Teman-teman Saga datang ke bengkel paginya dengan keadaan marah. Bagaimana tak marah kalau Saga kemarin malam meninggalkan mereka di pesta. Dengan terpaksa para anggota geng itu pulang memesan taksi. Namun ketika melihat Saga keluar kamar mandi bersama dengan sang istri, mereka jadi canggung dan pura-pura tak melihat."Sayang kamu ke atas duluan ya? Aku mau bicara dulu sama mereka." Perintah Saga kepada istrinya dan Senja pun naik ke lantai atas dengan menundukkan kepala karena malu, ketahuan mandi berduaan.
"Kalian ngapain melotot gituh?" Tanya Saga yang melihat mata para temannya yang masih melotot, melihat Senja hanya memakai kaos kebesaran miliknya.
"Kalian ngapain di dalam kamar mandi?"
"Masih tanya ngapain. Kalian pikir kita ngapain?" Tanya Saga sambil menaik- turunkan alis. Bermaksud membuat teka-teki sekaligus menandakan kalau dirinya sudah berbuat sesuatu.
"Kalian gituan?" Tanya Angga balik penasaran. Saga masih diam, mengelap rambutnya dengan handuk kecil. Ia menarik celana kolornya dengan gaya menggoda.
"Ih kita jijik, sok loe."
"Hmm kayaknya gue udah nyium bau-bau kemenangan nih!!" Mereka mulai paham apa yang Saga bicarakan. Taruhan konyol '2 bulan mendapatkan Senja' dan ini belum ada dua bulan. Siap-siap mereka jadi budak bengkel.
"Tapi bukan bau kemenangan yang kita cium di sini, bau bedak bayi deh kayaknya." Merasa tersindir, Saga melempar handuknya ke muka Tommy.
"Kalian jangan lupain, gue menangin taruhan itu!!" ucapnya dengan ekspresi mengejek ke arah kawannya lalu berjalan menuju Tangga. "Jangan bangunin gue, gue mau... ehmm kalian tahu sendiri kan?"
Kawan-kawan Saga hanya geleng kepala. Jangan sampai ketua mereka malah menyesal di kemudian hari jika Senja tahu kelakuannya. Mempertaruhkan hati seorang perempuan sampai sejauh ini. Keduanya memang telah resmi menikah namun pernikahan penuh kepalsuan dan Senja yang akan jadi korbannya.
🐗🐗🐗🐗🐗🐗🐗🐗🐗🐗🐗🐗🐗
Troy berdiri di depan cafe, hanya berdiri tak masuk. Ia butuh nyali yang amat besar untuk menemui adiknya, Senja . Ia masih bingung, langkah apa berikutnya yang akan dirinya ambil. Kalau tiba-tiba memeluk Senja pastilah gadis itu akan terkejut lalu menjerit histeris.
"Hey, ngapain bengong di sini?" sapa Arthur yang kini tengah membawa sekantong kertas biji kopi. Pria itu dari luar ingin masuk. Melihat Troy berdiri cuma menatap pintu cafe, rasanya aneh. Sahabatnya itu ketahuan tengah melamun.
"Nggak, tadinya aku mau masuk tapi aku dapat telepon penting jadi..."
"Udah masuk aja, minum dulu." Arthur tahu ketika Troy menggaruk-garuk hidung, itu tandanya kawannya ini sedang berbohong atau mulai merasakan resah. Apalagi kini Troy jalan dengan cepat seperti menghindari sesuatu. Arthur sedikit memaksa memang. Karena tahu jika Troy ada masalah serius pasti datang untuk bercerita.
"Duduk Troy." Arthur saja sampai memaksanya untuk duduk. Mereka kini sudah masuk ke dalam ruang kerja milik Arthur.
"Senja gak berangkat hari ini?"
"Bentar lagi dia datang kok, mau aku panggilin dia kalau udah datang? "
"Nggak usah, nggak usah. Gue mau cabut sekarang." Arthur menahan lengan Troy untuk kembali ke kursi. Ia paham jika Troy mulai memainkan jari kukunya itu berarti ada yang Troy khawatirkan atau cemaskan. Apa semua kegelisahan yang Troy tunjukkan ada hubungannya dengan Senja.
"Loe ada apa? Ada masalah?"
Troy belum menjawab namun ia mengusap wajahnya lelah, terlihat jelas jika pria itu memang sedang memendam sesuatu. Wajahnya terlihat seperti orang yang sedang menanggung masalah super berat.
"Gak apa-apa, gue baik-baik aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Saga
RomantizmSenja rasa hidup berdua dengan ibunya saja cukup tapi semua berantakan ketika lamaran itu datang. Kawan lama sang ayah meminangnya untuk dijadikan menantu. Bukan impiannya untuk menjadi istri ketika usianya baru memasuki angka 20. Walau kuliahnya su...