L.A(04)

14 2 1
                                    

Anak kecil berumur 5 tahun itu memasuki sebuah perumahan elite yang berada di tengah kota makassar. Rumah nenek dari pihak ayahnya.

Nenek adinaya, itulah kata ayahnya sebelum meninggalkan dia bersama dengan anak yang cukup tinggi dan lebih tua beberapa tahun darinya.

Dengan tersenyum ramah anak berjilbab maron tersebut mendekat dan duduk di sebelah bocah kecil yang sedang sibuk menulis di kertas.

"Kamu lagi apa?" Dengan penuturan yang masih belum teratur anak itu berucap tapi tidak ada renspon dari bocah kecil itu. Dia mengabaikannya.

"Papa bilang ini rumah nenek jadi apli bisa main disini" Ucap anak itu menyebut namanya sendiri dengan sebutan 'apli'

"Hmm."

Ekspresi cemberut anak kecil itu berubah berganti senyuman lebar memperlihatkan setengah giginnya yang baru tumbuh beberapa saja, ia kemudian turun dan mengambil alih kotak yang berada di samping buku tebal bocah tersebut, membukannya hingga mengambil bulatan berbentuk bulat dan meletakkannya tepat diatas buku bocah tersebut.

"Singkirkan" ucap bocah itu. Ia bahkan tidak dapat melanjutkan tulisannya karena terhalang benda tersebut, tapi anak itu malah memutar kepalannya ke kiri lalu kekanan sebelum menganyunkan kedua kakinnya dengan senyuman yang masih tampak.

"Kita main aja. Apli bosan duduk terus" ucapnya. ia kemudian mengambil satu lagi kelereng. "Satu untuk kamu dan satu lagi untuk apli"

Bocah tersebut meletakkan polpennya terlebih dahulu sebelum mengambil kelereng itu dan memindahkannya dari atas kertas miliknya.

"Jangan rewel kamu baru aja duduk di situ tadi."

"Tapi apli mau main."

"nggak"

Anak kecil itu melirik marah pada bocah tersebut dan mengambil kelereng yang tadi disingkirkan.

"Kita main yah?" Bujuknya. Ia meletakkan kembali kelereng tersebut tapi tentu di tepis oleh bocah tersebut. Lagi.

"nggak."

"Ya, ya ya ya..kita main yukk..apli bosan" ucap anak itu setengah merengek, ia bahkan menarik kaos bocah berwajah masam tersebut.

Tak

Bocah tersebut menaruh polpennya sedikit kasar di meja hingga tercipta suara nyaring dari sana.

"Kamu bisa diam tidak sih?" Dengan polosnya anak itu menggeleng. Tidak tahukah ia kalau bocah itu sedang marah kini?.

"Arghh" bocah itu mengusap wajah kasar. Ia frustasi. Tidak pernah sekalipun ia diganggu dalam hal pelajaran seperti kini.

Anak itu malah memasang muka pengharapan. Bagaimanapun ia harus tetap menunggu ayahnya disini hingga ia pulang.

"Baik tapi kalau udah selesai mainnya kamu janji yah nggak ganggu aku belajar lagi?" Dengan ragu ia menggangguk.

"Oke" bocah itu bangkit berdiri hingga membuatnya melompat kegirangan. "Yey...hore...--" soraknya kegirangan.

Bocah itu melirik aneh pada anak itu yang tiba - tiba diam padahal ia sedang melompat tadi, kini tidak ada senyuman hanya raut datar pada wajahnya. Seperti sedang berfikir.

"Kenapa?"

"Oh..ya, kakak ini namannya siapa?" Tanyanya.

"Saka adiputra kusuma. Panggilnya kak saka aja."

Lentera April [FS1] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang