L.A (13)

10 1 0
                                    

"Ingin kukatakan bukan hanya kau yang merasa sakit. Aku juga merasakan hal yang sama, namun sayang kau tak lagi ada disini"
-Saka adiputra kusuma-

Egois, itulah Saka. Sedari kecil kata itu melekat erat menyatu dengan dirinya.

"Saka kamu apakan april?!" Teriak Nenek paruh bayah itu putus asa. Melihat seorang gadis kecil terbaring dengan banyak darah berlumuran di sekitar kepala. Tidak mungkin saka yang melakukannya, pikir batinnya seakan tak percaya.

Sedang yang ditanya hanya diam saja menatap gadis kecil yang kini telah dimasukkan kedalam ruang gawat darurat

"Saka jawab nenek kamu apakan dia?!" Kali ini si nenek menguncang kedua bahu Saka. Menuntut jawaban. "Nenek cuma memintamu menjaganya sebentar, lihat apa yang terjadi pada gadis malang itu!"

Saka hanya memberi tatapan kosong sebagai jawaban. Bayangan ketika April jatuh masih membuatnya shocked.

"Dimana belas kasihmu!"
.
.
.
.
.

"Hah.." Saka terbangun seketika dengan keringat dingin bergucuran. Saka mengangkat dan melihat tangannya yang bergetar. Mimpi berbeda dan sensasi yang tidak biasa, mengapa mimpi itu yang muncul...

"Akhh.." denyutan hebat menyerang kepala belakang pria itu membuatnya sedikit merintih lalu berbaring kembali. Samar-samar Saka melihat ibunya masuk membawa baskom-- mungkin berisi air, mataharipun telah bersinar terang di luar sana. Saka tidak bodoh, penyebab semua gejala yang dialaminya ini adalah demam.

"Abang kenapa main-main hujan? Sudah hilangkah ilmu yang abang dapatkan saat bersekolah hingga abang berlaku bodoh?"

Saka menutup mata merasakan dingin di kulit saat bersentuhan dengan kain basah. Haa sepertinya ia akan sakit pada waktu yang lama. Kenapa juga Saka mandi hujan? kepala Saka terlalu sakit untuk mengingat alasanya.

Yang pasti itu suatu hal yang penting. Sayang sekali Saka melupakanya.

Mengapa? Dan kenapa?

Seketika Saka lupa akan mimpinya dan terlelap ke alam mimpi.

🎬🎬🎬

S

uara ketukan dipintu luar memaksa Saka membuka mata.

"Ustadzah....ustadzah..."

Ah ternyata dari pintu depan. Ustadzah salma 1 jam yang lalu berangkat bersama adiknya untuk mengurus sesuatu di luar kota, kini hanya Saka yang berada di rumah. Haruskah ia turun dan membuka pintu?

Saka bangkit namun meringis memegang kepala saat denyutan itu terasa namun tidak sesakit pagi tadi.

"Ustadzah...april ustadzah..." suara itu berubah menjadi khawatir. Saka terkejut dengan nama yang disebutkan orang di luar sana.
April?

Segera Saka bangun dengan menahan sakit ia membuka pintu menampilkan wajah panik Sera. Mungkin hanya Allah saja yang tahu bagaimana cara Sera menetralkan perasaanya melihat kejadian yang tak biasa. Wajah bangun tidur Saka membuat Sera lupa akan segalanya, ia bahkan tidak sadar sudah lama hanya menatap Saka.

"Ehmm..Sera" sentakan itu sukses menyadarkan Sera.

"Eh..i-iya apa ustadz?" Sebisa mungkin Sera menyembunyikan rasa gugupnya.

"Ibu tidak di rumah."

Sera menunduk memikirkan sesuatu.

"Ada apa dengan April?" Tanya Saka to the point.

"Katakan saja. April kenapa memangnya?"

"April hilang ustadz..." ungkap Sera Samar.

Hening sejenak sebelum Saka tersadar dan langsung mencerca Sera.

"Tunggu... maksudnya April faradita? Kamu bilang dia hilang? Kemana dia?!"

Sera menunduk takut menatap Saka. Sepertinya ia akan menjadi sasaran amarah Saka jika tidak cepat pergi dari sini.

"Itu..ustadz.. sa-saya tidak tahu."

Saka memgang kepalanya yang sudah semakin sakit saja. "Ya sudah kamu bisa pergi."

April...

Mungkinkah...

"Kenapa kamu muncul lagi di hadapan saya?"

Apa ini barusan?

Saka rasa saat itu ia bermimpi tapi sepertinya nyata. Apa ia benar mengatakan hal itu pada april?

"Kamu kenapa mandi hujan semalam?"
Ucapan umminya cukup bisa menjelaskan segalanya. Dirinya tidak bermimpi jelas sekali semalam dirinya bersama dengan April dan ini bukanlah sesuatu yang Saka inginkan terjadi.

"Tidak bisakah kamu pergi saja dari kehidupanku?"

Saka tidak percaya mengapa dirinya berkata demikian. Apa yang ia pikirkan?

"Astaghfirullah."

Saka berfikir pasti rasa sakit yang ia rasakan tidak jauh berbeda dengan April. Tapi belum tentu perawatan yang ia dapatkan akan sama dengan apaya yang didapat April. Kemana juga April pergi? Ia tidak mempunyai siapapun di sekitaran sini. Rasanya mustahil untuk pergi jauh.

Saka mengambil telfon dan mengetikkan sesuatu disana sebelum masuk kedalam  mobil.

To: ummi❤

Ummi maaf Saka harus keluar dulu ada urusan penting. Kunci rumah Saka titip sama pak syarif maaf Saka juga tidak bisa jemput ummi nanti.

Mobil melaju meninggalkan perkarangan pesantren. Saka berencana untuk menanyakan terlebih dahulu pada warga sekitar tapi kerumunan orang di sekitar danau tidak bisa membuat Saka untuk tidak penasaran dan menepikan mobilnya.

Saka turun dan mendekati kerumunan warga.
"Permisi pak ini ada apa yah?"

Saka sempat menoleh ke arah titik yang sedang di kerumuni warga, samar namun dapat pastikan ada April terbaring di sana. Jangan bilang...

"Itu nak ada perempuan di temukan tenggelam, kasihan...padahal masih muda, cantik lagi."

Saka mematung tak percaya dengan pendengaranya. "A-apa pak, Tenggelam?" Saka menahan dalam-dalam persaan sakit yang terasa ngilu di dada sebelah kanannya.

Apa yang telah kulakukan?











Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lentera April [FS1] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang