin tahu dia baru seminggu di sini," katanya. Gadis itu lanjut tersenyum maklum pada april.
"Kudengar dia dokter loh," sahut sera lagi. Karena topik yang mulai menarik mereka semua merapat bersiap melontarkan pertanyaan pada sera.
"Yang benar dia dokter?"
Sera menggangguk. "Ituloh. Dia anak pertama ustadzah salma." Sera memberi jeda. "Tapi kan yah. Aku bingung seharusnya jika sudah mendapat gelar dokter itu dia seharusnya sudah berusia 29 lebih tapi ustadz saka itu baru berumur 24 tahun. Masih muda sekali'kan?" Sera mengakhiri ceritanya dengan masih tersenyum ia memandang april.
"Ustadz saka itu paket komplit deh."
Entah karena mereka terlalu heboh hingga saka menoleh tepat ke arah mereka berada. Sialnya april tidak dapat menghindar hingga membuat dirinnya tertangkap basah sedang melihat saka dari tadi. Padahal bukan itu alasan april.
Tak lama saka berjalan kearah april berada hingga yang lain dengan cepat berhamburan masuk ke dalam kamar masing-masing.
April masih mengerjap di tempat saat saka telah sampai di hadapannya.
"A-apa?"
Sekilas saka menatap Agam sang adik dalam pangkuan sebelum memindahkannya ke dalam dekapan april.
Walau terheran-heran, april menerima agam. Anak kecil itu bahkan tidak menangis sama sekali. Mata agam tajam dan hazel kecoklatan itu sangat mirip seperti saka. Agam memainkan jilbab april di jarinnya memilinnya lalu melepasnya kemudian. April tersenyum melihat kelakuan anak kecil dalam pangkuannya itu.
"Ummi bilang kau akan keluar untuk membeli peralatan melukis."
Itu saka yang bicara. Terlalu larut pada anak kecil manis itu hingga membuat ia lupa akan saka. April berfikir sebentar. Ummi yang dimaksud Saka pasti ustadzah Salma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera April [FS1]
Teen Fiction[Kisah kasih pesantren] "Seketika skenario hidupku harus di revisi. But, this time with Allah." -lentera april- ***