L.A (09)

9 0 0
                                    

Mohon maaf kalau ada salah selama ini.
Marhaban yaa ramadhan🤗

***

"Kalau ente pengen sekamar dengan ana kudu izin dulu," ucap pria dihadapannya, Fahri mengernyit halus tak mengerti.

"Gue disuruh masuk kamar yang ini, Salah?"

Pria dihadapannya menggeleng, "hapal surah ar-rahman kagak?"

Fahri diam bergeming, lalu berfikir.

"Kalau kagak yah ente kagak menuhin syarat buat jadi temen sekamar ana. Ngerti nggak?"

Pegangan tangan Fahri mengerat pada tas, pria dihadapannya memegang ujung daun pintu lalu menutupnya.

"Tunggu." Fahri menahan pintu itu, ujung kepala pria itu muncul dari balik sana.

"Gimana hapal kagak, nih."

"Iyaiya in sya allah hapal."

Percakapan ini seperti sedang bicara dengan calon istri saja, khitbah yah harus penuhin syarat tapi jika tidak yah tidak akan pernah ada pernikahan. Dasar

"Derio andiwan." tangan pria dihadapanya terulur.

Derio?
Fahri tersenyum samar. Nama itu baru ia dengar. Dan sangat terdengar aneh. tapi melihat kondisi, ia mungkin harus terbiasa mulai sekarang

Fahri tersenyum dan mereka saling berjabat tangan. "Fahri agawana."

Pintu terbuka lebar, Derio yang biasa dipanggil Rio itu berjalan lebih dulu masuk dan Fahri yang mengekor dibelakang. Fahri lalu duduk diatas kasur begitupun Rio yang duduk di kasur hadapannya.

Fahri meneliti kamar itu, ditengah kasur mereka tepatnya di dinding disana ada dua gantungan baju, dibelakang kasur Rio ada dua lemari coklat dan hitam, dan ada juga figura yang disimpan diatas meja belajar. Foto keluarga Rio.

Kamar ini cukup luas tapi tidak seluas kamar Fahri saat di canada. Jika kalian melihat kamar Fahri disana penuh dengan rumus dan berbagai macam piagam penghargaan serta poster kesehatan, berbeda jauh dengan kamar yang hanya terisi dengan lafadz Allah dan rasul-Nya yang kini sedang Fahri lihat.

"Yah kamar ini kemarin habis di renovasi padahal ana udah nyaman sendiri," kisah rio agak jengkel.

"Mulai dari gantungan yang tadi sendirian jadi kagak lagi, meja belajar yang tadinnya menjengkelkan udah ada tambahnya lagi, lebih-lebih lagi lemari ana yang tadinnya ntuh jomblo harus rela membagi tempetnya dengan lemari ente," lanjutnya mengomel.

Tak ada nada yang menjengkelkan terdengar hanya seperti rengekan Fisya Fahri mendengarnya.

Bicara tentang Fisya biar Fahri beri tahu. Fisya adalah adiknya yang paling susah banget pisah dari kakaknya, di london saja saat mengambil kuliah Fisya ikut menetap bersamanya. Lain lagi ceritannya. Fisya tentu sudah merengek pada ummi mereka untuk ikut dengannya masuk asrama tapi ketetapan haruslah di patuhi. Asrama ikhwan hanya bisa dimasuki olehnya tidak untuk Fisya.

Bicara tentang masuk asrama. Kenapa fahri bersikeras menentang kemauan ayahnya untuk melayani masyarakat di indonesia ini, juga ada alasannya. yang satu ini biarlah Fahri dan Allah swt. Saja yang tahu

"Jadi.." kalimat Rio menggantung, fahri balas menatap tatapannya.

"Ente udah hapal berapa juz, hmm?"

Masih saja itu yang di tanyain.



Lentera April [FS1] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang