Lelaki itu telentang, kedua tangannya terbuka lebar, sementara mata sayunya menatap kosong langit-langit kamar yang remang. Bibirnya perlahan melengkung, bola mata dengan iris pekat itu tiba-tiba berbinar saat bayangan seseorang melintas dalam pikiran.
Kedua tangannya terangkat, sudut bibirnya tertarik semakin lebar. Ia mulai sibuk melukis gambar abstrak di udara. Membiarkan jemarinya menari-nari hingga penat.
Lantas ia menjatuhkan lengan, merentangkannya kembali, membiarkan rasa lelah mengudara sebentar, seiring dengan sosok yang terlihat dalam benaknya menghilang tersapu kenangan.
Perlahan ia membangunkan tubuh, duduk di tepi kasur. Bola matanya menyisir bingkai foto yang berada di atas nakas. Dengan bantuan cahaya dari lampu tidur, ia melihat samar setiap sosok yang tengah tersenyum lebar di sana.
Kenangan saat foto itu diambil berputar pelan dalam benak, membuat kedua sudut bibirnya kembali tertarik. Ia lantas mengambil foto tersebut, menatapnya lekat-lekat. Tak ada kesedihan di sana, tak ada luka. Semuanya bahagia, seakan beban di pundak mereka tak pernah ada.
Lelaki itu bangkit lalu melangkah menuju meja belajar, di sana ada sebuah notes cokelat dengan CD di sebelahnya. Lagi, ia tersenyum, tangannya bergerak menarik kursi kemudian mendudukkan diri.
Bingkai foto yang ia bawa diletakkannya di atas meja. Ia menyalakan lampu belajar dan mulai membuka notes kecil tersebut. Di halaman pertama, foto yang sama ditempel di sana. Lagi dan lagi ia tak mampu menahan tarikan bibir yang kian lebar.Lelaki itu kemudian membalik notes tersebut ke lembar berikutnya. Hal pertama yang menjadi fokusnya adalah sebuah bercak kemerahan yang membentuk beberapa titik di atas lembar putih itu, sebagai bukti kecil atas adanya perjuangan hebat untuk menyelesaikan semua yang tertulis di sana. Lalu di bagian paling atas terdapat rangkaian kata dengan huruf kapital.
“25 WISHES BEFORE DIE”
Diikuti dengan 25 daftar keinginan yang sebagian sudah dicentang. Lelaki itu lantas mengambil pulpen dan mencoret judul besar yang tertera di sana. Ia mengganti tulisan tersebut dengan rangkaian kata yang berbeda.
“25 WISHES TO BE HAPPY”
Ia juga mencentang satu keinginan yang akan segera terwujud, lantas senyumnya kembali mengembang. Sebelum menutup notes, ia menulis sesuatu di bagian paling bawah.
“FINISH”
Sebelum akhirnya derit pintu yang dibuka mengalihkan atensinya.
“Kakak.”
Senyum lelaki itu semakin melebar saat menatap sosok di ambang pintu. Ia kemudian bangkit, melangkah ke luar bersama sosok yang tadi memanggil. Meninggalkan kamar yang berpencahayaan remang itu dengan senyuman terpatri apik di bibirnya.
🕊️🕊️🕊️
Notes:
Hai hai kaget nggak tiba-tiba 25 WBD update lagi?🤭
Jadi gini, untuk beberapa hari ke depan aku akan re-publish beberapa bab 25 WBD versi cetak di sini. Yuk kenalan dengan versi Aska yang bisa dipeluk🤭
Ohya, buat yang mau jemput Aska juga masih bisa banget order via WhatsApp ke nomor 0821-1875-1772. Buku bisa dipesan kapan pun dengan sistem POD. Begitu order langsung cetak. Proses 3-7 hari tergantung antrean percetakan.
Buat yang baru gabung di buku ini atau buat teman lama yang udah menemani Aska dari awal mentas di Wattpad sampai naik ke percetakan, yuk kita bernostalgia lagi bersama Aska, Raka, dan Raga.
Sampai bertemu di bab selanjutnya🤗
haynett_
KAMU SEDANG MEMBACA
25 Wishes Before Die [TERBIT]
Teen FictionJika kamu divonis dengan sisa hidup enam bulan lagi, apa yang akan kamu lakukan? Ps. Sebagian part dihapus untuk kepentingan penerbitan. Copyright©2019 by haynett_