Dua puluh

7.3K 943 32
                                    


Senja tak henti melebarkan bibir sambil menenteng map skripsinya. Ia berjalan sepanjang koridor kampus, mengumbar senyum lalu menyapa beberapa orang yang ia kenal. Senja tak pernah membayangkan jika saat ini akan terjadi, saat-saat yang ia tunggu setelah berjuang selama 4 tahun.

"Fara!!" Teriaknya nyaring lalu mendekap tubuh Farah dari belakang.

"Ya ampun ada apain sih? Loe bikin gue kesedek minuman!!" Semprotnya agak marah. Senja memeluk tubuhnya yang sedang duduk meminum segelas es teh manis.

"Akhirnya skripsi gue di acc, gue wisuda akhir tahun." Mata Fara tak kalah berbinar. Ia  malah memeluk balik sahabatnya dengan lumayan keras sambil menghentak-hentak tubuh Senja yang kurus.

"Selamat-selamat, gue ikut senang!!"

"Lepas Fara, sakit!!"

Pelukan Fara lepas, namun perempuan berambut panjang dan berkulit putih itu langsung murung teringat sesuatu. "Kalau loe wisuda, gue sama siapa?"

"Yah loe juga harus rajin-rajin cari referensi dan cepet lulus!!" Fara memajukan bibir, dikira nyusun skripsi kayak nyusun lego. Ada buku panduan terus jadi. "Jangan main-main terus!!"

"Siapa yang main, gue ngampus terus."

"Iya tapi cuma nongkrong di kantin doang, gak masuk kelas," cibir Senja.

Fara merenung sebentar, benar yang Sahabatnya ucap. Ia harus serius menjalani hidup, tak main-main di usianya sekarang. Bagaimana bisa menjalankan misi mendapatkan Troy jika kuliah saja tak lulus.

"Loe sekarang, jarang main ke Cafe? Kenapa duit jajan loe habis keseringan main ke sana?"

Farah menggeser duduknya agak menjauh. Ada alasan lain kenapa ia tak main ke tempat itu lagi. Semua karena pesta pertunangan Troy. Farah tak sengaja mabuk di sana lalu mencium Arthur. Bagaimana ia bisa mengunjungi tempat kerja Senja setelah ciuman tak sengaja itu. Mau di taruh dimana mukanya kalau nanti bertemu Arthur. Sialan memang.

Senja mengguncang bahu Farah karena tahu jika sahabatnya itu tengah sibuk dengan pikirannya sendiri. "Kenapa loe jarang main ke Cafe?"

"Yah loe bener, main ke cafe gak bermanfaat dan cuma buang-buang uang. Gue harus serius belajar, gak ngluyur dengan tujuan gak jelas. Lagi pula Troy udah tunangan, tujuan gue ke sana gak ada lagi." Benar juga yang di katakan Farah namun Senja mencium ada yang ganjal dari sahabatnya ini. Fara bukan tipe orang yang berhenti berjuang sebelum titik darah penghabisan.

"Oh gituh ya? Gimana kalau loe kerja di cafe juga. Kayaknya di sana lagi butuh karyawan dari pada loe ngeluyur."

Farah dengan cepat mengibaskan kedua tangannya di depan dada. "Enggak... enggak.. gue mau konsentrasi belajar biar cepet lulus. Kerja bikin capek, gue kan gak tahan banting kayak loe!!" Dengan cepat Farah menyedot minumannya. Kelihatan kalau dia panik pas masalah Cafe di bahas. Kerja di sana sama saja cari mati dengan bertemu Arthur tiap hari.

Senja memperhatikan sikap Farah yang aneh, cuma bisa mengerutkan dahi namun tak baik berperasangka atau menerka-nerka. Ia memilih berjalan ke stan kantin memesan makanan serta minuman untuk makan siang. Tak semua yang Fara rasakan harus diungkap walau keduanya sering curhat.

🍹🍹🍹🍹🍹🍹🍹🍹🍹🍹

"Gimana caranya bicara jujur sama Senja?" Tanya Troy kepada Arthur yang tengah memilih biji kopi. Jangan tanya ke barista itu, dia tak punya adik perempuan. Ia minim berhubungan dengan kaum hawa jadi Arthur tak punya pengalaman memulai obrolan atau mengatakan cinta. Kemarin juga ciuman dengan Fara yang terjadi karena tak sengaja. Dia saja masih bingung mau minta maaf bagaimana.

Senja dan Saga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang