"Bagi Fahri, April adalah teman masa kecilnya yang polos dan patut ia lindungi."
-L.A-Ruangan itu terisi oleh dua orang lelaki dan dua orang wanita. Dimana April duduk di sebelah Salma, Fahri berada dikursi hadapan April dan duduk bersama Saka.
Sorot mata hazel dan kecoklatan itu saling menubruk. Saka dengan mata elang dalam tak perduli dengan siapa pun, Fahri dengan netra obisidian-nya Kepribadian yang sama memang, sama - sama merasa paling kuat satu sama lain.
Fahri memutus pandangan, ia lalu menatap April lalu Salma.
"Bagaimana kabarmu?" Tanya April memulai pembicaraan
"Sangat baik dan kau.." fahri menatap Saka lalu kembali ke April, "kau baik?"
Saka tidak suka tatapan Fahri barusan padanya. Terkesan April terancam nyawanya jika di dekat dirinya saja.
"Tentu. Aku sudah banyak berubah tentunya" April tersenyum ramah. Senyum yang Saka tak sukai.
Fahri menyorot pakaian tertutup April, dulu gadis itu berpakaian terbuka. Tapi Fahri tahu semua itu hanya dulu. Kini April tampak berbeda. Bukankah memang sejak kecil April sudah mengunakan pakaian tertutup?
"Aku bisa melihat sebesar apa kau berubah. Dulu kau tidak ingin mengenakan baju panjang dan juga jilbab karena panas."
"Neraka lebih panas." Fahri tersenyum lebar begitupun Saka, mendengar penyataan sejujur itu dari April.
"Ehm. Kau itu semakin hari semakin tampan aja wana," canda April, saka membulatkan mata mendengarnya. Sejak kapan April berani memuji pria? Sama dirinya saja ia tidak pernah begitu.
Padahal Saka lebih tampan sedangkan Fahri apalah dia bukan tandingan Saka sama sekali -pikir Saka.
"Oh yah?" Fahri melihat Saka yang membuang muka ke arah lain, fahri tersenyum mengetahui kalau Saka sedang cemburu.
Salma bangkit dari duduknya
"nak Fahri mau minum apa?" Tanya Salma menawarkan. Ia berniat meninggalkan para anak muda ini sejenak."Teh hangat aja tante. Apa tidak merepotkan?" Cemas Fahri. Salma menggeleng ramah lalu berlalu meninggalkan ketiga insan itu.
"Apa kau sudah melihat lingkungan rumah kita Wana?" Kisah April tampak bersemangat. Sejak kecil panggilan 'Wana' itu adalah panggilan kecil April untuk fahri tapi seiring berjalannya waktu April jadi terbiasa memanggilnya dengan sebutan itu.
"Kau ingat tempat bermain berjarak 4 rumah saja dari rumahmu?. Sudah dibangun sekolah baru disana. Sayang sekali padahal itu adalah tempat bermain kita saat kecil."
Saka menatap keduanya dengan tatapan datar tapi terkesan dingin, Saka merasa terlupakan disana, April dan fahri sibuk dengan percakapan kisah masa kecil mereka, sampai Lulu yang datang dari ambang pintu memanggil April membuat gadis itu berlalu dari sana setelah mengatakan beberapa kata pada Fahri.
"Jangan berani sakitin April lagi."
Saka melirik fahri dengan kening berkernyit, "apa? Sakitin?" Hampir saja Saka tertawa. Kenyataanya beberapa hari yang lalu April mencoba mencelakainya dengan mencuri sandal pria itu. Bukan mau mengenang tapi peristiwa itu masih sangat berbekas dan tidak dapat Saka lupakan. Banyak tahun telah dia lewati baru kali itu ia mendapati gadis se-'aneh' April.
"Kau tahu maksudku." sorotan mata Fahri mengkilat, ada tersirat sesuatu didalam sana. "Kenapa kau tidak menjauh darinnya?"
"Kenapa harus kulakukan?"
"Kau lupa dengan apa yang ia alami karenamu? Ha!" Nada bicara Fahri meninggi. Melihat saka bisa hidup tenang di sisi April membuat ia naik pitam melihatnya. Dulu hubungan Saka dan Fahri tidak serumit ini. Mereka adalah teman bukan musuh. Bahkan sepanjang sejarah baru Fahri teman paling berkesan bagi Saka Tapi setelah kejadian hari itu, mereka terpecah bela dan bahkan tidak pernah lagi menyambung silahturahmi.
"Itu masa lalu. Dan lagi ia masuk kesini tanpa di ketahui sedikitpun olehku. Aku bahkan baru bisa mengenalinnya saat ummi yang mengatakannya," jawab Saka tenang.
"Arghh." Fahri mengusap kasar wajahnya.
Jeda.
"Menjauh darinya brengsek!," tegas fahri.
Saka yang diam dari tadi akhirnya emosi juga. "Aku paling tidak suka di atur, maka kau tidak bisa memaksaku melakukannya!"
Saka bertemu kembali dengan April itu semua karena skenario yang allah swt. Buat. Ia tentu tidak akan menyia-yiakan kesempatan itu untuk kedua kalinnya.
"Apa kau tahu bagaimana khawatirnya aku saat tahu ia lupa ingatan?!"
"Lupa ingatan? Siapa?" April muncul memandang keduannya dari muka pintu. April memang hanya berbincang sedikit saja dengan lulu.
"Sejak kapan kau di situ?"
"Baru saja. Memangnya siapa sih yang lupa ingatan Wana?" April masih penasaran dengan percakapan mereka.
"Tidak bukan apa-apa." Fahri meminum teh yang baru Salma bawakan. Ia benar-benar dehidrasi sekarang. Berbicara dengan Saka memerlukan banyak tenaga Padahal mereka hanya berbicara ringan saja.
"BTW kamu mau menetap di indonesia selamanya atau hanya sekedar mampir? Kenapa tidak tinggal di london saja?"
Fahri menyimpan gelas yang telah kosong ke meja sebelum dengan senyuman lebar ia menatap April. "Kepo."
"Hii biar aja. Kan ada pepatah yang pernah mengatakan 'kita bisa karena bertanya' "
"Tetap aja kepo."
April memberenggut kesal, "bilang aja nggak mau jawab. Nggak usah pakek bilang kepo segala."
"April nggak gitu juga."
April diam sambil membuang muka ke arah lain. "Mau ngeledek?"
"April.." fahri menatap April dengan memohon. "Maaf"
April melihatnya tapi tetap membuang muka.
Jeda.
"Hahahha." Tawa April pecah dan itu membuat Saka dan Fahri memandang heran kearahnya.
"April.."
"April kamu sakit?"
Begitu kata keduannya khawatir. Bukannya mereda tawa April malah makin kencang hingga setitik cairan bening keluar dari kedua kelopak matanya.
"Wana nggak berubah yah." April masih menyelesaikan tawannya hingga reda. "Kamu masih cepet baget ngerasa keintimidasinnya."
Fahri menggaruk tengkuknya, Saka masih memperhatikan April. terpaku melihat april tertawa seperti tadi, ada raut lain yang ia lihat disana. Apa kau bahagia hanya jika bersamannya saja?.
April memang telah kehilangan ingatannya, tapi sayangnya ia kehilangan hanya pada memori tentang Saka saja. Termasuk masa kecil mereka. Selama lebih beberapa tahun lamanya Saka pergi dari hidup April kini ia dipertemukan kembali pada gadis yang ia sayangi. April tetap sama, tapi sayang Saka sudah tidak dapat bersikap seperti dulu lagi pada April. Karena semuannya berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera April [FS1]
Teen Fiction[Kisah kasih pesantren] "Seketika skenario hidupku harus di revisi. But, this time with Allah." -lentera april- ***