Aku tetap melangkah menapaki tangga hingga ujung paling atas. Di sana terlihat beberapa pintu jati bercat cokelat. Hampir semua sama dari warna dan ukurannya.
'Pasti itu kamar tidur semua.'
Tibalah kami di pintu jati yang kokoh, di depannya ada satu kursi dan meja kecil yang sederhana tapi nampak sangat cocok dengan peletakannya. Setelah pintu dibuka, mulutku langsung membentuk huruf O sempurna. Mataku sedikit melotot mengagumi apa yang aku lihat. Menurutku ini bukanlah kamar tidur, tapi sebuah istana mini.
Suamiku mengajak masuk. Di sana aku melihat sebuah ranjang berukuran besar dengan bed cover yang terlihat lembut dan tebal. Sofa mewah berwarna emas menjadi pengisi ruangan yang tak jauh dari tempat tidurnya. Di sana ada pintu kaca bertirai yang terhubung ke balkon. Pemandangan dari sana sangat indah. Apalagi dengan menikmati secangkir teh hangat, pasti akan lebih nikmat.
Tapi ada yang mengganjal di pikiranku. Ruang sebesar ini tak punya almari pakaian ataupun kaca untuk berias?
Mas Pono menunjukkan toilet kepadaku. Dia menuding sebuah ruang yang tersekat tirai putih. Kusibak tirai, di sana ada ruangan kaca berukuran sekitar 3x5 meter, bahkan lebih besar dari ruang tamu di rumah bapak di kampung sana. Aku kembali dibuat tercengang. Sebuah benda mirip bak tapi panjang dan besar ada di sana, ada satu kursi menghadap cermin berukuran sedang, tempat menempatkan handuk yang mewah menggantung di dinding, juga shower yang terlihat elegan.
Bahkan untuk mengetahui nama barang-barang yang di sana pun aku masih kesulitan. Hanya beberapa yang aku tahu karena pernah melihat sinetron di televisi yang memiliki jenis barang yang sama. Aku membayangkan betapa repotnya nanti saat mau mandi. Aku belum pernah sekali pun menyentuh barang-barang yang ada di dalam kamar mandi.
Waktu masih tinggal bersama bapak, aku tinggal menghidupkan kran yang akan mengalirkan air ke bak penampungan lalu bisa leluasa mengguyur seluruh badan dengan gayung di tangan. Lha kalau di sini?
Aku tak menemukan kran seperti yang di rumah bapak, apalagi gayung.
"Ngapain di situ lama-lama, Dik. Apa mau mandi kamu?" tanya suamiku dari tempat tidurnya.
Mendengar suaranya, aku langsung keluar bermaksud menghampirinya. Ingin bertanya semua yang ada di kamar mandi dan cara memakainya. Tapi sebelum langkahku sampai padanya, panggilan dari ponselnya berbunyi. Aku tak tahu siapa yang meneleponnya karena ia menerima di luar kamar.
"Aku ada urusan, Dik. Mungkin larut malam baru pulang. Kalau kamu perlu sesuatu tinggal minta bantu ke bibi." ucapnya seraya masuk ke sebuah ruangan yang ada di sebelah kanan kamar mandi.
Aku melongokkan kepala untuk mengetahui ruangan apalagi yang tersembunyi di sana, tapi karena terhalang pintu aku tak berhasil memenuhi keingin tahuanku. Tak berapa lama Mas pono keluar sudah berganti pakaian. Mengenakan jas warna hitam mengkilat lengkap dengan sepatunya.
'Oh, ternyata lemarinya ada di sana'
Sepeninggal suamiku, aku langsung memasuki ruangan yang baru saja Mas pono tinggalkan. Begitu aku membuka pintu, lagi-lagi hatiku dibuat kagum dengan yang terlihat di dalamnya. Baju-baju menggantung rapi di sisi-sisi tembok dengan plastiknya yang menutupi setiap bajunya, rak tempat sepatu di tengah juga ada seperti laci yang ternyata tempat menyimpan dasi juga jam tangan. Banyak sekali jumlahnya.
Di situ juga berdiri cermin besar dan ada seperti sebuah papan berukir tempat parfum dan juga minyak rambut berbagai jenis merk.
Setelah puas melihat semua yang ada di dalam, aku kembali ke tempat tidur yang selembut salju. Tak terasa mataku terpejam hingga terbangun tengah malam. Aku ingat kalau suamiku tadi sore pergi untuk sebuah urusan, tapi kenapa sampai jam segini dia belum kunjung pulang?
Segera aku meninggalkan peraduan yang empuk itu, badanku gerah karena sejak tiba belum mandi. Aku beranjak ke kamar mandi. Tapi aku kembali bingung dengan semua fungsinya.
'Apa iya jam segini aku mau minta ajari bibi? Kenapa tadi aku gak nanya dulu cara menggunakannya pada Mas Pono?'
Mataku belum terpejam hingga waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Pintu kamar terbuka dan muncul sosok lelaki kurus. Ya, suamiku baru saja pulang entah dari mana.
Aku belum terbiasa mendampinginya, jadi kuurungkan niat untuk bertanya dan mengintrogasi dia."Loh kok belum tidur, Dik?" tanyanya saat menghidupkan lampu utama dan mendapatiku duduk di tepi ranjang.
"Gak bisa tidur, Mas. Badanku gerah belum mandi sejak tiba."
Mendengar alasanku dia malah terbahak keras.
"O, iya. Aku lupa mengajarimu cara menggunakan shower dan bath up. Kan biasanya kamu pake gayung."
Meski terdengarnya seperti bercanda, ada rasa sakit mengiris di dada. Aku menyadari posisiku sebagai gadis desa dan anak keluarga biasa saja.
Mas Pono masuk kamar mandi dan kuikuti langkahnya dari belakang. Ia memperagakan cara menghidupkan shower, menunjukkan cara memakainya dan juga benda yang tergelatak seperti bak besar itu. Dia bilang aku tinggal mengisi airnya lalu berendam. Ada air dingin dan panas sebagai pilihan. Semua aku perhatikan dengan seksama.
Aku memang pembelajar yang baik. Sepeninggal suamiku, langsung kunyalakan kran air panas untuk mengisi bath up, menaburi sabun yang ada dalam botol yang tadi ditunjukkan. Sempat bingung karena tiba-tiba semuanya berbusa.
Aku berpikir keras sendirian agar tak dibilangi gadis desa yang terbiasa mandi hanya dengan gayung. Aku pun mempraktikan apa yang tadi suamiku bilang. Segera kumasukkan tubuhku dalam lautan busa. Terasa sangat segar. Aku seperti anak kecil yang baru dibelikan mainan baru. Kubuat mainan busa-busa itu, ditiup ke atas lalu membalurkan ke seluruh kaki dan tangan yang basah. Selesai berendam aku segera menyalakan shower untuk membilas dan menghilangkan busa yang tertempel di badan.
Setelah menyelesaikan mandi, aku beranjak keluar dengan handuk yang melilit tubuh. Kini aku kebingungan karena tak membawa baju tidur. Mau bilang suami terpaksa kuurangkan karena dia telah lelap di atas tempat tidur.
Tak ayal aku pun tidur dengan kemeja dan rok panjang yang aku bawa dari kampung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Cungkring itu Suamiku (Complicated)
Ficção GeralPono adalah seorang pengusaha sukses di bidang furniture. Hasil produksi yang dihasilkan perusahaannya telah memenuhi seantero sudut Indonesia, bahkan beberapa negara tetangga. lelaki kurus yang hobi mengumpulkan barang antik itu akhirnya bertemu s...