L.A (06)

8 2 2
                                    

"Satu hal baru yang Saka dapatkan setelah mengenalnya. Dialah orang kedua setelah ibunya yang menjadi akibat dari setiap senyumanya."
-L.A-

"Ha?"

Suara itu.

Pria...

Akhhh

Kenapa dia bisa dengar sih?! Ha?! Ini pasti kerjaan lulu nih.

***

April berbalik menatap Saka dengan elspresi terkejut yang tersembunyi dibalik senyuman lebarnya kini.

"Eh..ustadz..asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ustadz"
Sapannya.

"Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"

Saka sudah akan bicara kalau saja April tidak lari menjauh lebih dulu hal itu membuat senyuman di bibir ustadz tampan itu tersungging lebar.

"Ustadz kayaknya kajian sore sudah mulai deh di masjid sekarang. Kalau gitu saya duluan yah ustadz." Dalih gadis itu. Walaupun membelakanginya, Saka dapat menebak seperti apa ekspresi April kala itu.

Seraya melihat punggung April yang kian menjauh, Saka geleng-geleng kepala tak habis pikir.

"Ada - ada saja" tapi senyuman juga tak pernah lepas dari bibirnya kala mengucapkan kata itu. Mungkinkah ia bahagia?. Tapi kenapa?. Ah, perlukah Saka mempertanyakannya lagi kendati ia pun tahu jawabanya?

Mm..hanya saka dan allah swt. Saja yang tahu :)

Lelaki bertubuh jangkung itu pun mempercepat langkahnya, mengingat ia akan membawakan materi di kajian sore ini.

***

"Sampai disini ada yang ingin di tanyakan seputar kajian yang saya sampaikan?" Mata saka meneliti satu persatu santri yang kini berada dalam masjid berukuran 5×7 tersebut, dan berhenti tepat pada satu santriwati dengan tangan terangkat. Lagi-lagi senyuman harus ia tahan saat melihat siapa si penanya.

"Iya april?"

April menggigit bibir bawahnya. Tak lama pertanyaan yang sudah lama ia susun malah hilang entah kemana.

"April bicara mi ko sudah kenapa lama sekali kau ini.." rumi yang duduk tepat di samping april menyahut, dengan bahasa ala pekalongannya.

"Apa hukumnya jilbab ustadz"

Rumi menepuk jidatnya mendengar pertanyaan April.

"Eh..ko dengar bae bae sa kasitau ko janganmi ustadz nanti sa saja yang jawab. Na sudah tentumi wajib april macam mana kau ini."

Semua orang tertawa mendengar celotehan rumi itu sedang april me-lap keringat yang sudah sebesar biji jagung.

"Jadi gini ustadz kan saya pernah nih alamin yang namanya nggak pakai jilbab, saya hanya ingin pastiin aja agar tujuan saya pakai jilbab sekarang ini bisa saya perbaiki dengan alasan yang jelas juga."

Rumi ber 'oh' ria begitupun saka yang manggut - manggut mendengarnya.

"Tujuan dek april menanyakannya tidak salah. Jilbab dan hijab tidak dapat dipisahkan dari kehidupan wanita muslimah kayak adek-adek ini. Mengenakan jilbab itu tentunya wajib ketika sudah dewasa atau ketika sudah mengalami haid atau baligh."

"Karena Islam adalah agama yang mengatur segala aspek kehidupan termasuk tata cara pergaulan dan bagaimana cara berpakaian yang baik dan benar."

"Perintah jilbab diturunkan saat zaman rasulullah SAW. Sejarah menyebutkan bahwa perintah berjilbab dan mengenakan hijab turun saat Rasulullah sering mengadakan jamuan makan bersama dengan tamu-tamunya. Karena tamu diundang ke rumah Rasulullah maka saat makan dan mengobrol mereka bebas keluar masuk rumah Rasul SAW. Hal ini berpotensi menimbulkan fitnah dimana istri-istri Rasul saat itu belum mengenakan jilbab."

April memang pernah mendengar ayahnya menceritakan kisah dimana istri istri para nabi mengenakan jilbab demi menjaga kehormatan.

"Allah SWT kemudian menurunkan firmannya dalam surat Al Ahzab ayat 53 yang berbunyi

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتَ النَّبِيِّ إِلَّا أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَىٰ طَعَامٍ غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ وَلَٰكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَادْخُلُوا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوا وَلَا مُسْتَأْنِسِينَ لِحَدِيثٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِي النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيِي مِنْكُمْ ۖ وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ ۚ وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ۚ ذَٰلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ ۚ وَمَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا أَنْ تَنْكِحُوا أَزْوَاجَهُ مِنْ بَعْدِهِ أَبَدًا ۚ إِنَّ ذَٰلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمًا

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri-isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.(QS Al Ahzab ayat 53)

"Perintah berjilbab juga disebutkan dalam ayat lain dalam Alqur'an yakni sebagai berikut

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمً

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al ahzab ayat 59)

"Oleh karena itu, seorang lelaki pasti akan takut dan menimang-nimang niatnya jika ingin bergaul atau ingin melamar wanita berjilbab."

Saka mengakhiri pembahasan bersamaan dengan april yang bangkit dengan tersenyum lebar, seperti telah menemukam sesuatu yang telah lama hilang.

"Nah, sebenarnya itulah yang sudah lama ini saya tunggu ingin dengar dan hari ini saya rasa semua pertanyaan saya telah terjawab sama ustadz."

"Bagaimana dengan niatnya april apa sudah di perjelas?"

"Tentu ustad"

"Alhamdulillah" semua yang berada di sana serentak mengucap hamdalah, bisa saja hari ni ada yang mendapat hidayah. April sadar kalau selama ini ia kurang mengejar hidayah dan hanya menunggu padahal hidayah itu sebenarnya di jemput bukan di tunggu.

.
.
.
.
.
.

Lentera April [FS1] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang