Yeyey, aku udah revisi part 3. Semoga enakkan ya, bacanya. Tungguin aku di part selanjutnya!
Oke, happy reading people❤
💫💫💫
Vena menjinjing box pizza dibantu Yoora yang menjinjing sebotol cocacola berukuran big, ke arah kamar Kai. Dirinya heran, apa abangnya ini mau mabuk cocacola dan pizza sebanyak ini?
Setelah sampai di hadapan pintu berwarna coklat, tanpa mengetuk Vena langsung saja menyerobot masuk.
"BANG INI PESAN---" teriakannya terhenti, tatakkala banyak pasang mata yang menatapnya dari dalam kamar sana.
Para lelaki disana hanya diam memperhatikan kedua gadis yang tengah berdiri mematung di ambang pintu. Matanya melebar, dan mulutnya sedikit terbuka. Seakan melihat bidadari yang turun dari kayangan.
Lihat saja penampilan yang dipakai kedua gadis itu. Hotpan lima belas senti di atas lutut, kaos oblong yang kebesaran, rambut tergerai indah, leher putih mulus, dan kaki jenjang yang putih bersih.
Bagaimana tidak tergoda, apalagi kedua perempuan di hadapannya ini lebih dari kata cantik.
Kira-kira gitu lah ya, prend.
"Emejing," ucap Jonathan di sela-sela mangapnya.
Revan sudah tersenyum nakal di depan sana. Ketika Vena dan Yoora akan melangkahkan kaki untuk masuk, tiba-tiba seorang lelaki datang menghampiri dengan tergesa dari arah luar dengan rusuh, dan berusaha menutupi bagian paha Vena dengan jaket kulit berwarna hitam. Nafasnya masih memburu, lalu tatapannya tertuju pada sekumpulan lelaki di dalam sana yang tengah menatap dirinya heran.
"Bangsat, gue colok mata kalian." Gevan. Lelaki itu melemparkan tatapan tajam kepada teman-temannya. Sontak, membuat mereka terbahak.
"Wuih, babang ini gercep amat," ucap Leonard mengejek.
Gevan memutar kedua matanya malas. Dan Vena, ia bingung harus apa. "Lo ngapain?!" tanyanya ketus.
"Ikut gue!" ujar Gevan. Ia menarik tangan Vena dengan sedikit kasar. Box pizza yang dibawanya kini sudah berpindah tangan ke genggaman Kai.
Mereka hanya menggeleng melihat kelakuan Gevan.
"Kasian bidadari gue," ucap Agus lirih. Bodoh, ia tidak menyadari gadisnya yang kini tengah menatap tajam ke arah dirinya.
"Bilang apa?!" Yoora sudah melotot, sambil berkacak pinggang. Membuat yang lainnya tertawa ngakak.
"Ngga bi, maaf. Becanda, hehe." Agus meringis, mendengar penuturan kekasihnya, Yoora.
KAMU SEDANG MEMBACA
KTH-PERJODOHAN (PROSES REVISI)
DragosteBut, penyesalan emang selalu datang di akhir. Begitupun dengan seorang Yeoja kelahiran Seoul ini. Ini bukan tentang kisah perjodohan semata, tapi juga kisah ini mengajarkan kita untuk menghargai seseorang yang telah berjuang. Jangan menyia-nyiakan m...