Hallo, semua👋Aku udah selesai revisi part 4, ya. Aku harap kalian suka, dan enak bacanya!
Oke langsung aja, happy reading people❤
💫💫💫
"Lo gak akan turun?" Jun bertanya pada Vena. Gadis itu masih setia memejamkan kedua matanya.
"Gue lemes banget. Bantuin gue turun dong," ucap Vena. Jun menuruti perintah gadis itu. Ia turun terlebih dahulu, lalu mengulurkan tangannya untuk di pegang Vena. Gadis itu menerimanya.
Setelah Vena turun, lelaki itu segera pamit untuk menuju sekolahnya. Iya, sekolah SMA Diamond. Mereka berbeda sekolah, dan umurnya hanya terpaut satu tahun. Jun berusia delapan belas tahun. Ia bisa berteman baik dengan Vena karena dulunya sering bertemu di arena balap.
Tunggu, untuk apa Vena ke area balap?
Nyatanya, ada masa lalu yang Vena sembunyikan. Masa lalu yang pedih, yang membuat dirinya enggan mengingat hal itu.
Motor yang dikendarai Jun sudah tak terlihat. Vena mulai melangkahkan kakinya menuju gerbang. Namun, suara klakson motor sangat memekakkan kedua telinganya.
Tit
Vena mendelik ke arah motor tersebut. Tepatnya, ke arah lelaki yang mengendarai motor tersebut.
Gevan, ia langsung membuka helm full face nya dan menatap Vena datar.
Ia melemparkan kunci motornya pada satpam. Iya, satpam sudah tahu tugasnya apa. Menyimpan motor itu ke parkiran.Tanpa bicara, Gevan menarik lengan Vena ke dalam.
"Lepas! Gue mau ke kelas, Gevan!" gadis itu benar-benar kesal. Untuk apa lelaki ini menyeret dirinya? Dasar tidak sopan!
Gevan tak menghiraukan protesan Vena. Ia terus menyeret, hingga tiba di depan kamar mandi wanita yang suasananya sangat sunyi. Bagaimana tidak sunyi, orang bel sudah bunyi dari lima menit yang lalu!
"Jangan hindarin gue, gue gasuka!" Gevan berkata dengan nada ketus. Membuat gadis itu bingung. Memangnya kenapa?
"Lo sakit? Yang hindarin lo siapa deh?" raut bingung itu sangat ketara di wajah Vena.
Gevan menghela nafas, "Ya terus kenapa berangkat bareng dia? Gue kan udah ngajak lo dari sebelum dia dateng, Vena."
"Lah? Kok ngatur? Terserah gue, dong. Lo bukan siapa-siapa gue, jangan sok keras!" Vena menghentakkan cekalan tangan Gevan pada lengannya. Sehingga cekalan itu terlepas.
"Gue calon suami lo!"
Lagi dan lagi. Gevan sudah dua kali mengatakan hal omong kosong. Gadis itu berjanji, sekali lagi Gevan mengucap kata 'calon suami', ia memastikan akan membunuhnya. Ingatkan itu!
"Berhenti ngomong kosong, Gevan! Kalo lo ngomong kata itu sekali lagi, gue jamin lo matindi tangan gue!" Vena marah, Gevan bukanlah orang dekat Vena. Ia hanya sebatas teman abangnya, harusnya Gevan tahu batasan, kan?
Lelaki itu tersenyum menyeringai, "Lo bakal tau setelah orang tua lo pulang."
Vena mendegus. Sekarang bawa-bawa orang tuanya? Shit, keterlaluan!
Baru saja mulutnya terbuka, hendak mengatakan sesuatu. Namun datanglah seorang perempuan bergaya modis. Ya badannya emang bagus kayak gitar spanyol, lah penampilannya? Banci aja kalah tebal make up kalo sama dia!
Lihat, seragam ketat yang membungkus badan gitar spanyolnya, rok lima senti di atas lutut, sepatu cats tinggi berwarna putih, rambut blonde merah, juga make up yang benar-benar tebal. Kalo di kerok, menang banyak kali ya itu bedak?
KAMU SEDANG MEMBACA
KTH-PERJODOHAN (PROSES REVISI)
Storie d'amoreBut, penyesalan emang selalu datang di akhir. Begitupun dengan seorang Yeoja kelahiran Seoul ini. Ini bukan tentang kisah perjodohan semata, tapi juga kisah ini mengajarkan kita untuk menghargai seseorang yang telah berjuang. Jangan menyia-nyiakan m...