5. Gila

838 43 2
                                    

Welcome di part 5, all!

Masih banyak part yang belum aku revisi, nih. Doa'in aku gak lelah buat revisi, ya. Oke, enjoy!

Happy Reading❤

💫💫💫

Vena merebahkan dirinya diatas sofa yang ada ruang tengah. Tadi, ia sengaja mengajak Yoora dan Wendy untuk datang kerumahnya, menemani Yuna yang kini sedang beristirahat di kamarnya. Ia tahu, Yuna sedang ada masalah dengan keluarganya. Makanya, ia berinisiatif mengajak Yuna untuk tinggal sementara dirumahnya.

Sekarang sudah pukul empat sore. Dan teman-temannya pun sudah ada dirumahnya sekitar tiga puluh menit yang lalu. Namun, Vena masih mengenakan seragamnya, tak berniat untuk mandi atau berganti pakaian sekalipun. Hal itu membuat Yoora dan Wendy jengah.

"Mandi atau ganti pakaian kek. Gue risih liat lo, anjir!" Yoora sudah menatap sinis ke arah gadis itu. Yang dibalas cengiran bodoh oleh sang pelaku.

"Males, Yoor. Udah nyaman kayak gini," balas Vena. Ia malah merebahkan dirinya disebelah Wendy yang sedang menutup matanya.

"Jorok, pantes aja jomblo," cibir Yoora. Bahkan, gadis itu sudah memandang Vena dengan tatapan yang seolah-olah ia jijik terhadapnya.

Vena tak terima, ia melempar bantal sofa ke wajah Yoora. Gadis itu juga tak terima, ia balik melemparkan bantal ke hadapan Vena. Terus saja seperti itu, mereka perang bantal hingga mengganggu Wendy yang tengah memejamkan mata, menahan kantuk sepertinya.

Wendy berdecak, "Bisa diem gak sih!" bentaknya. Sontak, Vena dan Yoora diam. Ia memandang wajah Wendy yang sepertinya kesal.

Setelah beberapa menit karena bentakan Wendy, Yoora angkat bicara. "Yuna gimana, Pen?"

Vena mendesah, "Gue yakin dia lagi ada masalah. Dia gak biasanya kayak gitu. Apalagi kata dokter, dipastiin udah gak makan berhari-hari," ucap gadis itu menjelaskan. Memandang wajah Yoora dan Wendy serius.

Wendy masih berusaha mengumpulkan nyawanya, karena ia baru terbangun tadi. "Dia orangnya nutup banget. Susah kalo mau cari informasi tentang masalah dia." Wendy memejamkan matanya sejenak. "Kalian inget waktu kita main dirumah Vena, terus ada temen Bang Kai? Pas pulang di sempet berantem sama Kak Revan. Itu masih jadi pertanyaan sih, buat gue," ucap Wendy menjelaskan.

Vena dan Yoora mengangguk, menyetujui ucapan Wendy. "Iya juga, sih. Gue mau tanya itu asalnya, cuman dia keburu sakit." Yoora mendesah, lalu menelungkupkan wajahnya ke lipatan tangan di sofa.

"Yaudah, kita kasih waktu dia sendiri dulu. Kalau Yuna tetep gak mau nyeritain masalahnya, baru kita galih informasinya," ucap Vena. Perkataannya di angguki oleh Yoora dan Wendy.

Mereka masih diam. Tidak ada topik yang dibicarakan, karena memang sudah ada kantuk yang menyerang secara bersamaan. Pergerakan Yoora yang kasar, membuat Vena dan Wendy bangun secara spontan, kaget.

"Apaansih Yoor?!" tanya Wendy kesal. Ia daritadi sudah akan tertidur, tapi pergerakan Yoora yang grasak-grusuk itu sangat mengganggu kedamaian tidurnya.

"Gue lupa bilang, anjir! Vena di daftarin basket sama si Bobby!" ucap Yoora panik. Ia sudah duduk tegak di atas karpet bulu yang sudah digelar dibawah sofa.

Ucapan Yoora membuat Vena melotot kaget. Basket? Kenapa dirinya yang di daftarkan? Wah, tidak beres!

"Kok gue, sih?!" Vena kesal. Dirinya bahkan sudah memukul paha Yoora dengan kencang. Membuat gadis itu mengaduh kesakitan.

KTH-PERJODOHAN (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang