L.A (05)

5 2 1
                                    

"Ada keistimewaan sendiri yang Saka ciptakan dari dirinya. Jika ia memandang seseorang lebih dari 5 detik, hanya ada dua kemungkinan, pertama ia menyukaimu kedua ia membencimu."
-L.A-

Gadis itu beberapa kali mondar-mandir tidak jelas dengan sapu lidi yang masih berada di tangan. Tak memerdulikan jika ada orang yang melihat gegalat anehnya yang seperti itu.

Lain halnya dengan gadis yang satu lagi ia tampak menyapu di halaman dengan raut muka masam, tentu siapa pun akan tahu kalau gadis itu sedang marah kini.

"Pril kita pergi aja yuk. Udah mau masuk kajian sore nih" ucap gadis bermuka masam tadi. Bukan karena apa. Mereka sudah melakukan rutinitas ini selama 1 minggu berturut-turut tanpa ada absen sedikitpun. Mereka bahkan mengubah penilaian Ustadzah salma bahwa keduannya adalah gadis baik, ramah dan rajin. Eitss jangan salah, mereka tentu melakukannya karena ada maksud terselubung.

"Tunggu bentar lu, dia masih didalem rumah diam napa sih" lulu memutar bola matannya malas mendengar ceplas-ceplos april yang kadang tidak sesuai dengan imeg. "Tapi udah tiga jam kita disini april" ucap lulu penuh penekanan tapi nadanya ia buat rendah. Takut orang di dalam sana mengetahui maksud terselubung mereka.

"Nggak papa deh kalau lo mau pergi, pergi aja duluan pokoknya gue nggak tanggung yah kalau misal setelah ini tali persaudaraan kita terputus" ucap april sok puitis.

Lulu dengan terpaksa melanjutkan aksi menyapu halamannya, ia bahkan semakin menekuk wajahnya dalam saat sudah tidak ada lagi rumput yang harus di sapu olehnya. "Pril.." april sedang fokus kearah lain sepertinnya ia tidak terlalu mendengar panggilan lulu.

Puk

"Akh.." teriakan nyaring sukses keluar dari mulut april. Mana ia tahu ia akan berteriak sekencang ini.
"Lo nyadar bukan sih itu pasir yang lagi di sapuin bukan rumput" gerutu lulu tidak habis pikir yang mendapat senyuman cengiran dari april.

"Huu tuh mulut gue tonjok satu kali juga rontok semua giginya gue yakin" april refleks menutup mulut dengan kedua telapak tangan tapi sadar akan sesuatu ia melepasnya kembali. "emangnya bisa lu,? Gigi itu di cabut lu emang rambut dirontokkin?" melihat april yang gemas membuat lulu makin gemas ingin memukul gadis dihadapannya ini. Tapi melihat seseorang yang kini sedang menutup pintu rumah membuat smirk evil tercipta di bibir tipis milik lulu. April tidak menyadarinnya karena sedang membelakangi tempat pria itu berada.

"Pril kita kok bisa nyapunya disini yah?" Ucap lulu pura-pura bertanya padahal sebenarnya ia sudah tahu. Ia hanya sedang memancing "Budek nggak sih lo lulu sering-sering deh makan apa yang gue makan biar nggak budek kek gitu. Tadi'kan gue udah bilang kalau menyapu disini gue bisa lihat langsung ustadz saka" april ada ada saja padahal jika dilihat makanan mereka sudah hampir sebulan ini sama saja. Namannya pesantren. Tak ada perbedaan kaya atau miskin. Semuannya sama disini.

"Ha?" Sepertinya lulu masih melancarkan aksinnya.

"Gue bilang kalo nyapunya disini enak gue bisa lihatin ustadz saka kalau dia udah ada apa belum" teriak april tidak sadar saja ada sepasang mata yang terbelalak karena mendengar ucapan sejujur itu darinya.

"Ha? Apa?"

Kali ini bukan lulu lagi tapi sudah sepasang bola mata yang membuat lulu senyam - senyum daritadi.
Ingat lagunya dora?. Tahu dora' kan?. Ituloh yang bunyinnya kek gini,
Berhasil...berhasil...tririt..berhasil..horeee.. itulah yang kini sedang lulu sorakkan dalam hati. Tak lama lulu berlalu meninggalkan april yang masih mematung. Berbalik menatap si pemilik suarapun april sudah tidak berani lagi, bukan, ia sudah cukup malu sekarang.

..
..
.


Afwan dikit :)


Lentera April [FS1] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang